ANGKASA-12

329 20 1
                                    

Selamat membaca cerita Angkasa.

Happy reading.😄

Usai menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengelilingi seluruh sektor di kerajaan Orion, Atlas kini terpaku di sektor Rigel. Di ruangan besar berisikan jajaran meja berwarna hitam mengkilat yang sepaket dengan layar-layar hologram di atasnya. Entah ada berapa ratus meja disini. Yang jelas, ada banyak sekali. Dan seluruhnya terlihat rapi dan lurus tanpa adanya satupun meja yang berukuran lebih kecil ataupun lebih besar dari yang lain. Semua meja tampak berukuran sama. Sama persis dan tanpa selisih.

Saat ini Atlas sedang menatap sebuah layar hologram bercahaya hijau neon seukuran laptop. Layar yang berfungsi mirip komputer ataupun laptop —bahkan lebih canggih dan serba guna—ini ternyata bernama evoscreen¹. Atlas mengetahuinya atas penuturan dari Onorato Altri, selaku Wakil Kepala Pengendalian Sistem Kerajaan Orion.

Beberapa menit lalu Atlas sempat sulit menelan salivanya lantaran mengetahui bahwa seluruh penduduk kerajaan Orion, termasuk Onorato Altri ternyata memiliki wajah yang rupawan tanpa cacat sedikitpun. Wanita-wanita cantik dan pria-pria tampan menghuni setiap penjuru kerajaan ini. Entah faktor genetik atau semacamnya, namun begitulah fakta yang Atlas lihat.

Dan kini, Atlas duduk di kursi hitam nan begitu lembut, empuk, dan nyaman. Bersama dengan Onorato Altri di sebelahnya. Menatap takhzim ke evoscreen di hadapan mereka. Atlas mengembuskan napas pelan. Sekarang dirinya sedang menyaksikan evoscreen yang menayangkan kedua sahabatnya yang tengah terbaring di sebuah ruangan putih bersih yang sempat ia singgahi (terdapat di chapter 1 dan 2).

Secercah ketidaksabaran melintasi pikiran Atlas. Perihal bagaimana tidak sabarnya ia untuk menemui kedua sahabatnya yang baru saja berhasil ditransfer dari planet bumi menuju tempat ia berada saat ini— Kerajaan Orion.

Onorato Altri membuka suara. Dan sukses mengalihkan fokus Atlas yang semula tertuju pada evoscreen. Kini netra Atlas beralih menatap sosok pria tampan berusia sekitar dua puluh tahunan lebih —Onorato Altri— yang memiliki wajah rupawan bukan main. Iris matanya sehijau zamrud. Tubuhnya atletis, rahangnya tegas, kulitnya seputih susu, dan bibirnya merah muda. Bahkan menurut Atlas, pemuda ini terlalu tampan untuk ukuran manusia biasa.

"Anda bisa membuat kedua teman Anda sadar dengan lebih cepat jika Anda mau, Yang Mulia."

Kening Atlas berkerut dalam. Sepasang mata sapphire-nya menyipit. Menyiratkan kebingungannya atas ucapan Onorato Altri barusan.

Onorato Altri tersenyum. Membuat wajah tampannya terlihat semakin menonjol. Dan Atlas yakin, bahwa apabila dirinya terlahir sebagai perempuan maka ia akan naksir dengan pemuda yang ada di hadapannya ini. Namun, Atlas sungguh masih normal. Masih sangat ingin memiliki kekasih lawan jenis.

Memahami dahi Atlas yang berlipat, Onorato Altri menggerakkan jari-jarinya di atas evoscreen. Jari-jari lentiknya melayang sekitar satu sentimeter di atas layar evoscreen. Pandangan Atlas bergerak mengikuti jari-jari Onorato Altri yang bergerak lincah laksana seorang penari balet profesional.

Tak lama, evoscreen menunjukkan tulisan-tulisan dengan huruf yang tidak Atlas pahami. Untaian huruf yang sama seperti yang ia jumpai di seluruh sektor di kerajaan Orion. Rentetan huruf aneh yang membuat otak Atlas terasa seperti terbalik.

"Gas pengejut. Mampu membuat seseorang terbangun dari tidurnya. Dengan dosis tertentu mampu membangunkan orang yang pingsan, dan dengan dosis tertinggi mampu menghidupkan orang yang telah mati."

Mendengar penuturan tersebut, jantung Atlas seolah berhenti berdetak. Matanya mengerjap beberapa kali untuk memahami kata demi kata yang baru saja diucapkan oleh sang Wakil Kepala Pengendalian Sistem Kerajaan nan rupawan— Onorato Altri.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang