Dikerjain

3.3K 497 24
                                        

- Jovanka.

Ketika aku sedang berada di titik kegabutan yang luar biasa, ada banyak pertanyaan yang memenuhi kepalaku.

Dan bisa dibilang, pertanyaan tersebut gak penting.

Contohnya,

Apa yang dilakukan seekor burung jika ia terbang dan tanpa sengaja, ia menabrak benda keras atau bahkan burung lainnya?

Apakah ia akan mengeluh disepanjang jalan sambil melanjutkan penerbangannya melintasi langit-langit diatas bumi?

Apakah ia akan melontarkan kata-kata kasar ataupun mengumpat kepada benda yang ditabraknya?

Apakah ia akan marah dan menyimpan dendam terhadap benda tersebut?

Apakah ia pergi mencari pembelaan kepada teman-teman seperburungannya?

Atau mungkin, apakah ia akan menangis tersedu-sedu sembari curhat kepada burung lainnya untuk meluapkan segala isi hatinya?

Dan jawabannya, tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan oleh burung tersebut kecuali dirinya sendiri dan juga Sang Pemilik Alam Semesta.

Sama halnya dengan kehidupan manusia.

Ada banyak cerita di dunia ini yang nggak harus diceritakan ataupun disebarluaskan kepada orang lain karena kita merasa mampu untuk bertahan dan juga percaya bahwa Tuhan mendengar segala cerita kita.

Ada titik dimana kita merasa bahwa kita nggak butuh siapa-siapa. Walaupun sebenarnya kita sadar kalo kita masih butuh seseorang untuk bersandar.

Pada dasarnya, semua manusia itu memang egois dan keras kepala. Hanya tingkat keegoisannya saja yang berbeda-beda.

Aku ngga tau udah berapa banyak kata egois yang terlontarkan dari mulut teman-temanku untukku seorang diri. Tapi sejatinya aku memang sadar kalo diriku egois. Dan sekarang aku sedang berada di proses untuk mencoba mengurangi rasa keegoisanku meskipun aku tau proses tersebut bakalan sulit.

"Oi, Jov!" Sapa kak Brian ketika kami gak sengaja berpas-passan di takor.

"Ya, kak? Sendirian aja?"

"Iya nih. Sini duduk temenin," katanya lagi sambil nepuk-nepukin kursi di sebelahnya yang kosong. Dia memang lagi duduk sendirian. Makanya aku gak heran kalo dia ngalus kayak gitu. Kalo kata Tasha, kak Brian memang jago ngalus.

"Gue mau nyamperin Tasha noh kak," kata gue sambil nunjuk Tasha yang duduk diujung sana.

Kak Brian ketawa, "Ahaha. Bercanda. Gue juga udah mau balik ke kelas nih," jawabnya lagi.

"Okeiii! Gue kesana duluan ya kak,"

"Btw Jov, lo di cariin." Kata kak Brian lagi sebelum aku jalan.

"Sama siapa?"

"Juan."

"Hah? Emang iya? Kenapa?"

"Ya nggak tau juga sih," katanya sambil ngeliatin aku.

Aku ngecek hp sebentar. Nggak ada chat ataupun telfon masuk dari kak Juan. "Nggak ada apa-apa kok.." kataku setelah ngecek hp.

"Coba aja chat, tadi sih dia bilang ke gue kalo dia lagi nyariin lo,"

"Oh, okee. Duluan ya kak," pamitku lagi.

Aku jalan ke arah meja dimana Tasha duduk dan kak Brian juga berjalan kearah gedung kelasnya.

"Lama banget lo," omel Tasha. Belum aja duduk, udah di omelin.

Tsundere; JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang