"jadi kamu mau pulang?" Tanya Joy pada adiknya yang sedari tadi mengaduk tehnya tanpa diminum.
"Hmm" Jihyo menjawab sambil menopang dagunya di meja.
"Beri tahu aku, kenapa kamu ingin pulang? Pasti ada masalah kan dengan Jungkook?" Tanya Joy
"Engga, aku ingin pulang saja. Rindu ayah dan ibu" jawab Jihyo bohong.
Pandangan Joy menyipit, menyelidiki adiknya yang selalu saja menyembunyikan masalahnya.
"Jungsu? Bagaimana dengan sekolahnya?"
"Sehabis pulang sekolah ini, aku izin dengan gurunya" jawab Jihyo.
.
Jihyo kembali ke hotel, untuk mengambil kopernya. Setelah meninggalkan apartementnya, Jihyo membawa Jungsu beserta kopernya menginap di hotel yang tak jauh dari sekolah Jungsu. Dia berencana pulang ke Guri setelah Jungsu pulang sekolah, sekaligus meminta izin pada Guru Jungsu.
Baru saja Jihyo memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil yang disewanya..
"Ow, nyonya besar yang terusir.. ckck kasihan sekali"
Jihyo menoleh ketika mendengar suara wanita dari belakangnya.
Terlihat Yerim yang tengah berdiri angkuh dengan melipat kedua tangannya didepan, memandang remeh Jihyo.
"Bapak bisa masuk duluan, saya akan menyusul" ucap Jihyo pada supirnya.
Setelah supir itu masuk, Jihyo berdiri mengahadap Yerim
"Bagaimana? Apa rencanamu berjalan dengan mulus sesuai keinginan?" Tanya Jihyo
"Tentu saja, Jeon Jihyo-ssi~ ups. Maksudku Park Jihyo-ssi. Semua sudah sesuai dengan keinginanku, 90% menuju kesuksesan" jawab Yerim angkuh.
"Bahkan kamu saja tidak yakin dengan kesuksesan rencana busukmu itu. Seharusnya kamu yakin 100% agar rencamu berhasil"
"Ow, tenang saja Park Jihyo. Karena 10%nya akan tercapai kalau Jeon Jungkook menikahiku" ucap Yerim penuh dengan percaya diri.
"Baguslah, aku doakan semoga rencanamu benar-benar tercapai."
"Doakan yang terbaik, okay?" Ucap Yerim senang
"Oh, satu lagi. Aku ingin meminta maaf karena ulahku kemarin yang sengaja menampar pipimu yang mulus itu" Jihyo
"Hah.. aku tidak akan memaafkan apa yang telah kamu perbuat. Kamu telah menodai pipiku" Yerim
"Dan aku juga telah menodai tanganku dengan orang menjijikan seperti kamu" balas Jihyo
Jihyo memilih berjalan menuju mobilnya untuk tidak meladeni Yerim, langkahnya terhenti ketika Yerim meneriakki dirinya.
"Nikmatilah nerakamu Park Jihyo, karena aku tengah menikmati surga"
Jihyo membalikkan badannya, dan juga berteriak tak kalah kencangnya
"I enjoy my hell and i will see you there! B*ch!"Jihyo dengan cepat langsung memasuki mobilnya dan meminta supir untuk segera meninggalkan tempat itu.
Yerim yang mendengar perkataan Jihyo hanya bisa menghentak-hentakan kakinya karena kesal.
.
Mungkin didepan Yerim, Jihyo bisa terlihat tegar dan kuat. Tapi siapa sangka, setelah memasuki mobil, Jihyo menangis sejadi-jadinya.
Kesal mengingat perkataan Yerim, sakit mengingat Jungkook. Jihyo sampai merasakan penyesalan, kenapa dia tidak langsung menerima penawaran dari saudara sepupunya, Park Jimin, untuk pergi dari Seoul sejauh-jauhnya. Menata hidup baru bersama Jungsu disana, tanpa ada masalah yang selalu saja menghampiri Jihyo. Jihyo baru teringat kalau masih ada janin yang hidup di rahimnya, ia menangis sambil mengelus perut ratanya, seolah memberi tahu ke janin kecilnya untuk tidak merasakan sakit hati yang dirasa eommanya.
YOU ARE READING
I Would [Complete]
Fanfiction[09-09-2018 s/d 21-01-2019] Mature khusus Junghyo 18+ Walaupun cerita ini udah tamat. Tolong, untuk kamu yang baca, iya kamu. Di vote ya, setidaknya kita saling menghargai. Saya menghargai kamu dan kamu menghargai saya^^