- Jovanka.
"Kenapa harus turun hujan disaat langit siang ini sedang sangat cerah? Teka teki dunia." Pertanyaan dari aku, untuk aku.
Dan bodohnya, hari ini aku lupa membawa payung. Padahal biasanya ada didalam tas.
Hidup memang gak bisa ditebak dan sering kali serba salah.
Ketika payung sudah didalam tas, hujan tidak turun. Tetapi ketika payung lupa terbawa, hujan turun sangat deras.
Yang namanya sedia payung sebelum hujan memang ada benarnya.
Mencegah lebih baik daripada menangung resiko.
Benar atau tidak salah?
Hehe.
Siang ini aku baru saja menyelesaikan tugas kerja kelompok bersama beberapa temanku. Niat awal ingin langsung pulang ke kosan, istirahat, menyicil materi-materi untuk ujian tengah semester, dan melakukan kegiatan lainnya. Tapi sayang, hujan ini menunda niat awal yang sudah kurencanakan. Teman-temanku sudah pamit duluan karena mereka memilih untuk menerobos hujan daripada menunggu hujan berhenti.
Sampai akhirnya aku menunggu sendirian, berharap hujan cepat berhenti. Tapi sedikit naas ketika tiba-tiba hujan semakin deras dan gemuruh datang.
Kilat-kilat yang tak diundang memunculkan batang hidungnya.
Suara guruh yang tak diundangpun mengeluarkan suara dahsyatnya.
Langit yang tadinya sangat terang, perlahan-lahan mulai gelap. Bak lampu yang semakin lama semakin meredup.
"Ah sial, makin deres." Gerutuku dalam hati.
Rasanya ingin memesan go-car, tapi membuka hp saja sudah ketakutan karena satu persatu kilat bermunculan.
Lagi-lagi aku menunggu sembari melihat butiran-butiran air dari langit yang sedang berlomba-lomba menjatuhkan dirinya keatas tanah.
Rasanya aku ingin cepat-cepat menjatuhkan diri keatas kasur.
Mengantuk? Iya sejak beberapa detik yang lalu.
Menunggu hujan sendirian, tidak ada yang bisa diajak ngobrol, benar-benar membosankan.
Sampai akhirnya hujan deras perlahan mulai menghilang. Langit kembali terang namun masih gerimis.
Aku memutuskan untuk berjalan kaki menerobos gerimis. Bermodalkan map plastik berisi lembaran-lembaran materi perkuliahan yang sedaritadi aku bawa, kepalaku terasa sedikit terselamatkan. Setidaknya, map ini bisa menjadi payung sederhana dan aku bisa berpindah ke tempat yang lebih ramai.
Derap langkahku cukup cepat namun tetap berhati-hati karena disisi lain aku takut tergelincir ataupun menyebabkan percikan-percikan air yang bisa mengotori celana bagian belakangku.
"Payungnya mana, neng?" Mengagetkan. Seseorang muncul secara tiba-tiba disebelahku sambil merentangkan jaket denimnya ke atas kepalaku. Aku merasa terlindungi
Langkahku terhenti. Aku melempar tatap kepada sosok laki-laki tinggi yang sedang menggendong tas gitar dipunggungnya. Dia menatapku balik. "Kenapa berhenti? Jalan," katanya lagi.
Aku terdiam lagi sampai akhirnya laki-laki ini menuntun aku untuk kembali melanjutkan langkahku. Kedua tangannya masih tetap merentangkan jaket denimnya untuk melindungi kepalaku dari rintik-rintik hujan.
Byar.
Hari ini beneran gak bisa ditebak. Gerimis berubah menjadi hujan deras lagi. Aku dan kak Juan saling mempercepat langkah, mencari tempat berteduh terdekat sambil menerobos hujan bersama.
![](https://img.wattpad.com/cover/167756216-288-k445484.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere; Jae
Fanfic"Lo gatau aja seberapa sayangnya gue sama Jovanka." - Juan. Bukan sok jual mahal, tapi anaknya memang begitu. *Nama lokal anak DAY6 by @d6lokal 🤙 #1 ㅡ day6lokal