DERELLA
Malam ini seperti sabtu malam sebelumnya, banyak pelanggan datang dan bersorak sambil menganggkat gelas bir mereka. Tawa keras, umpatan dan kata-kata tak seronok terus saja bergema sejak beberapa jam terakhir.
Hari sudah semakin larut tapi kota ini sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan tertidur. Semakin malam aku semakin senang, itu artinya aku akan segera pulang—merebahkan tubuhku yang pegal karena sudah beberapa jam menari. Well, bukan menari yang dibanggakan banyak orang.
"Sebentar lagi giliranmu..." Milli masuk dan melempar minuman dingin padaku.
"Yeah..." aku menggerakkan tubuhku lalu menarik sepatu boot selututku yang merupakan satu- satunya harta mewah yang masih aku miliki. Sepatu boot kesayanganku dan aku tidak akan menjualnya, apapun yang terjadi.
Sepatu ini adalah sepatu boot yang dirancang khusus Mom untukku sebagai hadiah ulang tahunku yang ke tujuh belas tahun dan merupakan hadiah ulang tahun terakhir dari Mom.
"Boot keberuntungan, Huh?" Milli tersenyum dan mengacungkan jempolnya.
"Hei, aku mendapatkan undangan ulang tahun dari Baron. Kau mau datang bersamaku minggu depan?"tanya Milli sembari menyeringai lebar.
Baron— dia merupakan pelanggan tetap Milli, dan dia adalah salah satu orang kaya di kota ini. Dia adalah salah satu jenis pelanggan yang baik, baik dalam arti tidak pernah berbuat kasar pada kami, penari telanjang. Milli adalah seniorku, dia yang mengajariku menari seperti ini, yah meskipun aku tidak seberani dia yang benar-benar berani bertelanjang ria di depan beberapa pria, terutama Mr. Baron.
"John tidak akan mengizinkannya, Milli..." aku mengingatkan bagaimana John yang sangat frustasi saat akhir pekan seperti ini.
"Aku bisa berbicara pada Baron..."
"Oh, Yeah. Kau bisa melakukan apapun..." aku memutar mataku tidak percaya saat dia tersenyum.
"Kau tahu, hati-hati dengan Mr. Baron. Kita tdak boleh mengharapkan lebih dari pelanggan kita Milli..."
"Apa?" Milli memutar tubuh sexy-nya itu dan berkacak pinggang.
"Tidak ada salahnya berharap bahwa saat ulang tahunnya akulah yang ada di tempat tidurnya sayang..." aku mendesah dan geleng kepala. Dia sudah terkena sindrom jatuh cinta—jatuh cinta pada pelanggan lebih tepatnya.
"Lizzie! Jangan abaikan pelanggan!" teriak John dari kejauhan.
"Panggilanku..." kataku sambil meneguk minuman dingin yang Milli berikan padaku.
"Ayolah Ella, jatuh cinta itu tidak sakit... kau hanya belum pernah mengalaminya saja..." kata Milli sambil menjentik rokok yang baru di sulutnya.
"Tidak perlu mengalaminya untuk tahu akibat dari jatuh cinta..." aku menggeleng.
Jatuh cinta?
Tidak akan pernah terjadi padaku, hal buruk yang diakibatkan dari jatuh cinta sudah sering ku lihat. Bahkan yang terburuk dari orang patah hati ada satu di rumahku.
Jadi aku sudah memutuskan untuk tidak jatuh cinta pada siapapun dan sampai kapanpun.
Toh orang tidak akan mati kalau tidak pernah jatuh cinta bukan? Apa pernah ada orang mati karena tidak pernah jatuh cinta? Aku rasa tidak ada.
Yang paling banyak terjadi di dunia ini adalah orang mati karena jatuh cinta, dan aku masih menyayangi hidupku, meskipun aku tidak terlalu menyukai profesi sebagai penari.
Satu bulan lagi, Derella. Saat tabunganku cukup untuk meninggalkan kota ini dan meninggalkan kesedihan yang menyesakkan Dad.
Aku akan merubah semuanya, yeah. Semuanya.
"Hei!" aku menoleh pada Milli saat dia kembali memanggilku.
"Kau masih muda, tidak ada salahnya jatuh cinta. Mungkin pria yang jatuh cinta padamu bisa merubah nasibmu..." aku tersenyum kecil dan mengibaskan tanganku.
"Satu bulan lagi Milli, dan aku tidak akan mengacaukan rencana yang sudah aku susun selama tiga tahun ini..."
"Yahh, terserahlah. Tapi kau harus ikut denganku sabtu depan!" tegasnya tidak mau di bantah.
"Whatever you say..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Cinderella
ЮморKalau Cinderela kehilangan sepatu kacanya di sebuah pesta, berbeda halnya dengan Derella Byren. Mahasiswi jurusan hukum itu kehilangan segalanya di sebuah pesta-kebebasannya. Dan kini yang bisa dia lakukan hanyalah lari dan lari sejauh yang dia bisa...