Jamet #24,5

650 127 78
                                    

[10 April. Selasa, 19:24]

Hana : Blake berenti chat gue

Blake : gue nggak mau lo jauhin Han
Blake : gue minta maaf
Blake : gue emang cowok ternggak peka sedunia
Blake : gue cuman mau kita baikan kayak dulu
Blake : karena nggak adanya lo di hidup gue, gue nggak tau
Blake : semuanya jadi beda

Hana : hm

Blake : hana
Blake : gue sadar
Blake : cuman lo satu-satunya cewek yang paling spesial buat gue
Blake : bukan saoirse, marion, sisca, tanya, naya sekalipun
Blake : bukan siapapun itu yang pernah deket sama gue
Read

Blake : mungkin karena lo selalu ada buat gue, gue malah nggak sadar kalo lo berarti buat gue
Read

Blake : karena gue kepedean gue nggak bakal kehilangan lo
Read

Blake : okay gue bakal berenti chat lo dari sekarang

Hana : cewek nggak butuh kata-kata
Hana : mereka butuh bukti

Blake dengan secepat kilat menyambar dompet dan kunci motor yang tergeletak di atas meja belajarnya. Cowok itu nggak peduli di luar lagi ujan deres dan nggak peduli mama Soulla yang teriak-teriak ngingetin pake jas ujan.

Di tengah jalan, Blake masih nyempetin mampir ke abang cakwe demenan si Hana.

"Gocengan dua, Bang." Abis nerima bungkusan kresek item isi cakwe, Blake lanjut ujan-ujanan lagi ke rumah Hana.

"Adoh! Dingin bat bangsat!" umpat Blake yang kebut-kebutan. "Entah mengapa aku merasa menjadi Dilan," gumamnya pelan. Cukup lama berkendara di bawah derasnya guyuran rahmat Tuhan, Blake meyakinkan dirinya untuk memencet tombol pagar rumah Hana. Hana keluar dari rumahnya pake payung, membukakan pagar rumahnya memberi Blake akses masuk.

"Gue boleh masuk emangnya?" tanya Blake.

"Harusnya nggak, tapi gue lebih nggak tega liat lo kayak tikus kecebur got gini di depan rumah gue," balas Hana.

"Di teras aja, Han. Daripada sofa lo ntar basah semua," kata Blake.

"Lah emang gue nggak nyuruh lo masuk rumah 'kan?" balas Hana lagi masih dengan tampang nyolotnya. "Tunggu."

Cewek itu masuk ke dalam rumah ngambilin handuk dan jaket punya Ben yang belum sempet dia balikin.

"Pake aja dulu." Hana memberikan handuk sekalian jaket ke Blake. Blake natap Hana dengan tatapan 'sumpah gue pake beginian?' Blake mengernyit liatin jaket yang modelannya persis banget sama jaket Naruto. "Punya Ben, daripada lo kedinginan."

Masih mau protes tapi nggak jadi soalnya inget dipinjemin jaket sama Hana aja dia udah bersyukur. "Ini Han, cakwe."

"Langsung aja, lo mau apa?"

Blake yang tadinya fokus ngeringin rambut mendadak diem sambil batinnya berkata,

Emang gue mau ngapain sih?

"Ka-katanya cewek butuhnya bukti."

Hana mengerutkan dahinya. "Lo mau buktiin apa emangnya?"

"Buktiin...," gumam Blake ragu-ragu. "Kalo lo spesial."

Hana mendengus kasar. "Kalo emang nggak ada rasa nggak usah maksain, gue udah ngerti kok."

"Ha?" tanya Blake bingung. "Oh! Gue seriusan kok kalo lo spesial, makanya ini gue mau minta maaf. Maafin nggak?" lanjutnya. "Maafin ya kan?"

"Udah gue maafin," balas Hana.

"Ah boong, lo masih jauhin gue. Kalo udah maafin mah main sama Aa' Blake lagi. Dapet apa sih lama-lama jauhin gue?"

Hana terdiam, merasa yang dilakukannya sungguh sangat tidak berguna sekali. Gue jauhin dia biar nggak sakit hati yang ada malah gue mikirin dia tiap hari, batin Hana.

"Gue sakit hati aja," kata Hana. "Gue cuman nggak bisa nerima kenyataan kalo lo nolak gue."

"Gue waktu itu belum ada perasaan Hana, bukan nolak." Blake membela dirinya sendiri.

"Lebih pentingin cinta daripada persahabatan kita berempat. Emang ya, gue bucin banget," kata Hana lagi. "Harusnya gue yang minta maaf. Karena gue egois, seenaknya sendiri."

"Kita baikan kan?"

Hana mengangguk kecil. "Iya, Blake."

"Lo emang cuman satu, Han." Blake menarik Hana ke pelukannya. "Dan gue nggak mau kehilangan sahabat yang paling gue sayangin."

"Setolol itu ya, gue masih berharap lebih dari sahabat buat lo."

---

[penurunan kwalitas bikos aku sedang dalam fase sibuk. walaupun ga nyangka aku bisa sibuk.]

Jamet [Reece/NHC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang