ANGKASA-06

643 32 0
                                    

Selamat membaca cerita Angkasa.😄

Di tengah desas-desus perihal kedatangan dua orang murid baru —Kevin dan Azel.
Novan justru menyibukkan diri dengan menatap layar laptopnya. Ia berusaha keras mencari keberadaan Atlas menggunakan berbagai software, termasuk software buatannya. Dan sampai saat ini Novan belum juga menemukan clue tentang keberadaan sahabat bermata birunya. Fakta yang teramat mengecewakan bagi Novan.

Terhitung sudah dua hari sobatnya —Atlas— tidak hadir di sekolah tanpa keterangan. Alhasil Novan mau tidak mau harus betah mendengar segala macam ocehan Gilang.
Meskipun sedang dalam kegiatan belajar di kelas dengan sosok guru Geografi berwatak lembut —Pak Parlan namanya— Gilang tetap saja mencuri-curi kesempatan untuk berbicara dengan Novan.

Ketidak hadiran Atlas membuat Gilang yang gemar curhat, kini melimpahkan seluruh curahan hatinya kepada Novan seorang. Mulai dari keluh kesah Gilang soal dirinya yang tadi pagi hendak sarapan dengan lauk ikan gurame goreng yang sialnya dirampas oleh kucing peliharaan tetangganya, berlanjut ke rasa iba Gilang saat menonton serial kartun spons berwarna kuning yang kehilangan jaring penangkap ubur-uburnya, sampai sepasang bola mata Gilang yang rasanya seperti akan tercabut dari tempatnya sewaktu pria bermata hazel itu lembur untuk mengerjakan tugas Ekonomi dengan materi akuntasi yang berhiaskan tabel-tabel dan berbagai nominal uang bernilai ratusan juta— yang sayangnya hanya teks semata dan bukan milik Gilang. Dan semua yang Novan dengar dari mulut Gilang membuat Novan berpikir bahwa Gilang ini terlalu aneh untuk standar manusia normal. Tak hanya itu, menurut Novan, Gilang juga terlalu bawel untuk ukuran cowok normal. Dan ya, terlintas di benak Novan bahwa dirinya berteman dengan Gilang tanpa memandang standar kenormalan pria itu, atau semacamnya. Bisa dibilang mengejutkan dan menyerupai sebuah keajaiban karena keduanya telah berteman hampir tiga tahun lamanya.

Bel penanda istirahat pertama berbunyi. Guru-guru bergerak meninggalkan ruang kelas dan menciptakan kegaduhan penuh kelegaan di setiap ruang kelas. Begitu halnya dengan Novan yang mendesah lega karena Gilang tak lagi berceloteh ria.
Novan merasa ingin sekali memasukkan namanya ke dalam daftar orang paling beruntung di muka bumi ini, karena dirinya tak perlu repot-repot pergi ke dokter THT untuk memeriksakan kondisi telinganya karena Gilang saat ini sedang pergi ke kantin sekolah.

Jam istirahat pertama sedang berlangsung. Novan membuka kotak bekalnya dan menyantap sandwich buatan ibunya. Dan jika kalian menebak bahwa Novan saat ini sedang memakan sandwich-nya sembari menatap layar laptop, tebakan kalian mendapat nilai sempurna.
Novan masih berkutat untuk mencari keberadaan Atlas yang menurutnya tengah hilang dengan cara yang sangat misterius.

Berikutnya, Novan kembali merasa resah karena ketidak hadiran Atlas. Hal itu menyebabkan Gilang kembali dari kantin dengan begitu cepatnya. Padahal biasanya si bawel Gilang menghabiskan waktu istirahat secara penuh di kantin sekolah. Namun sekarang? Gilang sudah memasuki ruang kelas dan kembali duduk di samping Novan.

Tetapi, Novan merasa sedikit lega dan tertolong karena mulut Gilang tidak sebawel biasanya saat sedang menyantap makanan. Untungnya saat ini Gilang tengah makan. Jadi Novan tidak perlu menyumbat kedua lubang telinganya menggunakan benda-benda apapun itu.

Beberapa menit lalu Gilang sempat menyelipkan tubuhnya di tengah-tengah keramaian kantin sekolah. Pemuda berambut hitam pekat itu rela berdesakan dengan murid-murid lainnya demi mendapatkan lima butir cilok yang tertancap pada tusuk sate dan dibumbui dengan saus kacang super pedas. Gilang sangat gemar menyantap makanan satu ini. Walaupun bagi Gilang, makanan di dunia ini hanya ada dua tipe, enak dan enak sekali. Namun, makanan bertekstur kenyal ini tetap jadi yang utama di hati dan lidah seorang Gilang Antariksa.

Gilang hampir saja tersedak cilok saat Stella datang secara tiba-tiba dan langsung menggebrak meja yang berada tepat di hadapan Gilang dan Novan.

"Masa iya sih lo berdua nggak ngerti dimana Atlas!" amuk Stella dengan wajah kusut.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang