1. Liputan

216 18 0
                                    

Selamat membaca :) tandai kalau ketemu typo. Thnkyu

°•°•°


Pukul 06.05 waktu Sumatera


Asap mengepul dari cangkir kopi yang baru saja diseduh oleh wanita paruh baya yang terkekeh geli menatap suaminya yang begitu serius menonton berita pagi ini

"Selamat pagi pemirsa, kembali lagi bersama saya Danu Kusuma dan rekan saya Erina Warti di acara seputar Indonesia pagi untuk mengabarkan berita berita yang teraktual dan terpercaya, yang sudah kami rangkum dalam seputar Indonesia pagi ini"

"Serius sekali"

Suaminya menoleh "Siapa tau yang liputan itu Nisa"

"Stasiun televisi tempat Nisa kerja bukan yang itu Amang"

Sang suami terkekeh kekeh geli karena lupa dimana anaknya bekerja padahal sudah diberi tahu berulang kali

"Anak itu, lupa mengabarkan orang tuanya akhir akhir ini"

Wanita dan pria yang sudah sepuh itu menonton dengan diam berita pagi ini sambil membayangkan anak mereka yang juga bekerja seperti itu

°•°•°

"Gila aja lo bangun jam segini Nis, kita mau live report jam 9 dan lo nyaris bangun jam 9" Gerutu Halim, rekan kerja Nisa sekaligus sang kameramen

"Lebay deh, bahkan kita masih sempat sarapan kalau kalau lo lupa" Nisa menatap pantulan wajahnya dicermin kecil yang selalu tersimpan ditasnya

Setelah memoles sedikit lipstik, Nisa menyimpan barang barang pentingnya itu. Tak lupa menoleh sebentar ke arah Halim yang duduk di jok belakang dan tidak habis habis menggerutu, lalu dengan acuh Nisa mencibir "Giliran lo yang telat gue nggak gitu juga kali"

"Berisik lo"

"Bodo"

"Kira kira macet nggak bang?" Nisa menoleh ke arah supir kantor yang selalu mengantar mereka

"Lumayan lah, Kapan sih Jakarta nggak macet?" Balas abang supir lalu tertawa melihat wajah masam Halim dan Nisa

"Keburu bang" Desak Halim

"Gampang itu Mas"

"Gara gara lo tuh Nis" Lagi lagi Halim menyalahkan Nisa

Memang benar Nisa yang salah, seharusnya Nisa bangun lebih pagi dan bersiap agar mereka tidak terjebak macet dijalan. Dari semalam Halim mewanti wanti agar Nisa memasang alarm di ponselnya karena perempuan itu kalau sudah bertemu dengan bantal dan kasurnya akan lupa diri. Dan apa yang dikatakan Halim akan masuk ditelinga kanan kemudian keluar diteling kiri Nisa, tidak dikerjakan dan dianggap angin lalu. Sampai sekarang Halim kesal dengannya

Dua puluh lima menit kemudian mereka sampai dilokasi yang mana akan menjadi tempat liputan hari ini. Nisa keluar dari mobil disusul Halim yang kemudian mengatur posisi kamera

Ditrotoar jalan itu Nisa melaporkan arus lalu lintas dari arah Jakarta menuju puncak yang sangat padat bahkan kendaran roda empat tidak bergerak sedikit pun

Setelah dipersilahkan rekan dari studio Nisa mulai melaporkan apa saja yang terjadi disana

"Baik terima kasih Puspa.
Pemirsa, saat ini saya sedang berada tepat didepan pos polisi Gadog. Kemacetan di daerah ini sudah menjadi langganan dan masalah utama bagi pengendara roda dua maupun roda empat. Apalagi sekarang ini sedang mejelang libur panjang. Kemacetan ini terjadi hampir sekitar 2 jam. Saya berada tepat dititik paling padat didepan pos polisi Gadog. Kepadatan lalu lintas juga terpantau disejumlah titik seperti diruas jalan Cipayung hingga Simpang Megamendung. Kasat Lantas Polres Bogor AKP Trisno mengatakan, selain karena jumlah wisatawan yang membludak, tersendatnya arus lalu lintas di jalur Puncak juga disebabkan adanya aktivitas keluar masuk kendaraan di beberapa lokasi objek wisata. Demikian laporan dari jalan raya Gadog, jawa barat. Saya Khairunnisa Putri Hasibuan dan kameramen Halim Saputra melaporkan kembali ke studio, Puspa"

°•°•°

Tepat jam makan siang Nisa beserta Halim dan bang Parjo singgah diwarung makan sate Madura sesuai rekomendasi bang Parjo yang katanya rasanya endeussss

"Panas banget, makin itam nih muka gue mana nanti malam mau kencan lagi. Ah parah" Keluh Halim seraya mengibaskan tangan didepan wajahnya

Nisa terkekeh "Alahh palingan juga kencan buta doang, segala pake pamer"

"Idih iri lo ya?" Halim memicingkan matanya menuduh "Makanya Nis, kalau ada yang ngajak pacaran mau aja. Sok jual mahal segala"

"Eh curut, lo pikir umur gue ABG apa diajak pacaran segala. Noh Inang sama Amang dikampung udah tanya kapan lamaran kapan lamaran lah calon aja masih semedi. Pusing gue! Belum bayar token listrik, uang kontrakan, laundry, ya gimana ada calon"

Halim melongo melihat Nisa yang malah mengomelinya kemudian curhat curhat dadakan tentang susahnya menjadi anak rantau seperti dirinya

"Ya namanya juga resiko neng, diterima aja. Yo wes mending kita makan sekarang, abang laper nih" Seru bang Parjo sektika membungkam Nisa dan menatap lapar makanan yang sudah tersaji entah kapan datangnya

"Eh Nis dipos polisi gadok tadi banyak pak pol muda tuh" Cetus Halim ketika menyelesaikan makanannya seraya mengusap supa perutnya kekenyangan

"Terus?"

Halim mendengus "Kawinin Kek satu! Lumayan lah" Kata Halim menggebu

"Eh mulut lo kawin kawin, gue siram juga lo Lim!"

°•°•°

Tepat selesai maghrib Nisa tiba dirumah kontrakannya. Rumah yang dihuninya bersama dua sahabat karibnya selama di ibukota ini, rumah kontrakan kecil yang cukup menampung meraka bertiga dengan tiga kamar, ruang makan yang langsung tersambung dengan dapur, ruang tengah dan ruang tamu. Rumah kontrakan ini menjadi saksi bisu ketiga perempuan single yang sibuk dengan pekerjaan masing masing. Nisa bekerja sebagai seorang reporter dalam stasiun tv swasta, Ica seorang customer servis officer disebuah bank sentral, sedangkan Erin seorang guru PNS disekolah negeri Jakarta

"Assalamualaikum ladiesssquee"
Nisa masuk seraya menenteng plastik hitam ditangnnya

"Wa'alaikumsalam apa tuh? Aromanya kayak martabak telor, bener apa bener?" Ica yang sedang berbaring diruang tengah seraya menonton langsung saja duduk begitu melihat kedatangan Nisa

"Itu hidung apa laser? Jarak radius berapa meter udah kecium aja"Nisa memberikan plastik itu kepada Ica yang langsung menerimanya suka cita

Erin yang baru keluar kamar dengan rambut terlilit handuk langsung terkekeh "Maklum Nis, belum makan tuh"

"Kenapa nggak pada makan? Heran gue, punya duit kok pelit"

"Lagi ngirit, belum gajian" Serempak Ica dan Erin menjawab

Nisa tertawa lalu masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya sebelum waktu Maghrib habis

°•°•°

Sampai jumpa di part selanjutnya :*

Kalau ada kesalahan tolong dikoreksi :) Jangan lupa tinggalkan jejak wqwq

Vote&komentarnya

See u

Palu, 01 Agustus 2019

Reporter & Tetangga SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang