Between Us

3.1K 404 16
                                        

- Bian.

Halo, Bian disini. Gue mau cerita.

Agaknya, sejak beberapa bulan yang lalu, waktu tidak berpihak kepada gue. Rasanya waktu berjalan begitu lama. Sangat amat lama. Terlihat jelas bahwa saat itu, waktu membenci gue.

Tapi akhirnya, gue berhasil ber-pdkt dengan waktu sampai akhirnya hubungan gue dan Jovanka udah kembali seperti dulu kala.

Bisa dibilang, ini rekor pertama gue dengan Jovanka saling diam karena gue semenyebalkan itu dimatanya.

Siang ini, di keramaian takor yang memang jarang sepi, gue duduk sambil menikmati segelas cappucino cincau yang baru aja gue beli. Gak sendiri, kali ini gue di temani Tasha dan juga laptop kesayanganya.

Kami berdua sedang menunggu Jovanka yang katanya baru selesai kelas. Sedangkan gue, baru aja kelar rapat. Tasha sih gabut sejak 3 jam yang lalu karena dia masih menunggu kelas selanjutnya.

"Sha," panggil gue.

"Naon?"

"Jovanka....., dia lagi deket sama si anak band itu?" Tanya gue.

"Hngg, mungkin sih. Emang keliatan banget ya?"

"Gue nanya, anjer," pekik gue.

"Hehe," Tasha cuma ketawa. Dia memberhentikan kegiatan mengetiknya. Kemudian kedua tangannya dijadikan tumpuan diatas meja untuk menopang dagunya. "Gue juga gatau, Bi. Mungkin masih pdkt."

"Ohh gitu," gue kembali menyuruput minuman gue.

"Emangnya kenapa? Tumben banget lo mengajukan pertanyaan kayak gitu,"

"Ya gapapa. Kepo aja,"

"Tapi ya, Bi!! Gue sih setuju-setuju aja kalo Jovanka sama kak Juan."

Iya, gue yang gak setuju.

"Kenape?"

"Ya soalnya kak Juan tuh keliatan seperti anak baik-baik! Suka deh liatnya," kata Tasha memuji sosok Juan.

"Lo kan cuma kenal sekilas. Darimana lo tau kalo dia anak baik-baik?"

"Dari yang gue liat sih begitu ya, Bi. Dia baik kok walaupun terlihat agak judes dari luar. Tapi kalo udah deket, baik dah pokoknya! Liat aja perlakuan dia ke Jovanka.."

Gue menghela nafas. "Oh."

"Lo buruan cari gebetan gih, Bi. Masa kalah sama Jovanka. Baru deket beberapa bulan udah lancar-lancar aja tuh pdktnya,"

"Yeu. Gue gada waktu buat ngurusin begituan."

"Beh. Anak kedokteran emang beda yaa. Belajar nomor satu, pacaran kalo sempet doang," ucap Tasha sambil tertawa. Gue cuma meringis pelan karena yang Tasha bilang memang ada benarnya juga.

"Lo masih sama si tukang gebuk drum itu?"

"Masihlah! Emang lo mengharapkan apa? Mengharapkan gue putus?" Padahal cuma nanya, tapi gue malah di gas sama nih perempuan.

"Kaga anjer. Kan gue cuma nanya. Ngegas amat dah, heran."

"Yaa abisnya gue tuh kesel tiap kali ada yang nanyain hubungan gue sama kak Danu kayak gimana, pasti pada kaga percaya kalo gue sama dia pacaran." Cerita Tasha. Gue cuma diem aja dengerin Tasha mengeluarkan unek-uneknya.

Tsundere; JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang