Suasana masih gelap ketika mata hazel Allicia terbuka. Segera dia bangkit dari tempat tidur dan memasuki kamar mandi. Tak lama dia sudah berganti pakaian dengan seragam olahraga. Menuju ke jendela dan membukanya lebar lebar. Dia menarik ujung bibirnya begitu mendapati sosok yang dicarinya. Dia tahu Dante setiap pagi jogging berkeliling sekitaran Mansion dan pagi ini Allicia ingin melewatkan kegiatan itu bersamanya.
" Dante ..tunggu.." teriaknya kemudian.
Dante yang teramat mengenali suara itu menoleh dengan bibir melengkung. Dia berdiri menunggu.
" Aku akan ikut bersamamu. Melihat matahari terbit. Bukankah itu indah.?"
Suara manja Allicia sedikit terengah karena berlari mencapai keberadaan Dante. Lelaki itu tersenyum lalu mengusap puncak kepalanya. Menggenggam tanggannya untuk mengikutinya.
Matahari pagi mulai mengintip. Rona merah mulai menghiasi langit." Cantik sekali." Suara Allicia diiringi decak kagum.
" Ya cantik sekali." Balas Dante yang menatap wajah Allicia. Begitu dekat. Allicia sadar akan itu. Dia mendongak balas menatap Dante, rona merah menjalari wajah putih mulusnya.
" Kau.."
" Kau lebih cantik..Cia.."
Tangan Dante mengelus pipi Cia nya yang merona sempurna. Cantik sekali, batinnya.
" Mengapa aku begitu menyayangi dan mencintai gadis kecil ini." Desisnya.
Allicia cepat memeluk Dante dan menyusupkan wajahnya ke dada lelaki di depannya. Terdengar jantungnya berdetak cepat. Sementara jantungnya sendiri seolah melompat lompat. Allicia makin mengeratkan pelukannya. Dante membalas pelukan itu dengan lembut. Diciuminya puncak kepala gadisnya.
" Kau masih ingin berkeliling atau kembali ke rumah untuk sarapan, aku yakin Geralda sudah menyiapkan sarapan kesukaanmu. " Bisik Dante ditelinga gadisnya.
Gadis itu merenggangkan pelukan lalu tersenyum menatapnya.
" Kita pulang..aku sudah lapar." Ajaknya sambil menarik tangan Dante. Lelaki itu mengikuti dengan patuh.
" Kau sarapanlah duluan..aku harus menemui Palutti yang rumahnya diujung jalan sana."
Dante mendorong pelan Allicia lalu berlalu setengah berlari meninggalkan Allicia yang menatapnya diambang pintu.
" Sayang..dari mana sepagi ini." Sapaan Garnita lembut terdengar.
" Melihat matahari terbit bersama Dante. " Jawab Allicia sambil berjalan menuju ruang makan.
" Lalu dimana Dante?" tanya Garnita dengan senyum.
" Katanya akan ke rumah Palutti..siapa Palutti Nanny..?"
" Gadis yang tinggal diujung jalan..ada apa..untuk apa Dante menemuinya..?"
Allicia menggeleng. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
" Mau kemana cantik..tidak jadi sarapan..."
Suara Garnita nyaris berteriak. Allicia tidak menjawab Dia terus berlalu menuju kamar. Masuk ke kamarnya membanting pintu lalu naik ke atas tempat tidur.
" Hhhh...kesal..kesal..untuk apa dia menemui gadis itu." Gerutu Allicia sambil memukul mukul bantal yang dipeluknya.
Pintu kamarnya terbuka tampaklah Dante berdiri disana. Lelaki jangkung itu menatapnya dengan senyum. Dia berjalan mendekat. Allicia memberengutkan wajahnya.
" Untuk apa kau bertemu gadis itu.." cecarnya dengan wajah galak.
Dante tersenyum. Tangannya mengelus puncak kepala gadis didepannya. Sebelah tangannya dibalik badannya.
" Aku membeli ini untukmu. Karena kau pernah minta dibawakan ketika acara di Villa itu tapi keadaannya tidak memungkinkan." Ujarnya dengan tetap tersenyum menyodorkan bunga Lily dengan tangannya yang tadi disembunyikan dibalik badannya. Mata hazel itu membelalak begitu cantik. Ada senyum yang terkembang begitu manis. Tangan mungilnya terulur menerima bunga cantik digenggaman Dante.
"Ini untukku?" Tanyanya tak percaya. Dante mengangguk.
" Terima kasih ...dan maaf.." cicitnya.
Dante meraih wajah gadis didepannya, menangkupnya dan memegang dagunya. Dante tersenyum lagi.
" Maaf untuk apa.." tanyanya kemudian.
" Aku tadi marah karena kau meninggalkanku begitu saja, bertemu gadis pula." Gerutunya.
Dante tertawa. Allicia merona merah. Dia merengek.
" Percaya padaku sayang..aku takkan pernah meninggalkanmu baby.... Jadi kau tidak jadi sarapan karena ini huh. Garnita tadi memberitahukanku."
Dante mengusap pipi merona itu. Kemudian mengecup bibir tipis yang mengerucut lucu. Allicia makin tersipu malu.
" Uummm...Kau tidak tahu ya..kalau Palutti membuka toko bunga?" Allicia menggeleng. Dante tertawa lucu.
" Ayo sarapan." Ajak Dante lembut.
Allicia menggeleng. Sebelum akhirnya berteriak karena Dante menggendongnya.
" Jangan pernah merasa kau akan terganti dengan yang lain. I really love you,babe. Really ..really love." Bisik Dante ditelinga Cia nya dengan lembut. Allicia tertawa riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODYGUARD (Completed)
RomanceDante pieter adalah bodyguard Mr. Simon King, pemilik perusahaan King's Star. Dia sudah menjadi bodyguard sejak usianya 18 tahun. Dante begitu setia pada Mr. King yang menggapnya sebagai adiknya sendiri. Sampai Mr. King meninggal karena kecelakaan d...