***
Terbias sabda pujangga merapal diksi menawan
Pada malam berteman rembulan yang menggoda
Sekuntum bunga sedap malam pun melengkapi pesona
Rindu ini kembali sedemikian angkuh menapak di singgasana peraduan
"Benarkah mengeja namanya mampu melarung kerinduan yang merasuk?"
Sungguh cinta memang tak terduga, membuat malu juga sipu merona pada pipi
Dia malu pada barisan awan putih yang berarak hendak menghiasi angkasa nan molek
Sementara liukan kepak camar pun melagu riuh nan gemulai seiring alunan ombak di pesisir pantai
Kerjap tatap menyaksikan semesta yang tahu akan rasa yang kini meniti
Dia merindu pada kekasih di kejauhan samudera
Kekasih yang menyata cinta meski tak bertatap pada bening mata
Lama sudah terpasung dalam luka masa lalu
Hingga tak ada rasa lagi untuk kehadiran sebuah cinta
Hanya ratap elegi senantiasa kawan diri
Kering sudah airmata menitik pada pipi
Semua sirna bersama waktu yang menikam lupa
Kian memapah raga bergelung mengeyahkan trauma
Dan kini, ketika rasa itu membuncah enggan berhenti meski sejenak
Biar menikmati perihnya menyulam rindu yang berjelaga pada malam bisu.
***
MADIKA
Makassar, 07 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjejak Rasa ( sekumpulan prosa, prosais & puisi )
PoezjaIni tentang rasa Tentang sebuah perjalanan hati menemukan pemiliknya Bergelimang resah, penantian, kesakitan, serta kehilangan akan kepercayaan pada cinta Namun menunggu adalah keikhlasan meski terkadang perih melukai Publish ~ 08 Desember 2018