Resah

3.7K 353 97
                                    

- Jovanka.

"Duh, kayaknya gue stress nih," Celetuk Tasha disaat kami bertiga tidak mempunyai topik untuk dibahas.

"Iya nih, kayaknya gue juga." Sahutku sambil mengaduk-ngaduk segelas es jerukku dengan sedotan.

"Heh ngaco, ngomong apa sih lu berdua?" Bian menoyor lenganku dan juga lengan Tasha. "Yang kemaren mabuk-mabukan masih belom puas?" Katanya lagi dan aku langsung melotot, melemparkan tatapan kesal kearahnya. Terlalu sarkas memang manusia bernama Bian ini.

"Bisa gak sih yang begituan gak usah dibahas..." kataku kepada Bian. Kesel. Kesel banget. Ish.

Bian tertawa, "Ya lagian ngide amat ke BG cuma berdua," katanya sambil melirik kearahku dan Tasha. "Inget, lo masih punya utang cerita ke gue ya, Jov," tunjuknya kearahku.

"Utang cerita apa lagi sih? Kan udah diceritain sama Tasha,"

"Itukan versi Tasha, bukan versi lo."

"Sama aja Bi, sama. Kan Tasha pergi bareng gue," kataku lagi tak mau mengalah. "Eh, maksudnya gue yang pergi bareng Tasha. Jadi ya sama aja ceritanya." Aku meralat perkataanku.

Well, sebenarnya bukan aku yang mengajak Tasha pergi ke Beer Garden, melainkan Tasha yang mengajakku.

Diawali dengan pertengkaran kecil yang terjadi diantara Tasha dan pacarnya- kak Danu, aku yang tidak tahu apa-apapun ikut menjadi korban ajakan Tasha. Bahkan aku yang berujung menjadi korban mabuk akibat minuman-minuman beralkohol yang aku sendiri gak tau nama dan kadar alkoholnya.

Bodoh memang. Tapi disaat yang sama aku tak bisa memungkiri seberapa pinginnya aku mencoba minuman beralkohol tersebut. Selain karena penasaran, aku juga ingin membuktinya seberapa manjur sih minuman yang disebut-sebut sebagai obat orang yang sedang stress.

Sadar gak sih, kalo ada pertanyaan  kenapa pergi ke club, pasti orang-orang banyak yang menjawab, "mau ngilangin stress," "biar gak stress," atau sekedar, "ya pengen minum aja,"

Aku besar dikeluarga yang bisa dibilang ada banyak larangan didalamnya. Sejak aku lahir hingga duduk di bangku sma, aku jarang sekali keluar rumah hanya untuk sekedar bermain. Apalagi dimalam hari, kalo diingat-ingat, aku benar-benar jarang keluar diatas jam 7 malam hanya untuk bersenang-senang. Mungkin sesekali pergi ke sebuah acara, namun itupun gak sendiri. Pasti ada yang menemani, dan acara yang didatangi pun 100% aman dan gak seliar di perkotaan. Kehidupanku bisa dibilang tidak bebas dan masih terpantau oleh orang tua.

Seumur-umur, aku gak pernah nyobain yang namanya minum dalam arti yang berbeda, apalagi sampai mabuk beneran. Alasannya beragam; karena gak dibolehin orang tua, belum berani mencoba, gak berani minum diem-diem, takut kenapa-kenapa, dan masih banyak alasan lainnya.

Pengalamanku bersama Tasha di Beer Garden Kemang beberapa hari yang lalu adalah pengalaman pertama yang cukup memalukan tapi gak bikin nyesel juga sih. Karena kalo saat itu aku gak nyoba ya aku gak akan pernah tau gimana dan apa rasanya.

That was my first time.

Melawan rasa penasaran hingga akhirnya tumbang sendiri. Malu tapi ya gimana. Mau nyalahin Tasha juga gak bisa, toh dia sendiri juga lagi galau. Kan kasian kalo dia yang disalahin. Lagipula memang akunya aja yang bandel pengen nyoba juga.

"Yaudah sih gak usah ribut kalian berdua. Yang penting sekarang udah tau gimana rasanya jadi gak penasaran lagi, iyakan Jov haha" ujar Tasha yang kemudian ia akhiri dengan tertawa. "Tapi gimana, jadi nagihkan?"

"Gak." jawabku tanggap.

"Gak pake mikir banget nih jawabnya? Haha" ledek Tasha, lagi dan lagi. Bian hanya ketawa melihatku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tsundere; JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang