Chapter 24

58 5 7
                                    

D-1

"Aigo, punggungku." Kalimat pendek yang sudah ratusan kali Minyeon katakan pada akhir-akhir ini.

Persiapan untuk promosi klub memaksa punggung rentanya untuk bekerja keras. Seakan-akan Minyeon merasa kembali hidup di masa kolonial Jepang, dimana ia harus bekerja sangat keras tanpa dibayar.

Ia menghela nafas ketika melihat tinggal satu saja barang yang perlu ia pindahkan. Dengan sedikit gerak perenggangan Minyeon membungkuk dan bersiap mengangkat tugas terakhirnya.

"Istirahatlah, biar aku saja." Suara bass laki-laki dengan otomatis mengalihkan atensinya dari sekotak barang menjadi sesosok berwajah tampan.

Suara ini sudah tak perlu ditanyakan lagi, suara pria idaman Minyeon, Min Hyunsuk. Bagai malaikat Hyunsuk mengambil alih benda berat di tangan Minyeon.

Minyeon masih tidak bisa berkata-kata ketika sunbae-nya ini berdiri dengan ulasan senyum itu, senyum yang menurut Minyeon paling manis sejagat raya.

"Apa yang dilakukan Ketua OSIS di sini?" Sekali lagi seorang laki-laki menceletuk di belakang Minyeon, yang membuat Minyeon mengunci geraknya. Tidak perlu berbalik ia cukup kenal dengan suara lelaki penyebab kesengsaraan dalam hidupnya.

Tadi ia didatangi malaikat dengan cahaya yang mendamaikan, sekarang kenapa setan ini harus datang menghancurkan imajinasi indahnya?

"Haeji-ssi? Bukannya kau perlu berlatih untuk menjadi MC? Kenapa kau ada di sini?"

"Kau belum menjawab pertanyaanku, sekarang malah balik bertanya, cih."

Minyeon yang merasakan tanda-tanda munculnya masalah segera mengambil langkah seribu, dengan cara menghindari si pembuat onar.

"Sudah Oppa, jangan tanggapi setan itu. Kita pergi saja." Minyeon menarik lengan Hyunsuk dan bergegas pergi meninggalkan Haeji yang merasa telah diacuhkan.

Haeji hanya berdecih karena harga dirinya telah diinjak oleh seekor cumi-cumi.

Baiklah siapa yang ingin dekat dengan seekor cumi-cumi?

Tapi bukan hanya itu yang dirasakan Haeji saat ini, melainkan sebuah kata-kaat asing yang melukai telinganya.

"Apa yang ia katakan tadi? Op...Oppa? Ya! Cumi-cumi apa maksutmu!" Haeji berteriak dengan suara lantang, berusaha mengejar Minyeon yang sudah ditelan belokan jalan.

Namun suara teriakan horor telah membekukan langkahnya. Seorang gadis bertubuh pendek berjalan cepat dan menyambar tangan Haeji dengan paksa.

"Mau kemana kau huh? Mau kubelokkan semua persendianmu? Cepat kembali!"

"Lepaskan! Berani-beraninya kau memperlakukanku seperti ini." Ancam Haeji pada Kira yang tentu saja hanya dianggap angin lalu.

"Apa! Mentang-mentang kaya dan punya banyak saham kau mau berlaku seenaknya? Dasar anak saham! Laporkan saja kalau kau sudah bosan hidup." Gertak Kira.

Kenapa akhir-akhir ini Haeji merasa harga dirinya sebagai laki-laki sudah dihancurkan? Pertama si Es Sunghyo, kedua si Cumi Minyeon, dan sekarang si Bocil Kira. Mau siapa lagi?

***

"Apa kau dekat dengan Park Haeji? Aku kerap melihat kalian bersama." Tanya Hyunsuk yang kini ikut membantu merapikan stand milik klub olahraga.

"Tidak, aku sama sekali tidak dekat dengannya. Kita memang kerap bersama karena sekelas. Dan akhir-akhir ini aku selalu satu kelompok dengannya." Minyeon mengerucutkan bibirnya, meratapi nasib sial.

MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang