Chapter 9

78 13 1
                                    

Ruang musik yang semulanya adalah tempat yang penuh ketenangan, ketentraman, dan kedamaian bagi Sunghyo, seketika berubah menjadi ruang yang penuh dengan kata berisik. Hanya karena kedatangan insan tak diundang yang dengan seenaknya saat ini bertengkar di ruang yang sudah diakui Sunghyo sebagai ruang pribadinya.

Sunghyo yang tengah kesal ingin rasanya berteriak dan menjejalkan sepatunya kepada dua orang itu, namun ia urungkan karena tiba-tiba pintu terbuka menampakkan seorang laki-laki dengan dua kaleng minuman di tangannya.

Kedatangan pria itu membuat ruang itu kembali sepi, semua orang beralih fokus pada laki-laki yang saat ini berdiri pada mulut pintu.

"Seungmin? Kenapa kau kesini?" tanya Woojin yang sudah tamat bertengkar dengan Kira.

Seungmin belum menjawab pertanyaan Woojin ia hanya terus berjalan dan mendekat. Baru sekitar beberapa langkah dari Woojin ia menjawab sembari melempari Woojin minuman.

"Hari ini aku resmi bergabung dengan klub ini."

Sunghyo pun dengan buru-buru menoleh, belum mengeluarkan kata tiba-tiba tangannya sudah digenggam oleh Seungmin, membuat leher Sunghyo tercekat kaget dan tak bisa berkata sepatah kata.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Seungmin dengan santainya, Sunghyo sungguh bingung dengan kelakuan orang yang sekarang tengah menggenggam tangannya. Berani-beraninya laki-laki asing ini menyentuh tangan suci Sunghyo.

"Kami ingin mewawancarai Sunghyo untuk tugas klub. Tapi gara-gara orang jelek ini semua jadi kacau. Jadi kumohon Sunghyo-ya." Kira menjawabnya dengan puppy eyes, orang yang disebut jelek jelas-jelas tidak terima ia langsung menjitak kepala Kira yang tingginya hanya sebatas dadanya.

"Dasar pendek, kau itu selalu saja buat masalah denganku. Orang tampan sepertiku bisa-bisanya dibilang jelek. Yang ada kau yang jelek."

"Kau yang jelek. Dasar hitam."

Lagi-lagi ada mulut dan adu jotos kembali dimulai, kepala Sunghyo rasanya mau pecah. Namun tanpa disadari sedari tadi tangannya digenggam oleh Seungmin. Sunghyo melihat tangannya yang terus bertautan dengan tangan Seungmin. Rasanya ingin sekali menampiknya, namun entah kenapa saat ini yang lebih penting adalah pergi dari dua orang tom&jerry itu.

"Hey, Sunghyo aku tahu yang kau rasakan. Dalam hitungan ketiga, kita akan pergi dari tempat ini." tiba-tiba Seungmin berbisik di telinga Sunghyo yang membuat jantung Sunghyo kembali terkejut. Sudah berapa kali orang asing ini terus-terusan membuat Sunghyo jantungan? Kali ini telinga sucinya juga sudah dicemari oleh bisikan seorang bernama Seungmin.

Seungmin memberi sebuah aba-aba dan benar saja Sunghyo ikut terbawa dalam rancananya tadi. Tanpa disadar ia ikut berlari dengan tangan yang terus bertaut.  Berapa lama tangannya harus bertaut?

Dua orang yang tadinya bertengkar berubah menjadi berteriak secara bersamaan. Meneriaki penculik yang menculik target sasarannya. Dua orang itu pun ikut berlari dan mengejar.

.
.
.
.

Di sisi lain Sunghyo tampak terengah-engah. Sunghyo bukan seorang atlet ia tidak menyukai olahraga. Karena semua yang namanya olahraga hanya akan membuat tubuhnya sakit dan lelah, lebih baik bermusik yang membuat tubuhnya rileks.

"Apa kau merasa lelah?" tanya Seungmin yang melihat Sunghyo tengah membungkuk-bungkuk dengan napas terengah. Merasa diacuhkan Seungmin buru-buru menyodor sebuah minuman kaleng yang ia bawa sebelumnya.

"Minumlah." Sunghyo pun mendongak menatap minuman kaleng itu dengan keinginan besar, berharap jika minuman itu langsung masuk ke kerongkongannya yang tengah mengering. Tapi sangat aneh jika langsung menerima itu. Menurut Sunghyo sebaik apapun orang itu, jika orang asing tetaplah orang asing.

MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang