ANGKASA-15

279 18 0
                                    

Selamat membaca cerita Angkasa. 😄

Happy reading.

Novan nyaris terjerembab karena tubuh Gilang yang tiba-tiba saja menubruknya. Bukan menubruk seperti banteng atau semacamnya, kali ini Gilang memeluknya. Erat. Dan Novan cukup sulit bernapas karenanya.

"Lang, lepas!"

"Nopannya gue! Gila! Gue seneng banget lo masih idup!" seru Gilang tanpa mengendurkan kaitan kedua tangannya di tubuh Novan.

Sementara sosok yang dipeluk memutar bola mata. Jengah sekaligus merasa bahwa Gilang benar-benar hiperbola. Pemuda ini tidak tahu saja jika menit-menit yang lalu Gilang telah berteriak berkali-kali sembari memukulkan tinjunya di setiap sisi dinding yang mampu dijangkau oleh tubuh medium Gilang. Saking bingungnya Gilang.

"Barusan lo manggil gue apaan!?" tanya pemuda itu dengan galaknya.

Gilang terkekeh. Lalu bergerak mengurai pelukannya.
Ia lalu menarik tubuhnya untuk berdiri. Rasa dingin segera menusuk telapak kakinya saat kedua kakinya beranjak turun dari ranjang. Gilang meringis kecil dan melirik lantai putih mengkilat yang kini menjadi pijakannya.
Gilang teringat sesuatu.

"Van."

"Hm?"

"Kita kayanya diculik deh atau dipenjara gitu."

Dahi Novan mengkerut. Sesaat kemudian pemuda itu menyapu sekelilingnya dengan indera penglihatannya. Mencoba menafsirkan ucapan Gilang barusan. Namun, kondisi netranya yang minus membuatnya tidak mampu melihat objek-objek di sekitarnya dengan fokus. Pandangannya kabur. Blur.

"Lang? Kaca mata gue dimana ya?"

Gilang berpikir sejenak. Alisnya menungkik. Bibirnya mengumpul di satu sisi. Selanjutnya pemuda itu membalik selimut putih yang ada di ranjang. Menyibaknya dan membuat kaki jenjang Novan yang berbalut celana biru muda terekspos.

Gilang tidak menemukan adanya kaca mata di seluruh sisi kasur. Gilang berdecak dan akhirnya melempar selimut putih tebal ke ranjang dengan asal. Menimbulkan gundukan kain selimut yang berantakan.

"Kaca mata lo nggak ada."

"Serius!?" mata emerald Novan membulat. Pemuda itu mengucak matanya cepat. Mencoba apakah pandangannya membaik atau tidak.

"Serius." jawab Gilang sembari mengambil posisi berdiri tepat di depan Novan.

"Lo bener-bener gak bisa liat ya?"

"Sialan lo! Emangnya gue buta!" sewot Novan sembari mendongak dan melayangkan telapak tangannya untuk memukul lengan Gilang sekilas.

"Lah? Terus?"

"Blur doang." Novan berdiri. Telapak kakinya merasakan suhu dingin yang menerpa sedemikian rupa. Ia hampir limbung. Namun keseimbangannya masih terkendali dengan baik.

"Masih bisa liat kan?"

Novan berdecak. Kemudian memilih berjalan melewati tubuh Gilang.

"Heh! Van! Jawab dong! Gue nanya nih!" seru Gilang sembari mencekal siku Novan.

Novan menghela napas panjang. Detik kemudian ia membuka suara dan menoleh. Menatap wajah sahabatnya yang tengah bertingkah hiperbolik.

"Masih bisa, Gilang. Mau tau nggak muka lo kaya gimana?"

"Wuidih!" Gilang melepas cekalannya dari siku Novan kemudian tersenyum lebar. Menampakkan sepasang gigi gingsulnya yang mirip taring vampir. Sepasang gingsul yang menambah daya tarik seorang Gilang Antariksa.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang