Chapter 11

89 14 6
                                    

Angin berhembus kencang, gumpalan kapas berguling-guling mengiringi kedatangan dua siswi berbeda kelas namun masih satu tingkat. Sekian banyak pasang mata tertuju pada mereka, dan mungkin juga akan ada tontonan gratis untuk penghuni kantin siang ini. Karena dua siswi  tersebut menuju meja sekelompok pria tampan dengan separuh otak mereka.

"Mana makanannya ?" jinwoo sudah menodong Rira dengan pertanyaan.

"Dia menjatuhkannya." Rira menunjuk Kira yang ada di sampingnya.

"Eeee.... maafkan aku, aku tidak sengaja menabraknya."

Jinwoo menatap Kira sebentar, "Oh, ya."

"Aku akan menggantinya." lanjut Kira

Jinwoo mengabaikan ucapan Kira, dia malah menunjuk Rira, "Kau. Belikan lagi !"

"Dia bilang dia akan menggantinya."

"Aku tidak mau. Kau sendiri yang harus membelikanku lagi."

"Dia yang menabrakku !"

"Tapi kau yang menjatuhkan makanannya !"

Rira menatap Jinwoo nyalang, siapa yang tidak kesal jika di posisi Rira saat ini. Dia membeli makanan yang sudah rata dengan ubin beberapa menit yang lalu dengan uangnya, lalu sekarang harus membelinya lagi, makanan seharga tiga kali makan siang di sekolah.

"Aku akan membelikannya tapi tidak sekarang." 

"Harus sekarang." kekeuh Jinwoo.

"Kenapa harus aku yang melakukannya ?!"

"Karena kau BABUku !"

Rira semakin dibuat kesal dengan ucapan jinwoo. Dia sampai sulit mengatur nafas karena emosinya. "Sialan."

"Aku tidak sudi jadi babumu! Aku tidak mau menuruti perintah gilamu! Aku muak dengan komplotan otak udangmu! Dan aku tidak mau memakai celemek merah muda menjijikan ini!"

Rira melepas celemeknya lalu melemparkannya ke meja dan meninggalkan kantin. Sekarang giliran Jinwoo yang kesal dengan Rira. Belum pernah ada yang berani berteriak kepadanya selama ini.

"Awas kau. Lihat saja nanti." Jinwoo mendesis disertai smirknya.

.

.

Normalnya murid- murid akan meninggalkan sekolah sesegera mungkin usai bel pulang berbunyi, namun pengecualian untuk Rira hari ini. Dia menunggu Sekolah agak sepi untuk menghindari Shin Jinwoo dan komplotannya. Seulyoung juga pasti sudah pulang karena hari ini Rira membawa motornya.

Rira menendang-nendang udara untuk melampiaskan kekesalannya. Sejauh ini tidak terjadi apapun padanya, dia masih dalam keadaan selamat dari hal gila yang mungkin bisa dilakukan Jinwoo. Bukankah itu berarti....

"Aisshh, seharusnya aku tidak melakukan hal bodoh ini sejak awal. Buktinya dia tidak melakukan apapun padaku.Persetan dengan taruhan."

Rira lekas memakai helmnya, namun terdengar bunyi sesuatu yang retak lalu pecah. Tak lama ada cairan kental sedikit amis yang mengalir di dahinya.

"Ini.... telur? Sialan."

Jinwoo bersama geng bobroknya tertawa puas dari dalam mobil melihat rencana mereka berhasil. Lalu Jinwoo mengejek Rira dengan isyarat 'payah kau'.

"Ini belum seberapa, kau pasti akan menyesal berurusan denganku."

Jinwoo melajukan mobilnya meninggalkan area parkir.

.

.

Brakkk

Pintu rumah yang tidak bersalah menjadi sasaran amukan Rira. Seulyoung sendiri yang baru mau menyalakan televisi ikut berjingkat karena kaget, namun dia segera menghampiri Rira.

MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang