"Maafkan aku, Jo. Silahkan benci aku seumur hidup kamu, aku rela, aku ikhlas. Tapi jangan pernah cari aku lagi. Hidup kamu sudah cukup menderita karena aku. Selamat tinggal, Jo. Semoga kamu bahagia."
Ayura tersentak dari tidurnya. Ini sudah ke sekian kalinya ia bermimpi hal yang sama. Sepertinya rasa bersalah tak akan pernah berhenti mengikutinya hingga ia mati. Meski sudah sepuluh tahun berlalu dan ia tak pernah mendengar nama Jonattan lagi. Tapi peristiwa di malam saat ia menemui Jo terus saja muncul berulang-ulang kali di mimpinya.
Ayura menghela napas, meneguk habis satu gelas air dingin.
"Mami belum tidur?"
Ayura terkejut. Haras, anak laki-laki berumur 9 tahun itu mengambil air dari kulkas, lalu meneguknya langsung dari botol.
"Har, jorok."
Haras tak menggubris. Ia ikut duduk di kursi tinggi meja bar mereka, di samping Ayura.
"Mami kenapa belum tidur? Lembur lagi?"
Ayura menoleh memandang Haras. "Apa mami resign aja ya, Har? Kita pindah ke desa, jual rumah ini."
"Terus mami mau kerja apa di desa?"
"Hmm, jual bunga, mungkin. Atau mami bisa berkebun. Tomat, timun, cabe.."
Haras mendelik. "Nggak ada ide yang lebih bagus dari itu?" Cemoohnya.
Ayura mencibir. "Emang kenapa? Salah mami pengen berkebun?"
"Nggak salah, sih. Tapi not so you banget, Mam."
"Ih, kayak yang kenal aja. Emang kamu tau mami gimana?"
Haras melipat tangan di dada. "I'v been live with you for 10 years. Kalau mami lupa, Har bahkan di perut mami selama 9 bulan." Anak ini memang terlalu cerdas.
"Ih anak siapa sih ini? Gemes deh.." Ayura mencubit pipi Haras dengan mode gemas. Sementara Haras memutar bola mata melihat ulah Ayura.
"Udah ah, Mam. Besok ada ulangan." Haras turun dari kursi. "Btw, kalau Mami nggak punya persiapan matang, nggak usah sok ngusulin mau tinggal di desa," ucapnya sebelum ia berlalu.
Ayura hanya bisa bengong melihat putranya itu. "Tuh anak niru siapa sih? Ya ampun." Ayura meneguk lagi air segelas sebelum ia kembali ke kamar.
****
Haras tak pernah melarang Ayura menikah lagi. Tidak sekalipun. Ia bahkan kadang terang-terangan menyuruh ibunya itu berkencan. Tapi Ayura tak pernah menganggapnya serius. Selain ia terlalu sibuk bekerja, Ayura belum kepikiran untuk menikah lagi. Tak ingin dan juga tak siap.
"Har, ntar malam kayaknya mami telat pulangnya. Kamu pesan makanan aja ya."
"Iya." Haras menutup pintu mobil.
"Love you, my boy.." Ayura mengecup jauh. Haras menghela napas kemudian berlalu. Ayura hanya bisa tertawa kemudian ikut meninggalkan gerbang sekolah Haras.
****
"Lunch, Yu?" Rangga muncul di depan kubikel Ayura.
Ayura melirik jam tangan. "5 menit lagi, nanggung nih. Kabarnya Pak Wiryo mau datang.
"Tau dari mana Pak Wiryo mau datang?"
"Anak divisi."
"Pak Wiryo emang mau datang, tapi bukan buat controlling. Gue denger itu mau rapat pemegang saham."
"Pemegang saham?"
Rangga mengangguk.
"Jadi semua pemilik saham di sini bakal datang gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peppermint [TAMAT]
Diversos[TEMUKAN DI DREAME] Ayura hanya akan melihatnya sebentar saja. Menunggu sampai pria itu sadar dan memastikan pria itu masih hidup. Setelahnya ia akan pergi jauh. Ayura tau betapa benci semua orang di sini padanya. Tenang saja. Ayura akan pergi, den...