Chapter 7

99 19 4
                                    

Malam semakin pekat dan udara juga semakin menusuk ke dalam tulang, namun tak menghentikan kegiatan para anak adam yang kali ini tengah mengeraskan suara roda kuda besi yang bergesekan dengan jalan kelam itu.

Aku pemenang!

Sapu tangan merah tergeletak dan angin kasar menambah kesan hangat dimalam penentuan ini. Tepat di belakang barisan itu Seulyoung cemas menanti sahabatnya yang kini tengah berjuang untuk satu bulan penuh beban nanti.

"Lohh.. ketua kelas kenapa disini?" Seulyoung terkejut oleh suara dibelakangnya. Dia menyerngit sebentar lalu mendapati makhluk pojok kelasnya. Han Woojin. Dan teman baru mereka Seungmin.

"Eoh, tidak." Jawab Seulyoung gugup. Setelah ia pikir, disini ramai juga. Aku sendiri...
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya yang membuat Woojin dan Seungmin saling menoleh heran. Hanya sebentar sebelum datang dua orang yang Seulyoung yakini satu spesies dengan Woojin dan Seungmin.

"Jangan jauh-jauh dariku dongsaeng!" Sungut Haeji terlihat kesal dengan menggandeng seorang gadis berhoodie itu.
"Ehh... lihat kau ada teman sekarang." Lanjut Haeji menunjuk Seulyoung.

Seulyoung kaget dan langsung menoleh ke belakangnya, lalu menghadap ke depan sambil menunjuk dirinya dengan wajah cengo.
"Kau menunjukku?" Tanyanya pada Haeji.

"Iya kau..eee..e.. Seulgi kan?" Ucap Haeji dengan entengnya. Tak lama sebelum mendapat jitakan dari Seungmin.
"Aduhhh!"

"Seulyoung...ingat.. Seulyoung!" Jelas Seungmin.
Haeji mencebikkan bibirnya lalu menjawab, "Aku bahkan bertaruh dia juga tidak tahu namaku".

Semuanya menoleh pada Seulyoung. Dengan nada tidak terima dia berkata, "Aku tau ya. Kau Park Haeji kan dari kelas 2.2!"

Mereka kompak menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdecak menanggapi Haeji. Sedangkan Haeji menggaruk tengkuknya malu, lalu menoleh ke arah gadis berhoodie tadi.
"Kau membuatku malu saja." Ucap gadis berhoodie itu. Kemudian Haeji terkekeh pelan lalu bertingkah seolah akan memelintir kepala sang gadis yang kini memekik tak terima.

"Ahh romantisnya. Apakah kepalamu juga mau ku pelintir Min Min." Ujar Woojin gemas bernada manja pada Seungmin.

"Menjijikan.. pergi sana!" Balas Seungmin. Apa temannya satu ini tidak bisa menjadi normal barang semenit. Lihat, bahakan setelah dia mengucapkan kalimat penuh laknat itu sekarang Woojin tampak duduk bersila dibawah sambil bermain gamenya lagi.

Tidak tahu kan kini bahwa hormon kekepoan Seungmin tengah meningkat kini oleh gadis berhoodie yang kini bermain jambak-jambakan bersama Haeji. Dari awal kedatangannya, Seungmin terasa tak asing dengan gerak gerik itu. Namun pertanyaannya selalu tak terjawab karena sekali lagi teman-temannya kurang berminat menghiraukannya.

Sedangkan dalam penglihatan Seulyoung kini hanya ada keributan, ramai, dan satu orang makhluk penghuni pojok kelasnya yang duduk bersila dengan senyum bodoh menghiasi wajah hitamnya. Sungguh dari sini dia tak terlihat. Oke itu berlebihan, Woojin tak sehitam itu.
Masa bodohlah, pikir Seulyoung.

Dan atensi semua orang kini teralih pada suara knalpot yang saling bersahutan memekik rungu. Dari jauh Seulyoung mengepalkan kedua tangan didepan dada penuh harap kemenangan Rira. Dia mengangkat wajah dengan senyum gusar dan tergantikan dengan masam ketika dia menyadari bahwa tepat melintas garis finish itu adalah Jinwoo. Jadi.....

MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang