ANGKASA-02

1.6K 68 16
                                    

Selamat membaca cerita Angkasa. 😄

Vote sebelum baca lebih baik.😉

Sebelumnya tak ada satupun kata yang mampu membuat Atlas merasa begitu terkejut bahkan sampai kepalanya terasa pusing. Akan tetapi, yang baru saja ia dengar adalah kalimat yang benar-benar mampu menyendat tenggorokannya. Seluruh ototnya terasa menegang dan kelopak matanya terasa berat untuk sekadar berkedip.

Selanjutnya, si pria berjas putih ala dokter itu kembali berbicara dengan kedua tangannya berkutat di atas meja medis. Ia tampak memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan berbagai alat medis itu. Dan Atlas tidak tahu pasti.

"Saya tahu Yang Mulia, Anda pasti terkejut."

What! Ingin sekali Atlas mengucap sumpah serapahnya kepada pria itu. Siapa yang tidak terkejut ketika sedang mandi dan tiba-tiba terbangun di ruangan yang sama sekali tidak lazim? Atlas bahkan bukan hanya terkejut. Melainkan merasa sangat panik, sangat bingung, sakit kepala, ingin muntah, ingin pingsan, dan lain semacamnya.

Namun, ketika Atlas hendak menggerakan bibirnya, bibir pria tua itu terlebih dahulu berbicara.

"Beberapa waktu lalu saya meminta kepala sistem kerajaan agar membuka gerbang di bumi untuk membawa Anda kembali, Yang Mulia. Kerajaan sedang dalam keadaan genting."

"Holy smoke!" Atlas tak kuasa menahan keterkejutannya. Dan kata-kata umpatan itu bak meluncur begitu saja dari mulutnya. Demi bintang-bintang, Atlas benar-benar tidak mengerti dengan kalimat pak tua itu. Kepala sistem kerajaan? Pintu gerbang di bumi? Entahlah. Atlas sangat tidak paham.

"Bisakah-..." Atlas berhenti sejenak.
Menimang gaya bicara seperti apa yang harus ia gunakan ketika ada seorang pria paruh baya tak dikenal yang memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia.

Haruskah ia berbicara seperti pembawa acara berita di TV? Seperti Pangeran Kerajaan Inggris? Atau haruskah ia berbicara layaknya seorang Presiden ketika berpidato?
Atlas mengembuskan napas kasar.

Well, Atlas memang gemar menyaksikan pidato dari beberapa kepala negara di dunia, akan tetapi ia jelas belum mampu menyesuaikan diri dengan kondisinya saat ini. Mengingat bahwa ia terbiasa berbicara frontal dengan orang-orang, terutama dengan kedua sahabatnya— sebut saja Gilang dan Novan.
Namun, kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan ucapannya.

"Bisakah kau..." Atlas kembali terbata.

"Bisakah kau memberi tahuku semuanya? Maksudku, seluruhnya."

Atlas berdiam sejenak dan mengerutkan bibirnya ke satu sisi sebelum ia kembali berucap.

"Dan ceritakan padaku dari awal. Karena seingatku, aku sedang mandi sebelum terbangun di tempat aneh ini."

Atlas sedikit menyesali kata-katanya barusan. Tempat aneh. Ia berpikir tidak seharusnya ia menyebut ruangan supermengkilat ini dengan kata aneh. Tapi, kata-kata yang sudah terucap tak mampu ditarik kembali, bukan?

Pria berjas ala dokter itu terlihat menimang sesuatu dalam pikirannya. Ia kemudian berjalan mendekati Atlas dengan jarum suntik di tangannya. Cairan berwarna biru pepsi mengisi salah satu sisi alat suntik itu. Dan Atlas dengan cepat memundurkan badannya ketika iris matanya menangkap ujung jarum suntik yang runcing dan mengeluarkan kilau mengerikan ketika terkena pantulan cahaya lampu.

"Tenanglah, Yang Mulia. Cairan  risposta¹ ini akan menjawab seluruh pertanyaan Anda. Segala hal yang Anda ingin ketahui tentang tempat ini, mengapa Anda berada di sini, dan yang terpenting."  pria itu berhenti.
"Siapa Anda sebenarnya." lanjut pria dengan suara meyakinkan dan tatapan penuh harap.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang