Chapter 4

111 22 5
                                    

Suara gaduh dalam ruang kelas 2-3 itu tercipta bersamaan dengan datangnya Kim ssaem dan presensi satu manusia jakung berparas tampan di belakangnya.

Satu tarikan nafas diiringi bunyi peluit setelahnya menghentikan riuh suara kaum hawa yang histeris akan keberadaan malaikat tak bersayap di depan sana. Pun tak dapat menghentikan anak perempuan dengan mulut ternganga sang pencipta kegaduhan memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, namaku Lee Seungmin. Aku pindahan dari Kanada. Semoga kita dapat berteman baik semuanya." Dengan senyum lima jarinya ia menyapa teman-teman barunya.

Ungkapan wow,wah,daebak,heol atau apapun itu tak dapat dibendung oleh yang lain.
Tentu terkecuali seorang gadis di meja depan sana. Entah karena minus matanya bertambah atau karena tingkat kepekaannya berkurang. Siapa lagi jika bukan Shin Seulyoung.

"Kau bisa duduk dimana saja." Kalimat dari Kim ssaem itu menjadi akhir perkenalannya.

Mata Seungmin tertuju pada sebuah bangku kosong dibelakang kelas itu. Tak butuh waktu lama untuk dia menjadi pusat perhatian. Maka dari itu,  bukan hal yang tidak wajar jika dia lebih memilih bangku belakang. Mencari perlindungan mungkin pikirnya.

Karena dibangku itulah sohibnya duduk sembari menyilangkan tangan didepan dada dan mengamatinya sejak tadi.
"Apa lihat-lihat. Aku tampan." Ketusnya bercanda saat telah terduduk disamping bangku orang yang dia sebutkan tadi.

"Seorang Shin Jinwoo tak pernah mengenal istilah tampan untuk orang lain." Setelahnya mereka berpelukan ala-ala pria dewasa yang masih bocah kelakuannya.

"Dasar ubin lantai, muka pas-pasan aja sok kece depan orang lain."

"Ya apalah daya, remahan kripik kayak situ tak ada apa-apanya memang."

Mungkin seperti itulah keduanya mulai dekat kembali setelah sekian lama tak pernah bertemu. Terdengar aneh memang bagi murid lain di kelas itu. Kanada-Korea memang tak seberapa jika setiap ingin, mereka dapat mengunjungi satu sama lain. Tapi itu tak dilakukan pun.

"Ada dimana yang lain?" Tanya Seungmin.

"Yang satu ada di kelas sebelah. Yang satu ada tepat dibelakangmu. Sedang bertarung dengan nenek lampir." Jawab Jinwoo santai.

Seketika Seungmin menoleh ke belakang. Telihat dimatanya bahwa seorang lagi sahabatnya sedang bertarung hebat dengan gadis berperawakan mungil berkuncir dua, memperebutkan sebuat kertas yang dikatakan Jinwoo sebagai kupon makan gratis dua kali.

"Heiii sumpit ramyun!!! Badanmu itu kecil jadi tidak perlu makan banyak. Pulanglah ke rumah dan suruh seseorang memasakanmu makanan. Kuponnya untukku." Kekeh Woojin saat acaranya nanti terancam batal karena kalah main game.

"Dasar botol kecap!! Kau sudah kalah tak mau menepati janji pula. Sinikan itu milikku." Tak lain adalah Kira dan semua kekuatan yang dia miliki guna melawan tubuh tinggi tegap yang jauh dibanding dirinya.

Dari percakapan tak bermutu itu dapat memunculkan raut jenaka Seungmin. Entah akibat kerinduan pada sahabatnya atau obrolan ngawur yang Kira dan Woojin lakukan


.
.

.
.

Bel istirahat berbunyi. Semua murid terlihat keluar kelas dan saling berebutan siapa yang lebih dulu ke tempat mereka mengistirahatkan pikiran beberapa menit itu. Begitupun Minyeon dan Sunghyo. Mereka nampak berjalan dilorong yang sedikit lenggang siang itu.

"Beberapa hari lagi akan ada banyak ujian menunggu kita. Apa sebaiknya kita atur jadwal untuk belajar bersama?" Sunghyo bertanya.

"Ujian? Belajar bersama?" Tanya Minyeon balik yang dijawab oleh anggukan kecil Sunghyo.
"Boleh saja. Dirumahmu ya?" Terus Minyeon sembari mengumbar senyum berbinar seolah meminta perkataannya terkabul.

Cukup lama setelahnya tak kunjung mendapat tanggapan dari Sunghyo. Sampai helaan nafas terdengar.
"Diluar saja bagaimana? Padahal aku sedang mencari kesempatan untuk keluar rumah."

Mungkin ada benarnya juga. Jarang-jarang dia bisa pergi bersama Sunghyo karena jadwal padat temannya itu. Entah untuk berlatih musik, urusan dengan ayahnya, atau pertemuan khusus oleh keluarganya. Hidup yang membosankan bagi remaja yang baru menikmati masanya.

"Hari minggu di perpustakaan kota bagaimana?" Usul Minyeon disambut baik oleh Sunghyo.
"Tentu."

Perjalanan mereka dilanjutkan. Di pintu masuk kantin, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan para pria yang terlihat satu genk itu. Hawa kelam muncul setelahnya.

Tringgggggg.....

Cek cek

Hana dul...

Lagu Seventeen - Clap terdengar di seluruh penjuru sekolah diiringi tepukan tangan yang dibuat oleh para pria yang tingkat kewarasannya mungkin tinggal setengah.

SEVENTWINS right here....

Ya seperti, mana ada orang normal mana yang menamakan 3 pria yang pdnya setengah mati dengan nama "seven" "twin".

1. Park Hae Ji
2. Han Woo Jin
3. Shin Jin Woo
4...

"Oohh.. orang baru itu siapa?" Bingung Minyeon. Raut para murid lain berubah bingung. Ada juga yang takjub. Genk setengah waras ternyata merekrut satu anggota tambahan. Meski belum menambah sisi kenormalan mereka. Namun paling tidak anggotanya tidak hanya tiga orang lagi.

"Wah itu pasti murid baru yang dibilang Kim ssaem." Kata Minyeon.

"Kim ssaem??" Bingung Sunghyo.

"Iya kata Kim ssae saat aku latian seminggu lalu  ada murid pindaha. dari Kanada. Pasti dia. Tapi kelihatannya wajah asli Korea."

"Aishh masa bodoh lah. Aku tak peduli. Tak menarik juga." Dengan sigap Minyeon menoleh pada Sunghyo.

"Anak ini ya, lihat dengan baik..." dia meraih tubuh tinggi Sunghyo dan menghadapkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

"...tak lihat apa? Banyak yang tertarik padanya. Apa jangan-jangan kau hanya mengenal Hyunsuk oppa saja dihidupmu?"

Sejenak Sunghyo berdecak sembari merapikan pakaian dan rambutnya.
"Oppa? Menjijikkan!"

Dengan mengepalkan tangan bersiap memukul Minyeon berkata, "Jangan mengatakan itu!"

"Memang benarkan. Huh.. lagi pula aku kurang tertarik pada seseorang yang diminati orang banyak." Keluh Sunghyo sambil berjalan meninggalkan Minyeon dibelakangnya.

"Dasar anak ini yaaa..."

Sunghyo mengambil nampan besi itu dan memilih makanan yang telah tertata di depannya. Di sampingnya tak lain seorang Park Haeji dan disisi lain Hwang Minyeon. Apa yang akan terjadi?

"Cumi memakan cumi, bukankah itu namanya kanibal?" Haeji menggoda.

"Siapa sih? Kok kayak ada yang bicara tapi tak berbentuk." Balas Minyeon ketus.

Sunghyo hanya akan menghela nafas dan kembali fokus pada menu makanannya.
Matanya tertuju pada cake mungil berlapis krim strawberi di atasnya. Namun tangannya kalah menjangkau lebih dulu dari Haeji. Sunghyo menatap Haeji.

Minyeon melihat itu langsung protes,
"Itu milik Sunghyo tau!"

Haeji menyerngit heran,
"Aku mengambilnya lebih dulu. Ini milikku"

Sunghyo melerai kerusuhan kecil mereka. Aku yang ingin mereka yang ribut, pikirnya.
Namun saat hendak berbalik, Haeji menahan bahu Sunghyo tanpa sepengetahuan Minyeon yang berjalan lebih dulu.

"Ambil ini!", Haeji menaruh cake itu pada nampan Sunghyo.

"Baiklah." Tanpa basa-basi Sunghyo melangkahkan kakinya lagi menyusul Minyeon.

"Ya ya ya, gadis ini selalu tak tahu diri. Awas saja nanti!"

Sekilas terdengar ditelinga Sunghyo dia pun berbalik lagi.
"Nanti ya nanti."

"Jinjja!!!" Haeji mendengus kasar lalu duduk dibangku dekatnya. Dimana genknya itu berkumpul. Dia memakan dengan lahap tanpa tahu ada seseorang yang memerhatikan setiap pergerakannya.

Lee Seungmin

Padangan pria itu lanjut tertuju pada dua gadis yang bersama Haeji tadi. Fokusnya terpecah saat menatap Sunghyo. Kembali ia menatap Haeji disampingnya. Apa yang dia tak ketahui?



MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang