Bab 2

3.6K 522 26
                                    

Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.
-G.Y-

Suasana ruang keluarga itu terasa hening seakan tidak ada manusia lain selain Derella dan pria tinggi bernama Mr. Wellington yang kini menatapnya tajam seolah ingin membunuhnya.

Krukkkk...

Bunyi perut Derella yang lapar membuat ruang keluarga itu berubah menjadi riuh. Seakan baru saja kehidupan kembali normal, seperti baru saja ada kunjungan alien.

"Oh, astaga. Maafkan aku Miss Byren. Kau pasti lelah dan lapar. Matilda, suruh pelayan menyiapkan makanan untuk miss Byren. Aku yakin—"

"Granny ini sudah hampir pukul satu. Sebaiknya Granny tidur..." kata Mr. Wellington pada Mrs. Wellington.

"Aku akan berbicara sebentar dengan Miss Byren sambil menemaninya makan..."

"Oh, baiklah Cloud sayang. Tentang pernikahan ini nenek serahkan padamu. Virginia pasti senang sekali kau ikut mengurus pernikahan ini..." Mrs. Wellington tersenyum pada cucunya, menepuk pelan pipinya.

Derella menegang saat Mrs.Wellington menyebut Mr. Wellington dengan panggilan nama depannya—Cloud.

Perutnya tiba-tiba terasa mual dan bayangan masa lalunya muncul seolah rasa sakit itu terjadi kemarin.

"Matilda, antarkan Granny ke kamarnya..."

"Baik, Mr. Wellington..." Matilda memberi hormat dan membantu Mrs. Wellington yang ternyata lebih tua dari dugaan Derella.

"Miss Byren..." terdengar nada penuh ancaman dalam suara berat dan dalam itu. Derella menoleh dan pria itu yang mengangkat tangannya, mempersilahkan dirinya untuk berjalan lebih dulu.

Derella hanya meringis kaku lalu mengangguk. Dia merasakan tatapan tajam pria itu di balik punggungnya.

"Membunuh istrinya? Astaga..." Derella bergidik ngeri.

Ruang makan sedikit redup karena hanya beberapa lampu yang dibiarkan menyala. Beberapa pelayan segera pergi begitu Derella dan Mr. Wellington memasuki ruang makan.

"Kuharap kau tidak keberatan makan makanan sederhana..." pria itu menarik kursi lalu duduk tanpa mempersilahkan Derella duduk terlebih dahulu.

Derella diam dan menarik kursi terjauh dari pria itu, pria menakutkan, lebih menakutkan dari yang ia bayangkan selama ini.

"Kau masih alergi dengan telur?" Derella menggigit bibirnya dan jantungnya berdebar keras ketika pertanyaan itu dilontarkan padanya.

"Aku harus memanggilmu apa? Miss Derella Byren atau—" pria itu menggantung ucapannya lalu tersenyum saat Derella menatap tajam kearah matanya. "—Mrs. Derella Reacher?" lanjutnya lagi dengan wajah yang tiba-tiba mengeras.

"Berhenti menatapku Cloud!" bantah Derella keras sambil berdiri dari kursinya secara tiba-tiba dan membuat kursinya terbalik lalu jatuh.

Dada Derella terlihat naik turun karena dia terlalu cepat menarik napas. Kemarahan membuat dia kesusahan menarik napas. Bertemu lagi dia pria itu secara tiba-tiba tidak membuatnya baik. Padahal selama hampir sepuluh tahun ini Derella selalu berusaha merencanakan apa yang akan dia katakan seandainya dia bertemu dengan pria itu tapi saat ini yang ia rasakan adalah ketakutan.

"Kau merencanakannya?" desis Derella pelan.

"Umm, tentu saja..." jawabnya dengan nada santai tapi terdengar penuh ancaman.

"Kau pria mengerikan!" desis Derella lagi.

"Yah, tentu saja. Aku memang pria yang mengerikan, aku bahkan membunuh istriku sendiri. Tentu John sudah mengatakannya padamu bukan?" Mr. Wellington tertawa. Derella bergidik ngeri melihat pria dihadapannya itu.

Not CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang