Dididididit! Dididididit! Dididididit!
Tanganku berusaha untuk meraih ponsel yang berada di samping kasurku. Setelah aku mendapatkannya, buru-buru kumatikan alarm agar bunyi yang mengganggu itu berhenti. Aku melihat deretan angka yang tertera pada layar ponselku.
"Jam... delapan... pagi... Oh, sudah pagi lagi," gumamku.
Entah mengapa aku merasa lesu hari ini. Harusnya aku merasa semangat, mengingat hari ini aku akan pergi berkencan lagi dengan Renjun Hyung. Namun ketika aku mengingat kemana kami akan pergi hari ini...
"Aish, kafe lagi!"
Sudah setiap minggu aku dan dia pergi ke kafe. Ya, walaupun kami pergi ke kafe yang berbeda setiap minggunya, namun sama saja. Aku selalu berpikir, "Tidak ada tujuan lain selain ke kafe?"
Jujur, aku bosan.
Kalau tidak ke kafe, pergi makan malam bersama. Kalau tidak ke restoran atau tempat makan lainnya, pergi ke bioskop. Kalau tidak ke bioskop, ya pergi ke kafe. Selalu begitu. Tidak ada variasi lainnya, palingan hanya tempatnya yang berbeda.
Aku tidak ingin mengecewakan Renjun Hyung, jadi aku segera bangkit dari tempat tidur dan membersihkan diri. Dia sudah membuat janji untuk bertemu di kafe dekat tempat tinggalku pukul sembilan pagi.
Sesampainya aku di sana, kedua mataku langsung menangkap sosok tampan sekaligus manis yang sedang duduk di salah satu meja dekat dengan jendela luar. Itu kekasihku, Renjun Hyung. Aku melambaikan tangan padanya, dan dia juga melambaikan tangannya padaku. Segera aku menghampirinya dan duduk di hadapannya.
"Kau datang awal sekali, Hyung. Sudah menunggu lama, kah?"
"Ah, tidak juga, aku baru sampai di sini dua menit yang lalu."
Aku menganggukkan kepalaku sebagai tanda mengerti.
Renjun Hyung memanggil seorang pelayan untuk memesan beberapa makanan kecil dan minuman. Setelah memesan, kami berbincang ringan, hanya seputar bagaimana kegiatan seminggu ini atau cerita-cerita lucu.
"Hyung, minggu depan kita mau kemana?" tanyaku tiba-tiba.
Dia berpikir sebentar, lalu menjawab pertanyaanku, "Ke bioskop? Ada film yang baru saja dirilis, bergenre fantasi, kau pasti suka."
Aku setuju dengan filmnya, namun mengingat ke bioskop lagi...
"Hei, kenapa?"
"O... oh, tidak apa-apa, Hyung."
Buru-buru aku memasang wajah ceria agar Renjun Hyung tidak khawatir. Aku tidak ingin membuatnya kecewa atau marah, maka dari itu aku tidak berani untuk memprotesnya.
"Pesanannya sudah datang, selamat dinikmati."
Setelah menunggu seorang pelayan menaruh pesanan kami di atas meja, kami mengobrol kembali. Tentunya, sambil menikmati sepotong cheesecake yang kami pesan untuk berdua dan dua gelas mocchalatte.
KAMU SEDANG MEMBACA
1, 2, 3 [RenLe]
Short Story1, ini kumpulan serial pendek dari Renjun dan Chenle. Bukan hanya one-shot, tapi bisa two-shot. 2, ini bisa berupa songfiction, bisa berupa cerita yang muncul dari kepalaku. Kebanyakan songfiction. 3, ini genre ceritanya macam-macam. Bisa fluff, rom...