"Jangan menyerah tak ada manusia yang terlahir sempurna"
D MasivMusic on
***
September 2015, mimpiku, usahaku, kerja kerasku, prosesku seolah dihiati oleh hasil. Aku optimis mendapat beasiswa S2 PAI, karena aku lulus cumload dengan Ipk 3,92 dengan mengikuti ujian skripsi di gelombang pertama. Tapi ternyata Allah menakdirkan lain, seketika bangunan nan megah itu dirobohkan oleh sebuah kenyataan, namaku tidak terdaftar sebagai wisudawan terbaik di jurusan PAI. Ucapan selamat yang aku terima dari teman-teman sebelum pengumuman resmi, terngiang di tengah keterpurukanku.
Bagaimana bisa gagal? Aku sudah mencapai puncak. Kala itu, aku tidak punya fikiran sejernih hari ni ini. Aku telah gagal, aku meratapi kegagalan yang terasa tidak adil. Ipk ku sama dengan wisudawan terbaik, tapi dia lulus skripsi di gelombang 4. adilkah untukku? Hari-hari buruk itu dipenuhi denga fikiran buruk yang semakin memperburuk segalanya.
Aku terus bertanya, "kenapa Allah, apa salahku? ". Aku sudah berjuang aku sudah berdoa. Bahkan aku sempat kecelakaan saat wira wiri konsultasi skripsi.
3 tahun berlalu, masa sulit itu berlalu. Bagaimana sudah ikhlas menerima? Belum terkadang kalau teringat masih kecewa rasanya. Apa yang membuatmu bertahan dan bangkit? Aku berhenti bertanya "kenapa" pada Allah, sebisa mungkin aku belajar untuk mengucap Alkhamdulillah, aku berhenti bertanya salahku, sebisa mungkin aku belajar untuk memohon ampun setiap waktu, aku belajar percaya bahwa Allah maha adil, temanku yang mendapat beasiswa S2 itu, dia lebih shalihah dariku, dia lebih dekat dengan Allah, doa dan usahanya lebih besar dariku, dia lebih membutuhkannya dibanding aku. Aku sudah berusaha, untuk apapun hasilnya aku tidak boleh kecewa apalagi menyesal.
Tugasku berusaha sebagai sebuah ibadah mendekat diri kepada Allah dan menghargai kehidupanku. Untuk hasilnya sepenuhnya menjadi hak Allah, karena Dia yang bersifat Iradat (Maha berkehendak).
Hari ini, di penghujung Desember 2018. Aku lolos tes skb (tes cpns tahap ke 2) untuk selanjutnya menuju tahap pemberkasan. Belum resmi masih banyak proses yang harus aku lalui sampai mendapat deretan angka yang disebut NIP. Aku lihat dengan seksama, aku melihat Ipk ku tertera di kolom pengumuman itu sampai mengingatkanku tentang sejarahnya.
Allah ternyata menjawab doa dan usahaku tahun 2015 lalu, Allah tidak mengabulkannya persis seperti apa yang aku minta, tapi Allah mengabulkannya dalam wujud lain yang berkali-kali lebih baik, yang aku butuhkan saat ini, Insya'allah.
Kenapa aku menceritakannya? Mau pamer ipk? Mau pamer lulus skb? Insya'allah sama sekali tidak, karena di luar sana ada banyak yang lebih hebat. Aku bukan apa-apa dan tidak berarti apa-apa tanpa Allah, tanpa nabi Muhammad, tanpa keluarga, tanpa sahabat. Aku hanya berbagi tentang sebuah masa sulit, tentang gagal, tentang terpuruk, tentang kecewa, tentang luka. Di balik semua itu, ada kemudahan yang akan terlahir ketika kita mampu untung tidak menyerah, mampu bersabar untuk bangkit dari setiap kegagalan dan terus berusaha.
Terimakasih Allah untuk segalanya, segala puji bagi Engkau Tuhan semesta alam. Ampuni dosa kami di masa lalu, hari ini, dan di masa depan. Semoga tahun yang tersisa dari usia kami menjadi tahun yang semakin mendekatkan kami kepada Engkau. Selamat datang tahun 2019.
#dikisahkan
***
#semogabermanfaat
#bismillahmasukke2019
#makasih sudah baca
#votmen ya💟
![](https://img.wattpad.com/cover/155061734-288-k473459.jpg)