9. Logaritma Perasaan

96 11 2
                                    

Maaf kalau ketemu typo. Tidak bosan bosan saya bilang tandai :)

°•°•°

Setelah insiden kode sidik jari dirumah Nisa. Hubungan keduanya semakin membaik, tidak ada bersitegang atau batas teritorial yang diucapkan Nisa tempo hari. Naufal semakin gencar bertamu kerumahnya, Nisa bahkan tidak ambil pusing dengan menyuruh Naufal pulang.

Bahkan kedekatan keduanya membuat Ica dan Erin bertanya tanya. Apa yang mereka lewati selama mereka diluar kota kemarin. Nisa yang ditanyai mengenai kedekatannya dengan Naufal yang semakin hari semakin lengket itu malah tersenyum salah tingkah.

Nisa sendiri juga tidak tahu apa penyebabnya. Semua berjalan sesuai nalurinya. Ia membiarkan Naufal mendobrak paksa pertahanannya selama ini. Membiarkan pria itu masuk kedalam logaritma perasaannya.

Membuatnya uring uringan jika tidak bertemu pria itu. Membuatnya kesal kalau Naufal digoda ibu ibu ditukang sayur, bahkan mendiamkan Naufal karena pria itu sering hilang tiba tiba. Sekali lagi Nisa juga tidak tahu kenapa sikapnya seperti ini. Dua Minggu kemarin dia menegaskan pada Naufal tentang batas teritorialnya, bahkan sekarang dia juga sudah melanggar batas itu

Nisa hanya mengikuti nalurinya. Entah bagaimana kelanjutannya itu urusan nanti. Yang jelas melihat Naufal dalam sehari itu sudah cukup menyenangkan untuknya

Dering ponsel menyentak kesadaran Nisa. Gadis itu menatap layar ponsel yang berkedip-kedip menampilkan nama Mas Tetangga disana

"Halo?"

Lama Nisa menunggu namun tak ada balasan. Yang terdengar hanya bunyi grasak-grusuk dan kendaraan lalu lalang

"Mas? Halo?" Ulangnya sekali lagi

"Ah iya. Dimana? "

Nisa tersenyum mendengar suara Naufal menyahut dari sebrang

"Dicafe depan kantor. Kamu dimana?"

"Dijalan. Nggak tau mau kemana, aku kesana ya?"

"Emang nggak kerja?"

Lama Naufal terdiam sebelum ia menjawab

"Kerja kok. Hari hari kerja"

Nisa menganggukkan kepalanya walaupun Naufal tak melihatnya

"Yaudah. Aku tunggu disini, jangan lama soalnya sejam lagi mau liputan"

"Iya. Aku kesana sekarang"

Sambungan terputus. Nisa mendengus pelan seraya tersenyum geli mengingat tingkah keduanya. Entah sejak kapan mereka menandaskan panggilan saya-gue yang menjadi kebiasaan Nisa dan Naufal awalnya. Ketidakmampuan Nisa mengimbangi perasaanya membuat Nisa menjilat ludahnya sendiri

Naufal...

Dia pria baik. Hampir akrab dengan semua warga dikomplek, entah kumpulan ibu ibu berdaster atau bapak bapak yang sering pulang bersama dari Masjid. Hingga kepada anak anak disana, oh iya. Ketiga wanita single disebelah brumahnya pun sangat akrab dengannya

Pria itu menarik. Dengan segala sikap humblenya. Namun, tahu batasan batasan apa saja yang perlu diperhatikan, ia mampu membuat Nisa menangkis habis dinding pembatas yang dibangun gadis itu

Reporter & Tetangga SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang