ANGKASA-28

170 9 0
                                    

Selamat membaca cerita Angkasa. 😊

It'll be really worth if anyone of you wanna help me to leave a comment in some typo words. 🙏

Well, let's get start it!

Cautela berdiri perlahan, mencoba meredam sakit kepalanya yang terasa begitu nyeri. Gadis mungil itu nyaris terjatuh kalau saja sosok pemuda jangkung tak gesit meninggalkan meja kerjanya dan merengkuh tubuh Cautela.

"What are you doing in that worm hole?"

Cautela mengernyit. Merasakan sakit yang semakin menjalar di kepalanya.
Ia mengerang pelan, dan Jonah dengan cekatan mengibaskan tangan kirinya yang detik berikutnya memunculkan sebuah sofa empuk nan panjang berwarna cokelat tua terpampang di hadapan mereka.

"Okay, duduklah," ucap Jonah setelah membantu Cautela mendudukkan diri di sofa yang baru saja muncul atas aba-aba Jonah itu.

Cautela memejamkan mata. Mengembuskan napas lemah. Berikutnya Jonah menggerakkan tangan kanannya, membentuk segitiga sama sisi sebanyak dua kali. Sedetik setelahnya sebuah tabung kaca berukuran mini muncul tepat di hadapan Jonah dengan posisi melayang. Terdapat gas berwarna biru tua di dalamnya.

Selanjutnya, Jonah bergerak membuka penutup tabung kaca itu dan mendekatkannya ke depan lubang hidung Cautela. Semula gadis mungil berambut pirang itu terkejut, sepasang matanya sempat terbelalak. Akan tetapi, detik berikutnya Cautela mendesah lega.

"The power of calmante gas¹." Jonah tersenyum samar menatap tabung gas transparan yang telah kosong itu. Berikutnya ia mengalihkan pandangan. Menatap Cautela lekat-lekat.

Penampilan gadis ini tampak berantakan. Gaun putihnya terlihat lusuh. Tubuhnya terlihat kusam dengan beberapa corengan debu menghitam di sisi wajah dan lengannya. Pikiran Jonah melambung, memikirkan apa yang dilakukan oleh gadis ini dan dimana tempatnya berada? Mengapa bisa sekotor ini? Tapi, di sisi lain pemuda ini tahu jika kondisi Cautela belum cukup tenang. Bahkan setelah menghirup gas calmante. Gas biru tua itu membutuhkan waktu sekitar dua puluh detik untuk menenangkan penggunanya.

Keheningan menyeruak dan hanya suara embusan napas Cautela dan Jonah yang terdengar. Sampai sekitar tiga puluh detik berikutnya Jonah membuka suara.

"Apa yang terjadi padamu?"

Cautela membuka matanya. Tersenyum tipis—atau getir, Jonah tidak tahu yang mana yang benar— dan mengembuskan napas panjang.

"Aku baru saja dari markas Oscurita."

Mendengar jawaban Cautela, Jonah mengerutkan dahi seketika. Dan saat pemuda berlesung dagu ini hendak membuka suara, Cautela terlebih dulu melakukannya, membuat pertanyaan Jonah tertahan di ujung lidahnya.

"Kerajaan Chamaleon adalah markas utama. Sisanya ia telah membangun banyak kerajaan lain sebagai blok sekutu."

Jonah kembali mengerutkan dahi. Kini semakin dalam hingga sepasang mata emerald-nya menyipit. Pipinya sedikit terangkat.

Pemuda itu bertahan dalam ekspresi bingung tersebut selama beberapa belas detik, hingga akhirnya Cautela menghela napas kuat-kuat dan angkat bicara.

"Serangan lupus, dan dracula, serta wabah azura hanyalah pengecoh sementara Oscurita membangun kekuatan dalam skala masif."

Alis Jonah terangkat beriringan dengan sepasang matanya yang membulat. Mulutnya sedikit terbuka setelah mendengar kalimat Cautela barusan. Pemuda tampan itu mengerjap beberapa kali setelahnya.

"Pengecoh?
Pengecoh dalam skala besar-besaran lebih tepatnya!" seru Jonah dalam hati.

"1.519 tentara tewas karena serangan lupus dan dracula hibrida sialan itu. Dan jumlah warga yang tewas karena wabah azura masih terus bertambah dalam skala ribuan. Dan itu yang disebut sebagai pengalih perhatian?"
Jonah menarik bibirnya ke kanan. Menunjukkan senyum miring andalannya setelah melontarkan kalimat sarkasnya.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang