Ayura terdiam, pun Haras. Anak laki-laki itu menundukkan wajahnya. Lima belas menit berlalu, Ayura masih bungkam.
Haras mengangkat wajahnya takut-takut. "Mam.."
"Kenapa kamu menemui mereka?!"
Haras terkejut oleh nada tinggi Ayura.
"Har—"
"Kamu masih punya Mami Haras. Kenapa kamu menemui mereka sendirian bahkan tanpa kasih tau Mami?!"
Haras terdiam. Membeku di tempatnya. Ayura sangat jarang sekali marah padanya. Bahkan hampir tidak pernah.
"Maafin Har, Mam.." ucap Haras penuh sesal. Suaranya terdengar sangat jauh.
Ayura terdiam. Tiba-tiba merasa tertampar sendiri. Rasa bersalah langsung menerpanya. Harusnya ia tidak memarahi Haras. Harusnya ia menenangkan anaknya itu.
Ayura menghela napas. Kemudian diraihnya Haras ke dalam pelukan.
"Mami nggak mau kamu kenapa-kenapa. Mami cuma punya kamu Har, Mami nggak punya siapa-siapa lagi.." diusapnya rambut Haras.
Haras kembali bergumam meminta maaf.
"Mami juga minta maaf ya. Mami nggak sengaja bentak kamu."
"Nggak, Mam. Har yang salah. Harusnya Har kasih tau Mami. Tapi Har nggak tega lihat Mami jadi kepikiran masalah itu terus sampai nggak bisa istirahat.."
Ayura tertegun. Tak menyangka bahwa Haras memperhatikannya dan menyadari sikapnya. Ayura harusnya ingat bahwa Haras sangat peka. Apalagi itu berhubungan dengannya.
Ayura mencium puncak kepala putranya itu. "Har janji ya, ini terakhir kali Har lakuin ini sendirian. Har harus janji juga, jangan pernah terlibat sama mereka lagi."
Haras mengangguk. Ayura menarik napas dalam.
"Kamu melakukan kesalahan besar hari ini, Jo," batin Ayura.
****
Setelah mengantar Haras kembali ke sekolah, Ayura kembali ke kantor. Tak disangka ia langsung dihadapkan pada cobaan lainnya. Ternyata tadi ada apel dadakan dan ia tidak di sana. Untung saja ia hanya dapat peringatan kecil saja.
"Faranisa Ayura.."
"Iya, saya." Ayura bangkit. Seorang wanita dengan pakaian super modis dan badan bak model berdiri dengan sangat cantik di depannya.
"Kamu dipanggil Pak Direktur."
Ayura melotot. "Hah? Saya?"
Wanita yang Ayura tau merupakan sekretaris Aditya itu mengangguk. Ia kemudian jalan lebih dulu. Ayura sudah kelabakan karena terkejut. Apalagi teman-teman di divisinya menatapnya penuh tanya.
Ayura menarik napas dalam.
"Semoga Kelana nggak ingat lagi sama aku," doanya penuh harap. Ia bergegas mengikuti sekretaris cantik tadi.
"Silahkan masuk," ucap si sekretaris tadi setelah membukakan pintu untuk Ayura.
Ayura tersenyum tipis. Sebelum masuk sekali lagi ia menarik napas dalam.
"Selamat siang, Pak.."
Aditya yang sedang berkutat dengan komputernya menoleh sebentar. "Ah, kamu sudah datang," katanya. "Sebentar.." ia kembali berkutat dengan komputernya. Tak lama ia memusatkan seluruh perhatian pada Ayura. "Silahkan duduk, Faranisa.."
"Terimakasih, pak."
Keduanya bertatapan beberapa detik, Ayura lebih dulu mengalihkan pandangan dengan menunduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peppermint [TAMAT]
De Todo[TEMUKAN DI DREAME] Ayura hanya akan melihatnya sebentar saja. Menunggu sampai pria itu sadar dan memastikan pria itu masih hidup. Setelahnya ia akan pergi jauh. Ayura tau betapa benci semua orang di sini padanya. Tenang saja. Ayura akan pergi, den...