Bali, 2017
Kini, dua sahabat itu sedang menikmati liburan bersama, mereka sedang duduk santai di tepi pantai seraya menatap matahari yang akan tenggelam, sambil merasakan hembusan angin pantai disertai desiran ombak yang membuat mereka merasa begitu nyaman menikmati indahnya alam semesta.
“Lo pernah mikirin gak sih udah sejauh mana kita sama-sama?” Raka yang mulai membuka suara membuat Alana membuka matanya dan menoleh ke arah Raka.
“Yaa... udah jauh intinya.” Jawab Alana seadanya, dan diam beberapa detik. “Kadang, gue mikir kita bisa ya sahabatan selama ini, udah mau 10 tahun kita bareng.” Lanjut Alana.
“Hm, gue juga heran kenapa gue bisa senyaman ini sama lo, klop aja gitu rasanya. Lo satu-satunya sahabat cewe gue yang selalu ngertiin dan selalu ada buat gue. Padahal temen gue kan bukan lo doang.” Ucap Raka seraya mengacak pucuk rambut Alana.
“Ya itu artinya gue bisa nerima lo apa adanya maka dari itu gue bisa ngertiin gimana diri lo, ya walaupun lo emang orangnya nyebelin banget.” Balas Alana sambil merapikan rambutnya.
“Hahaha, masa sih gue nyebelin? Nyebelin gini tapi gue ganteng kan?” Ujar Raka kepedean sambil mengedipkan matanya pada Alana. Membuat Alana mencubit perut Raka.
“Bodo amat Ka!” Kesal Alana.“Haha, itu fakta Na.” Ucap Raka sambil tertawa. “Hm, btw lo masih inget gak sih awal kita ketemu?” Lanjut Raka, mencoba mengingat masa lalu mereka.
Flashback On
9 tahun yang lalu.
“Hiks hiks hiks saa-kittt... “ Alana menangis kesakitan. Ia baru saja jatuh dari sepedanya dan kini kakinya berdarah.
Dan bocah cowok sekitar 8 tahun menghampirinya.
“Kamu kenapa? Sini aku bantu.” Bocah itu menjulurkan tangannya, yang langsung disambut Alana.Bocah laki-laki itu mengajak Alana untuk duduk di bangku kayu yang tersedia di taman itu.
“Coba aku lihat kaki kamu, aku bersihin ya?” tanyanya meminta izin.
“Bersihin pakai apa? Aku gak mau ah kalau sakit.” tanya Alana, takut dengan mata yang masih berkaca-kaca.
“Pakai air ini, Gak sakit kok kan biar bersih jadi gak infeksi.” Ucapnya seraya menunjukan botol minuman air mineral yang dibawanya.
“Ya udah..” Ucap Alana.
Bocah laki-laki itu pun menyiramkan air tersebut pada kaki Alana sedikit demi sedikit. Alana pun memejamkan matanya menahan rasa perih pada kakinya.
“Sudah, gimana masih sakit?” tanyanya.
“Udah mendingan, Makasih ya..” Ucapnya berterimakasih. “Nama kamu siapa?” Lanjut Alana.
“Namaku Raka.” Ucapnya mengenalkan diri sambil mejulurkan tangannya.
Alana pun menyambut tangannya dengan senyum di wajahnya. Seraya berkata “Aku Alana, oh ya kamu baru di sini? Aku belom pernah lihat kamu. ”
“Iya aku baru aja pindah kesini, dari Bali. Dulu sempet juga tinggal di Germany.” Ucap Raka.
“Wah! Germany itu luar negeri kan? Aku belum pernah ke luar negeri.” Ucap Alana kagum.
“Hehehe, oh ya emangnya rumah—“ Ucapan Raka terpotong saat Bundanya datang bersama Mama Alana.
“Alana, kamu dari mana aja sayang? Kaki kamu kenapa?” tanya Mamanya khawatir.
“Alana jatuh Ma tadi, tapi udah gak papa kok Ma. Raka udah bantuin aku.” Ucap Alana.
“Oh ini toh Raka anak kamu Ver? Gantengnya.. Makasih ya kamu udah nolongin Alana.” Ucap Sahira, Mama Alana.
“Hehehe, iya sama-sama tante.” Ucap Raka tersenyum dengan sopan.
“Oh, ya Alana ini tante Vera, teman Mama dulu, yang akan jadi tetangga baru kita, rumahnya di sebrang rumah kita.”
.....Flashback Off
“HAHAHAHA” Tawa mereka berdua menghiasi senja yang sebentar lagi akan berlalu.
“Lucu juga ya dulu masih bocah, Hahaha.” Ucap Alana.
“Hahaha, lo tau gak waktu itu muka lo kayak apa pas lagi kesakitan? Ni kayak gini nih” Ujar Raka, sambil mempraktikan muka sedih Alana dulu saat menangis.
“Apaan sih lo namanya juga masih kecil, kayak gak pernah nangis aja lo!” kesal Alana sambil menabok muka Raka.
“Kok ditabok sih Na,” sambil memegang mukanya. “Tuh kan Na, first impression Mama lo ketemu gue aja udah bilang gue ganteng, udah terbukti Na, ganteng gue konsisten.” lanjut Raka dengan pede.
“Yeh kepedean ae lo! Itu kan dulu waktu lo masih bocah, sekarang mah udah beda. ” Desis Alana.
“Beda apa? Tambah gantengkan?” Ucap Raka sambil menaikkan alisnya.
“Dih, jelek lo sekarang!” Ujar Alana.
“Berarti dulu gue emang ganteng kan? Iyalah ganteng, sampe-sampe ada orang yang ngegambar muka gue terus gambarnya tuh selalu disimpen di buku hariannya gitu. Terus pas kegep ngakunya itu bukan wajah gue, padahal jelas-jelas ada nama gue di situ. HAHAHAHA.” Sindir Raka jelas.
“Bahkan gambar itu masih ada Ka” Batin Alana.
“Kampret lo! Itukan dulu jaman SD, lagian juga cuman iseng-iseng gambar doang.” Ujar Alana menangkal.“Ngeles ae lo bambang!” Jawab Raka, dan dibalas kembali dengan tabokan di kepalanya.
“Bodo ah! Males gue sama lo.”
“Ck, gitu aja ngambek lo.” Ucap Raka seraya mengacak rambut Alana.
“Tapi itu tuh momen yang gak bakal gue lupain Na. Awal pertemuan kita, ye gak?” tanya Raka sambil menaikan alisnya.
“Iyain dah biar fast!” Ucap Alana, seraya hendak bangun dari duduknya.
“Tapi bener gak si Na kalau selama ini lo juga ngerasa nyaman sama gue?” Tanya Raka datar, membuat Alana yang hendak berdiri kembali duduk.
“Kalau gue gak nyaman sama lo, gak mungkin kita bisa sahabatan sampai sekarang.” Ucap Alana pelan seraya menatap deru ombak.
“Gue sayang sama lo, Na.” Ucap Raka seraya menatap dan merangkul bahu Alana.
Terasa disambar petir di siang bolong mendengar perkataan yang diucapkan Raka. Alana merasakan jantungnya berpacu lebih cepat.
“Hah?” Ucap Alana kaget seraya menengok ke arah Raka.“Gue sayang sama lo— sebagai sahabat, Na. Lo serius banget, gak mungkin kali gue suka sama lo! ” Ucap Raka mengulang perkataannya sambil tertawa.
“A-apaan sih lo!” Ketus Alana, merasa kegeeran dan kecewa.
“Bego, mana mungkin juga Raka suka sama gue.” Batin Alana
“Hahaha, apa jangan-jangan lo yang suka sama gue ya? Muka lo tadi begitu banget.” Curiga Raka hanya bermaksud meledek Alana tak lebih.
“Mbah mu!” Ucapnya sambil menjitak kepala Raka. “Gak mungkin lah. Udah ah gue masuk masuk udah mau malem.” Lanjut Alana mengelak, ingin cepat-cepat menjauh dari Raka.
“Yeh... ngambek Na!” Ujar Raka tanpa mengejar.
“Alana Alana...” Ucap Raka pelan tersenyum tanpa sadar.
“Alana itu kan sahabat gue udah gue anggap kayak adik gue sendiri lagi. Ya kali dah gue suka sama dia.” Batin Raka.
Ini baru Prolog ya gais...
Jangan lupa vote & coment ya... <3
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Langit Senja
Teen Fiction[ON GOING] Ini bukan kisah tentang pelangi dan senja, bukan juga kata-kata puitis seputar pelangi dan senja. Tapi ini adalah kisah tentang dua sahabat yang hanya bisa mencintai dalam diam, Yakni Alana dan Raka. Bagi Alana, Raka ialah sebuah pelangi...