Sepertinya keputusan membawa Jo ke rumah memang bukan keputusan yang baik. Besoknya Ayura mendapat telpon dari Fani, istri Jonattan. Fani mengajak Yana bertemu. Wow. Secepat itu. Apa Fani akan mencacinya? Memakinya? Atau menamparnya?
Ayura masih memandangi takjub wanita cantik yang duduk di depannya itu. Fani ternyata jauh lebih cantik dalam jarak dekat begini. Sangat anggun dan jauh dari bayangan Ayura.
"Maaf ya buk Ayura, saya mengajak anda bertemu secara pribadi begini."
Ayura menggeleng. Harusnya Ayura yang merasa tak enak karena sudah lancang membawa Jo ke rumahnya tadi malam. Sepanjang malam Ayura mengutuk dirinya akan keputusan itu. Ayura menyesal. Berani-beraninya ia membawa suami orang ke rumah. Belum lagi Haras yang terlihat lebih dingin pagi tadi. Apa yang Jo katakan pada Haras sampai anak laki-laki itu bersikap begitu?
"Saya mau minta maaf dan juga berterima kasih."
Kening Ayura mengerut, tidak mengerti.
"Maaf karena masalah Cindy waktu itu. Tidak harusnya Cindy begitu pada Haras. Saya juga minta maaf atas nama suami saya."
"Ibu tidak perlu minta maaf. Saya sudah lupakan kejadian itu. Haras juga salah karena tidak seharusnya kasar pada anak perempuan."
Fani menatap Ayura takjub. "Haras beruntung punya Ibu seperti Buk Ayura."
"Semua anak beruntung punya ibu," ralat Ayura.
Fani tersenyum, mengangguk pelan. "Cindy sangat dekat dengan Papinya dibanding dengan saya. Papinya juga cenderung sangat memanjakan dia. Makanya sikapnya begitu. Saya harap Buk Ayura mau memaafkan sikap nya."
Ayura terdiam lama. Bukan karena Fani yang meminta maaf berkali-kali atas kejadian yang sudah Ayura lupakan itu, tapi karena kata-kata yang Fani ucapkan tentang kedekatan Cindy dan Papinya yang tak lain adalah Jonattan. Seperti ada cubitan-cubitan kecil di dada Ayura.
"Setiap ayah pasti akan melindungi anak mereka," kata Ayura kemudian. Ia tersenyum tipis.
"Iya, ibu benar. Tapi kadang saya tidak bisa membenarkan sikap suami saya yang terlalu memanjakan Cindy. Itu juga tidak baik untuk Cindy. Dia bisa jadi ketergantungan."
Suasana kafe tempat mereka bertemu sedang dalam kondisi yang tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa anak muda yang sedang mengerjakan tugas, sepertinya. Ayura ingat dulu ia pernah berada dalam tahap itu, meski sebentar. Kejadian naas itu lebih dulu merenggut kebahagiaannya hingga Ayura kehilangan segalanya dalam sekejap. Ia bahkan belum sempat menginjak bangku kuliah saat Haras tumbuh di dalam perutnya.
Obrolan mereka mengalir begitu saja. Intinya Ayura menangkap niat baik Fani yang ingin meminta maaf dengan tulus atas nama anak dan suaminya. Ayura yang tidak ingin memperpanjang masalah dengan kebesaran hati mengatakan bahwa ia tidak lagi memikirkan itu dan sudah memaafkan baik Cindy maupun Jonattan. Dugaan Ayura salah mengira Fani datang ingin melabraknya. Sepertiny Fani tidak tau kejadian tadi malam.
Untung saja Ayura tidak keceplosan menanyakan apa Jonattan masih sakit. Karena tentu saja itu akan menimbulkan masalah. Fani sepertinya tidak tau kalau dulu sekali, pernah ada sesuatu antara Jonattan dan Ayura. Ya, mungkin Jonattan maupun keluarganya tidak memberitahu Fani. Lagipula untuk apa diberitahu? Ayura tidak sepenting itu untuk diingat.
"Semoga kita bisa jadi teman baik ya, Ayura." Fani memanggil nama Ayura tanpa embel-embel buk sesuai permintaan Ayura. Toh umur mereka sepertinya sepantaran. Fani tampak tulus ingin berteman, sementara Ayura dalam hati justru berdoa agar tidak dipertemukan lagi dengan Fani dalam kondisi apapun.
Tak lama sebuah mobil berhenti tak jauh dari tempat mereka berdiri. Seseorang kemudian keluar dari pintu kemudi. Ayura terdiam sesaat ketika menyadari siapa yang kini tengah melambai ke arah mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peppermint [TAMAT]
De Todo[TEMUKAN DI DREAME] Ayura hanya akan melihatnya sebentar saja. Menunggu sampai pria itu sadar dan memastikan pria itu masih hidup. Setelahnya ia akan pergi jauh. Ayura tau betapa benci semua orang di sini padanya. Tenang saja. Ayura akan pergi, den...