Bagian : III

18.6K 2K 16
                                    

          "Mam.." Haras duduk di sebelah Ayura. "Nggak perlu bawa masalah tadi ke pengadilan. Besok Har bakal minta maaf ke Cindy."

           Ayura yang sedang menyaksikan tayangan sebuah variety show dari Korea mengalihkan pandangan ke putranya itu. Ayura tersenyum.

           "Emang masalahnya sebenarnya apa? Mami yakin kamu nggak sekedar dorong Cindy hanya karena kesal, kan? Kayaknya bukan anak mami banget."

             Haras melipat tangan di dada. Nyatanya bocah 9 tahun itu terlalu mengerti dan dewasa untuk ukuran anak seusianya. Tindakannya tidak seperti anak-anak kebanyakan. Selama ini, Ayura tak pernah direpotkan untuk hal-hal sepele tidak penting seperti anak-anak yang bertengkar karena berebutan mainan, atau anak-anak nakal yang mengejek anak lainnya. Haras terlalu dewasa untuk melakukan itu. Dia berprestasi, tidak banyak omong, dan dia tipikal anak yang lebih suka menghindar daripada terlibat masalah.

            "Nggak mau cerita nih, ke Mami?" tanya Ayura karena Haras masih bungkam.

            "Intinya Har nggak salah. Apa yang terjadi nggak perlu diungkit lagi."

             Ayura menghela napas. Agaknya masalah ini memang cukup mengganggu Haras. Sebab sangat jarang ia bersikap begini. Tapi Ayura bukan jenis ibu pemaksa. Dielusnya rambut Haras.

             "Di dunia ini, nggak ada orang yang lebih Mami sayang selain kamu. Kamu sembilan bulan di perut mami cukup untuk membuat mami mengerti kamu. Mami nggak akan minta Har minta maaf kalau Har emang nggak salah. Biar Mami yang urus, huh?"

             "Tapi Har nggak mau Mami jadi susah karena hal sepele kayak gini.."

             "Sepele? Kalau ini menyangkut anak kesayangan Mami, ini bukan hal sepele. Mami nggak akan pernah biarkan anak Mami ini ditindas orang lain," ujar Ayura dengan mimik bicara seperti bicara pada anak umur 3 tahun.

             "Mam, i'm not a kid anymore.."

            "Iya, tau.." Ayura mengedipkan mata. "Nggak ada pr kamu?"

            "Udah selesai.."

            "Jagoan Mami emang the best. Mau pasta nggak?"

             Haras mengangguk. Ayura bangkit menuju dapur.

             "Mam!" Panggil Haras. "Gimana sama lamaran om Dirga kemarin?"

****

             Ayura belum memberikan Dirga jawaban. Itulah kenapa ia memilih mengabaikan telpon Dirga pagi ini. Bahkan sampai siangpun ia tak menjawab panggilan ataupun membalas pesan pria itu.

            "Yu,"

            "Apa?"

           "Pak Wiryo di sini, sama CEO baru. Semua di suruh kumpul di aula."

          "Ok." Ayura merapikan penampilannya sebentar, lalu bergegas mengikuti yang lain ke aula.

          "Mana CEO barunya?" Ayura celingak-celinguk.

          "Noh," tunjuk Rangga dengan dagu. "Yang pakai dasi warna hijau tua metalik."

          Ayura manggut-manggut. Karena ia berdiri agak jauh di belakang ratusan pegawai, Ayura tak bisa melihat dengan jelas. Kondisi lensa kontak yang belum digantinya membuat penglihatannya agak bermasalah.

          Pria yang Rangga tunjuk kemudian maju ke depan. Berdiri tegap dengan aura tegas dan arrogant yang amat kental.

         "Selamat siang semuanya. Saya Aditya Prasaja, Direktur baru perusahaan ini."

Peppermint [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang