가시리 (Gasiri)

1.2K 110 11
                                    

!WARN! SOME VIOLENCE CONTENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

!WARN! SOME VIOLENCE CONTENT!

.

"Gege! Cepat!!!"

"Iyaaa!"

"Pegang tanganku erat-erat!"

Di suatu malam yang gelap, yang dimana sudah banyak orang yang terlelap di kasurnya masing-masing, terjadi aksi kejar-kejaran yang terasa menegangkan, kira-kira begitulah menurut yang dikejar. Seorang bapak, yang terlihat mulai berumur tersebut, berlari mengejar dua anak laki-laki dengan sebuah pisau belati di tangan kanannya. Dia berlari seperti orang yang tidak waras, berlari dan mengulurkan tangan kanannya sebisa mungkin agar dapat mengenai bocah-bocah incarannya itu. Bapak tersebut tidak terlihat mabuk, tapi dia terlihat sangat menyeramkan.

Di satu sisi lainnya, terdapat dua anak laki-laki yang sedang berlari dengan segenap kekuatan yang mereka miliki. Sambil berlari, sambil melihat ke belakang untuk memastikan, sambil mencari sebuah gang atau tempat apapun untuk dapat bersembunyi dari seorang bapak yang mengejar mereka.

Huang Renjun dan Huang Chenle.

"Ah, itu dia!"

Renjun, kakak kandung dari Chenle, berseru ketika ia menemukan sebuah tempat persembunyian yang cocok bagi mereka berdua. Dengan tergesa ia menarik lengan Chenle, dan buru-buru menghampiri tempat persembunyian yang ia temukan agar tidak ketahuan.

"HEI BOCAH TIDAK TAHU DIRI! KEMANA KALIAN, HAH?!"

Si bapak tersebut terus berlari sampai beteriak, hingga tidak sadar jika dirinya melewati sebuah gang, yang dimana merupakan tempat persembunyian "bocah tidak tahu diri" yang dia incar.

Setelah teriakan gila dari bapak tersebut sudah tidak terdengar, Renjun dan Chenle menghela napas lega. Dan setelah itu, tangis mereka pecah begitu saja.

"H... h... hiks... Gegeee..."

"Shhh... Jangan kencang-kencang, Chenle... Hiks... Nanti bapak gila itu akan mengetahui... hiks... keberadaan kita..."

Renjun meraih tubuh adiknya, dan memeluknya erat. Kepalanya sengaja disembunyikan ke dalam dadanya agar suara tangisnya tidak terdengar kencang. Begitu pun dengan Renjun yang menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Chenle.

"Hiks... Kita selamat? Hiks..."

"Iya... Hiks... Kita selamat..."

Mereka bertahan dalam posisi tersebut setidaknya hingga lima belas menit. Peduli dengan udara pengap dan hawa dingin yang terasa, karena yang terpenting saat ini adalah memastikan bahwa mereka dalam keadaan aman dan selamat.

"Aku lelah..." gumam Renjun pelan, masih dalam keadaaan saling memeluk.

"Aku juga, Ge," balas Chenle, " Ngomong-ngomong... kita... sekarang berada di daerah mana?"

"Tidak tahu."

Helaan napas keluar dari hidung Chenle. Ia melepas pelukan tersebut, dan memilih untuk duduk merapat di samping Renjun kemudian menyandarkan kepalanya di pundak lebar milik kakaknya.

1, 2, 3 [RenLe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang