7. Kesal Alana

49 9 2
                                    

"Alana!" teriak Thalia membuat langkah Alana terhenti.

"Eh, kenapa Thal?"

"Jadi beneran kata Karin lo mau daftar osis?" tanya Thalia setelah sampai di depan Alana.

"Iya, nih mau ke ruang osis," jawab Alana

"Yaudah bareng yuk, gue juga mau daftar osis nih."

"Eh serius lo juga mau daftar? asik gue jadi ada temen deh!" ucap Alana dengan lengkungan di bibirnya. "yaudah ayo!" ajak Alana pada Thalia dan mereka pun bersama untuk mendaftar osis.

*****

"Eh Alana," sapa Kenzi, saat berpapasan dengan Alana di depan ruang osis.

"Kak," sapa balik Alana sopan.

"Jadi beneran mau daftar osis nih?" tanya Kenzi

"Hehe iya nih kak."

"Yaudah langsung masuk aja." pintanya lalu masuk ke ruangan itu.

Setelah mereka diberikan formulir dan diberi tahu informasi mengenai ldks yang akan di laksanakan minggu depan mereka pun keluar dari ruangan tersebut.

*****

Raka, entah kenapa Alana jadi terpikir oleh sahabatnya itu. Pantas saja setiap kali Alana bersamanya banyak pasang mata yang memerhatikan mereka. Bukannya Alana geer tapi memang benar begitu. Ya, Raka seorang most wanted di Anta. Harusnya Alana bisa menyadari itu dari awal.

"Oi!" suara orang yang daritadi berputar di otaknya mengagetkan Alana.

"ish Raka! ngagetin aja sih. Ini di perpus lo jangan berisik!" omel Alan pelan.

"lagian elo bengong aja, sampe buku cuman di pegang doang, mikirin apaan sih?" tanya Raka penasaran melihat Alana yang tadi melamun. "Ah gue tau, mikirin gue ya?" asal Raka.

sial kenapa dia tahu, batin Alana. "Apaan deh lo geer banget! siapa juga yang mikirin lo!" ketus Alana.

"Tinggal jujur aja sih, pasti lo mikirin kan kenapa sahabat lo yang satu ini ganteng banget." ucap Raka dengan percaya diri.

"Apaan sih lo! pede banget gila lo!" ucap Alana dengan cukup keras, mendadak lupa sekitar kalau mereka sedang berada di perpus. Dan kalian pasti tahu akibatnya.
"Eh kamu yang duduk di sana, jaga ketertiban jangan berisik!" tegur salah satu penjaga perpus tersebut. Alana pun hanya meringis malu.

"padahal lo yang bilang ke gue jangan berisik, tapi malah lo yang di tegur." ujar Raka meledek dengan nada seperti berbisik.

"Semua gara-gara lo tahu! lagian ngapain sih di lo di sini, mending keluar deh main sana sama temen-temen lo itu!" ujar Alana kesal,

"Eh suka-suka gue dong. Ini kan fasilitas umum, lagian gue lebih lama di sini daripada lo!" jawab Rama tak mau kalah.

"Oke kalau gitu gue yang keluar! Awas aja ikut!" Suruh Alana seraya melangkahkan kakinya keluar perpustkaan itu, dan di susul oleh Raka.

"Eh Na, buru-buru banget sih!" tahan Raka mencekal sebelah tangan Alana.

"Gue bilang kan jangan ikutin gue. Gue mau sendiri."

"Apaan sih lo? gak usah alay deh sok-sok an mau sendiri."

"Ayo!" tarik Raka membawa Alana ke salah satu Gazebo di dekat taman.

"Raka! lo mau ngapain sih? gue paling gak suka ya jadi pusat perhatian gini!" ujarnya sudah duduk di samping Raka.

"Ya ini resiko lah deket sama cowok populer di sekolah," jawab Raka santai sambil terkekeh.

"Ih pede abis lo!" ucap Alana dibalas tertawa kecil oleh Raka. "Ya emang bener kan." ujar Raka.

"Terserah lo dah!" kesal Alana. Ya beginilah kalau punya sahabat yang setiap hari bikin darah tinggi. Ada saja kelakuan Raka yang selalu membuat Alana merada kesal. Tapi anehnya melihat kekesalan Alana adalah hal yang menyenangkan bagi Raka, katanya sih lucu.

*****

Pelangi di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang