*Lanjutan cerita "Candle Light/사랑한단 뜻이야".
.
Renjun membuka kedua matanya perlahan. Dengan kesaadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, ia mencoba untuk mencari keberadaan jam dinding.
Pukul setengah sembilan.
Kemudian ia mencoba untuk melihat jendela yang masih tertutup oleh tirai berbahan kain yang memiliki tekstur kasar tersebut.
Cukup terang.
Berarti dapat disimpulkan bahwa; hari sudah pagi.
Pemuda bermarga Huang itu mencoba untuk berpikir-pikir, apa yang telah terjadi kemarinnya hingga ia tertidur di lantai yang telah dilapisi karpet berbulu ini. Terlalu sibuk berpikir, hingga kedua mata kelamnya jatuh kepada sosok pemuda imut yang berbaring di sebelah kirinya. Lebih tepatnya, berhadapan dengannya.
Manis.
DIbanding kata "cantik", Renjun lebih suka menyebut kesayangannya itu dengan kata "manis".
Tepat setelah menatap wajah damai sang kekasih yang masih terlelap, Renjun baru dapat mengingat semuanya yang telah terjadi kemarin.
Berpesta di rumah Haechan, dalam rangka merayakan pergantian tahun.
Yang artinya, hari ini sudah memasuki tahun yang baru.
Untuk mahasiswa-mahasiswa seperti mereka bertujuh, kalau liburan artinya santai-santai di rumah. Ingin jalan-jalan, tapi yang ada uang jajan sebulan bakalan habis. Apalagi, untuk mahasiswa setipe Renjun yang tinggal sendiri di sebuah apartemen.
Tapi kalau santai-santai di rumah, bukan berarti harus hibernasi selama satu hari lamanya, kan?
Renjun mengusap rambut Chenle sebentar, lalu dengan perlahan ia bangkit dari posisi berbaring, kemudian berdiri. Kini, pemuda berbadan paling kecil di antara geng "Dreamies" tersebut dapat melihat seluruh keadaan di ruang keluarga milik Haechan.
Kacau. Seperti kapal pecah.
Bayangkan saja. Ada yang tidur di atas karpet, ada yang tidur di sofa—bahkan dua orang dalam satu tempat duduk tersebut, gelas-gelas dan piring-piring berserakan di atas meja, laptop yang masih dalam keadaan belum dilipat, dan botol-botol kola yang berjatuhan di dekat meja.
Terpaksa, Renjun harus membereskan semuanya. Pemuda itu mana tahan dengan keadaan yang seperti rumah terkena badai begitu?
Sambil membereskan sampah-sampah di wilayah meja, ia terus bergumam tak jelas. Mungkin seperti... menyumpah? Anggap saja begitu. Bibir yang menjadi favoritnya Chenle itu tidak berhenti berbicara dengan seuara yang kecil. Dari menyumpah si tuan rumah yang tidak ingin bangun, menyumpah botol-botol kola yang terus berjatuhan ketika sedang dikumpulkan, hingga menyumpah Jeno yang masih tidak menyadari bahwa air liurnya terus mengalir lewat mulutnya yang setengah terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
1, 2, 3 [RenLe]
Short Story1, ini kumpulan serial pendek dari Renjun dan Chenle. Bukan hanya one-shot, tapi bisa two-shot. 2, ini bisa berupa songfiction, bisa berupa cerita yang muncul dari kepalaku. Kebanyakan songfiction. 3, ini genre ceritanya macam-macam. Bisa fluff, rom...