Derella membuka matanya yang terasa berat, ia merasa ini adalah tidurnya yang paling nyenyak sejak sepuluh tahun terakhir. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba untuk menyesuaikan dengan keadaan sekelilingnya. Yang pertama kali ia lihat adalah lemari kayu yang terlihat berusia puluhan tahun itu berdiri tegak di dekat pintu. Saat Derella mencoba bergerak dia merasakan seseorang memeluknya dengan erat.
Bibir Derella sedikit terbuka dan ia baru ingat dengan kejadian semalam.
"Aku rasa aku sudah gila..." gumam Derella pelan sambil menggigit bibirnya. Dia menatap wajah seseorang yang kini memeluknya dengan posesif—Cloud.
Ya, pria itu kini tidur lelap di sampingnya. Dia memejamkan mata kembali, mengingat kembali apa yang terjadi semalam antara dirinya dan Cloud. Bulu kuduknya meremang mengingat kejadian semalam, saat Cloud marah.
Blamm!
Derella berjengit kaget saat pintu kamar mandi di dekatnya di banting seseorang, demikian juga halnya dengan Cloud. Matanya menatap tajam sosok yang berlari dengan cepat memasuki kamar mandi.
"Masuk dan jangan keluar sebelum aku datang" suara Cloud terdengar tak bisa di bantah dan dengan gugup Derella masuk kembali ke kamarmya.
Brak!!
Derella kembali kaget saat suara berisik pintu di banting itu terhempas begitu keras.
"Hei!" suara Cloud membuat Derella kaget. Tangannya gemetar memegang handle pintu kamarnya yang tidak memiliki kunci.
"Pintu sialan!" Derella mengutuk pintu kamarnya yang tidak ada kuncinya.
"Cloud..." Derella semakin takut saat terdengar suara perkelahian di luar kamarnya.
"Siapa? Siapa yang berkelahi?"
"Damn!" suara Cloud terdengar marah.
"Aa.." Derella membekap mulutnya saat seseorang menabrak pintu kamarnya. Derella berbalik dan menempelkan punggungnya ke pintu berharap jika seseorang yang berniat jahat itu tidak bisa masuk ke kamarnya. Tapi, jika Cloud yang bertubuh besar saja bisa di kalahkan oleh penyusup itu bagaimana dia yang bertubuh kecil ini bisa mengalahkan penyusup itu?
"Damn!" kembali makian Cloud terdengar seiring dengan langkah lari seseorang yang menjauh.
Brak!
Suara pintu kamarnya di gedor seseorang.
"Siapa?" tanyanya lirih hampir mirip bisikkan.
"Ella..." suara geraman pelan dari pita suara Cloud.
"Ella..." kembali suara Cloud terdengar.
"Cloud?" Derella berbalik dan membuka pintu dengan perlahan. Lorong kamarnya sepi tapi detik selanjutnya mata Derella membelalak saat melihat Cloud di lantai dengan pelipis yang berdarah.
"Astaga! Cloud!" spontan Derella membuka pintu kamarnya lebar-lebar.
"Cloud..." Derella menghambur ke arah tubuh Cloud.
"Aku akan memang—"
"Tidak!" Cloud menahan tangan Derella saat ia akan berdiri meminta bantuan ke rumah utama.
"Penyusup itu juga terluka..." katanya sambil menyeka darah yang menetes di wajahnya.
"Tapi—"
"Tidak, Ella. Aku tidak ingin membuat Granny cemas..." Cloud menyeringai.
"Ayo..." Derella mencoba membantu Cloud untuk berdiri.
"Aku tidak kuat membawamu ke kamarmu..." kata Derella gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Cinderella
HumorKalau Cinderela kehilangan sepatu kacanya di sebuah pesta, berbeda halnya dengan Derella Byren. Mahasiswi jurusan hukum itu kehilangan segalanya di sebuah pesta-kebebasannya. Dan kini yang bisa dia lakukan hanyalah lari dan lari sejauh yang dia bisa...