Aroma obat yang begitu menusuk hidung Derella membuatnya tersadar dari pingsannya. Kepalanya terasa sedikit pening dan tubuhnya terasa lemas.
"Mrs. Wellington..."
Derella mengernyitkan keningnya mendengar seseorang memanggilnya dengan sebutan Mrs. Wellington.
Apakah ini mimpi?
"Suami anda sedang mengurus administrasi dan meminta saya menjaga anda jika anda terbangun dan panik. Menurut suami anda, anda sering mengalami serangan panik saat bangun di tempat asing..."
Kembali suara itu berbicara dan membuat Derella semakin mengernyit.
"Su-suami?" tanya Derella bingung.
"Maksud anda aku punya suami?" tanya Derella yang semakin bingung.
"Persis seperti yang suami anda katakan. Anda tidak perlu panik. Tadi anda pingsan dan suami anda berteriak di sepanjang lobi. Meneriaki kami para perawat karena tidak segera merespon anda. Astaga, itu sangat manis sekali..." wanita yang sejak tadi bicara itu tersenyum dan menepuk ke dua pipinya yang entah kenapa kini terlihat bersemu merah muda.
Derella menaikkan alisnya dan mulai mengingat sesuatu. Dia berada di restoran pasta bersama Aron dan Liam. Disana juga ada Cloud dan Else.
Siapa yang mengaku suaminya? Liam atau Aron? Pasti Liam, Derella menyadari ketertarikan Liam padanya.
"Maksud anda Liam Wellington?" tanya Derella.
Perawat yang baru saja memeriksa kantong infus yang mengalir di tubuh Derella itu mengernyit lalu geleng kepala.
"Kakak sepupunya..." kata perawat itu.
Aron? Astaga, apa Aron juga menyukainya? Pantas saja perawat itu tersipu malu, Aron memang tampan.
"Ohh..." kata Derella sambil mengangguk.
Mungkin karena Aron adalah dokter jadi dia tahu kapan saat dirinya harus segera ditangani.
Dia kesal dengan dirinya yang selalu mual dan merasa pusing setiap kali melihat pasta. Sebastian sudah menyuruhnya untuk pergi ke psikiater tapi Derella merasa itu tidak perlu.
"Kapan saya boleh pulang? Saya sudah merasa lebih baik..."
"Suami anda sedang mengurusnya. Tapi suami anda berkeras agar anda di rawat satu malam disini. Mr. Wellington mengatakan kalau anda juga baru saja pingsan karena terpeleset di kamar mandi..."
Derella menggeram kesal, dia bukan terpeleset tapi—abaikan. Setiap mengingat kejadian itu ia selalu teringat dengan Cloud.
"Anda sangat beruntung. Saya baru tahu kalau Mr. Wellington sudah menikah lagi. Pasti banyak para wanita yang patah hati..." kata perawat itu lagi dengan tatapan sedih.
"Bagaimana anda bertemu dengan Mr. Wellington?"
"Hm? Um, maaf sepertinya—"
"Maafkan aku Mrs. Wellington. Aku sangat penasaran. Anda tahu bukan kalau Mr. Wellington adalah orang yang misterius dan dingin pada wanita—terutama wanita muda, cantik dan tertarik padanya." perawat itu menganggangguk yakin.
Misterius? Aron misterius?
"Menurutku dia sangat sopan dan hangat..." kata Derella membela Aron. Dia harus meluruskan ini, mana mungkin Aron pria misterius dan dingin.
"Benarkah? Oh, tentu saja Mr. Wellington akan lembut dan baik pada anda. Apakah itu artinya dia yang jatuh cinta terlebih dahulu pada anda?" perawat itu menepuk kedua tangannya dan tersenyum lebar sampai matanya menyipit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Cinderella
HumorKalau Cinderela kehilangan sepatu kacanya di sebuah pesta, berbeda halnya dengan Derella Byren. Mahasiswi jurusan hukum itu kehilangan segalanya di sebuah pesta-kebebasannya. Dan kini yang bisa dia lakukan hanyalah lari dan lari sejauh yang dia bisa...