Entah ada angin ribut atau banjir bandang, tiba-tiba Mark—kakak tingkatnya yang satu jurusan dengannya—menarik Renjun ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kampus mereka. Untungnya kafe tersebut sedang sepi, jadi Mark dapat menjalankan sebuah misi yang harus dilakukannya bersama kekasihnya—Haechan—tanpa harus terganggu oleh percakapan-percakapan yang terdengar berisik jika banyak pelanggan yang datang ke sana.
Sementara mereka berdua menunggu pesanan minumannya, Mark merogoh tas ranselnya dan mengeluarkan beberapa barang yang ada di dalamnya. Dimulai dari sebuah kamera digital, kemudian kaki tiga untuk kamera, buku catatan kecil, sebuah pulpen, dan berakhir dengan kotak kacamatanya, yang tentunya berisi kacamata bulat berbingkai kawat berwarna emas miliknya. Melihat kakak tingkatnya yang mengeluarkan banyak barang, Renjun mengernyit heran.
"Hyung, apa yang ingin kau lakukan?"
"Mewawancaraimu," jawab Mark singkat.
Renjun terkejut, sekaligus penasaran. "Untuk tugasmu?"
"Ya, begitulah," jawabnya lagi.
Jawaban-jawaban singkat yang dilontarkan oleh Mark cukup membuat Renjun paham, setidaknya begitu. Ia terlalu malas untuk bertanya lebih banyak lagi.
Setelah dua gelas bubble milk tea mereka datang, dan kamera milik Mark sudah berada di posisi yang tepat, Renjun duduk di sebuah kursi yang sudah Mark letakkan sedemikian rupa.
"Aku terlihat tampan, kan?" tanya Renjun percaya diri.
"Kau terlihat tampan dimana pun, tenang saja," jawab Mark sambil terkekeh pelan, "dan kau tidak perlu terlalu tegang, rileks dan santai saja. Kau juga boleh meminum milk tea-mu sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan dariku."
Renjun mengangguk-angguk, dan menjawab, "Baiklah."
Mark berdeham kencang, sekadar menjernihkan tenggorokannya untuk mendapatkan suara yang lebih bagus. Ia menekan sebuah tombol di kamera, dan dalam hitungan detik kamera tersebut mulai merekam video. Setelah memastikan bahwa benda berlensa tersebut telah menyala dan merekam Renjun, pemuda yang setahun lebih tua itu mengalihkan pandangannya ke buku catatan kecil yang berada di tangan kirinya. Di buku tersebut, telah tertulis beberapa pertanyaan yang ditujukan untuk pemuda yang berada di depan kameranya.
"Oke sekarang kita mulai..." gumam Mark, "Apakah kau sudah punya pacar?"
Tiba-tiba? Bukannya Mark Hyung sudah tahu? tanya Renjun dalam hati.
"Iya... Zhong Chenle..."
Mark tersenyum tipis, "Padahal aku tidak menanyakan namanya, hahaha..."
"Oh, iyakah? Hehehe..."
"Bagaimana hubunganmu dengannya sampai saat ini?"
"Hmm... Baik-baik saja," jawab Renjun jujur.
Mark mengangguk-angguk, tangannya mengelus-elus dagunya. "Pernah berpikiran untuk putus dengannya? Atau mungkin, pernahkah kalian putus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1, 2, 3 [RenLe]
Short Story1, ini kumpulan serial pendek dari Renjun dan Chenle. Bukan hanya one-shot, tapi bisa two-shot. 2, ini bisa berupa songfiction, bisa berupa cerita yang muncul dari kepalaku. Kebanyakan songfiction. 3, ini genre ceritanya macam-macam. Bisa fluff, rom...