Bagian : VI

17.5K 1.8K 12
                                    

Ayura termenung di kursi malas miliknya. Kursi itu terletak di dekat jendela, mengarah ke taman samping rumah Ayura yang ukurannya tidak terlalu lebar. Dari tempatnya, Ayura bisa melihat rumah tetangga di sebelahnya. Lampu taman kecil menghiasi pagar pembatas antar rumah.

Pikiran Ayura menerawang ke kejadian hari ini. Hatinya seperti diremas saat teringat Haras berlutut tadi. Ayura tak masalah jika harga dirinya yang diinjak-injak, tapi hatinya hancur saat hal itu menimpa Haras. Terlebih lagi orang yang melakukan itu adalah Jonattan.

Tak hanya masalah Haras yang berlutut pada Jonattan dan Cindy, pertemuannya dan Aditya juga menyita pikiran Ayura. Bukan pertemuan, tepatnya Aditya sudah tau keberadaannya dan juga tempat tinggalnya. Buruknya lagi Aditya sudah bertemu Haras.

Satu hal yang Ayura rasakan saat ini, terancam. Ia merasa terancam saat ini. Meskipun tidak ada kepastian Jonattan masih mengingatnya, tapi Ayura takut Aditya tidak akan tinggal diam. Apalagi sepertinya Aditya tidak percaya begitu saja bahwa Haras bukanlah anak Jonattan.

"Bagaimana kalau Kelana mencari tau? Bagaimana kalau Kelana memberitahu Jo?" Ayura bergumam sendiri, bergelut dengan pikirannya. Ayura menggigit kukunya. "Aku harus gimana?"

Ayura teringat sesuatu, ia kemudian bangkit dan bergegas menggeledah lemari. Ia menemukannya, buku tabungan. Ayura menghempaskan pantatnya di kasur, membuka tiga buah buku tabungan yang ia punya. Sejak dulu ia memang selalu membuat simpanan, kalau-kalau suatu hari ia membutuhkannya untuk Haras. Ayura memang sangat jarang sekali membelanjakan uangnya kalau bukan untuk keperluan yang benar-benar penting. Ia nyaris tidak pernah shopping baju-baju mahal, tas branded, sepatu high brand seperti perempuan karir kebanyakan.

Ayura terlihat berpikir.

"Uang ini cukup untuk kami bertahan 4 hingga 5 bulan meski aku nggak ada penghasilan." Ayura menghela napas antara lega dan bingung. Lega karena ia bisa membawa Haras pergi tanpa takut tidak makan. Tapi juga bingung apa itu adalah keputusan terbaik.

Ayura merebahkan dirinya. Telentang menatap langit-langit kamar.

"Kenapa harus ketemu mereka lagi? Padahal semua udah baik-baik aja 10 tahun ini." Ayura beralih posisi miring ke kiri. "Kenapa kita harus ketemu lagi, Jo?" Ucapnya lirih.

****

"Har.."

"Iya, Mam.." Haras yang sedang main basket menghentikan permainannya. Ayura menyerahkan segelas jus jeruk.

Ayura menatap Haras. Ditatapnya lamat-lamat sambil berpikir. Ayura masih menimbang.

"Hmm, Har inget nggak Buk Wiwi?"

Haras mengangguk.

"Hmmm, liburan semester ini, gimana kalau kita ke sana? Ngunjungin Buk Wiwi sama yang lain?"

Haras berpikir sebentar, lalu mengangguk. Ayura tersenyum. Haras menatap gelasnya. Sepertinya ada yang sedang ia pikirkan.

"Mam.."

"Hm?"

"Mami nggak suka ya sama Om Dirga? I mean, like interested?"

Ayura terkejut. "Kenapa tiba-tiba tanya itu?" Ayura tak tau bagaimana harus bereaksi atas pertanyaan Haras.

"Just wanna ask." Anak laki-laki itu menunduk.

Ayura tersenyum. "Hmmmm, emang menurut Har, Om Dirga gimana?"

Haras langsung menoleh. Ayura melipat tangannya di dada, balas menatap Haras.

"Om Dirga baik.."

Peppermint [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang