9. Telfon

42 8 6
                                    

Malam ini dengan bulan purnama yang tampak bersinar terang di langit hitam itu telihat dari jendela dalam kamar, Alana tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas yang cukup besar untuk di bawa menginap pada acara pemilihan osis esok hari.

Saat ia sedang repotnya melipat pakaian dengan kecil-kecil agar lebih muat banyak dalam tasnya, dering ponselnya membuatnya berdecak. Siapa sih, batinnya.

Ia pun mengambil ponselnya di atas nakas dekat tempat tidur dan melihat di layar ponselnya telepon dari seseorang yang sedang ia kesali sejak kemarin, ralat Alana selalu kesal padanya tiap saat.

"Halo," ucap seseorang di seberang sana setelah panggilan terangkat.

"Apaan?" jawab Alana dengan malas.

"Jutek banget sih"

"Kenapa cepetan"

"Ke balkon." Suruh Raka, dan Alana pun langsung membuka jendela kamarnya menuju balkon.

"Ngapa sih?" teriaknya yang tentu di dengar Raka di seberang sana.

"Gapapa,"

"Gajelas banget lo, gue tuh lagi sibuk tau!"

"Sibuk ngapain sih? besok kan libur"

"Prepare, besok kan gue ldks!"

"Oh,"
"besok? Gue anter ya?

"Gausah lah, yang ada gue malah telat!"
"Gue tutup deh ya, masih prepare. Bye!" Alana mematikan sambungan teleponnya.

"Eh na! kok dimatiin sih?" Teriak Raka keras di seberang sana, dan Alana segera masuk setelah melambaikan tangannya ke Raka singkat. Namun setelah ia menutup jendelanya, dering ponsel kembali bergetar membuat Alana mengaduh kesal pada Raka. Ia pun langsung mengangkatnya tanpa banyak waktu.

"Apa lagi sih? kan gue udah bilang gue sib—" ucapan Alana terhenti karena suara bariton seorang cowok di seberang sana yang diketahui bukanlah Raka.

"Lan?" Alana pun tercengang kaget dan melihat layar ponselnya melihat nama seseorang Kak Kenzi.

"Eh Kak Kenzi?" jawab Alana berusaha menghilangkan rasa gugupnya, ralat rasa malunya.

"Iya ini gue." jawab cowok itu dengan santai.

"So-sorry kak, gue kira Kenzi tadi,"

"Oh abis teleponan?"

"Iya kak,"

"Setau gue rumah lo sama dia depan-depanan kan?"

"Hm, iya.."

"Btw, gimana?"

"Gimana apanya kak?"

"Persiapan lo ldks besok."

"Oh ini gue lagi prepare kak."

"Oh gue ganggu dong ya,"

"Eh! enggak kok kak enggak ganggu. Ini juga udah mau selesai." selanya cepat, tidak mau kehilangan kesempatan. Kapan lagi di telepon ketua osis?

"Bagus lah."
"Ya udah, udah malem lo lanjutin prepare aja. Jangan sampe kemaleman." tutur Kenzi

"Iya kak."

"Oke, good night Alana. See you tomorrow." ucapan Kenzi itu membuat Alana membeku beberapa detik.

"I-iya kak night juga." jawab Alana gugup.

"Oke gue tutup ya." panggilan itu pun terputus. Dan sekarang, tau yang Alana lakukan? tentu saja dia menjerit senang karena Kenzi mengucapkan selamat malam padanya.

Pelangi di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang