ANGKASA-05

841 33 2
                                    

Selamat membaca cerita Angkasa. 😄

Disini kalian bisa melepaskan batasan imajinasi kalian. Dengan kata lain, lapak ini adalah lapak dimana seseorang mampu bermain dengan imajinasi masing-masing tanpa batas.

Guyuran air dari shower terus menimpa tubuh Novan dan Gilang yang berbalut seragam putih dan celana abu. Keduanya terdiam dan menunduk. Menatap tetes demi tetes air dingin yang meluncur ke ubin putih kamar mandi.

Novan menatap sepatu hitamnya yang semakin basah. Ia mendesah pelan. Menggerakan jari-jari kakinya yang terasa begitu dingin. Ia bergerak melepas kaca matanya dan jari-jari yang lain bergerak mengucak kelopak matanya yang memejam. Akan tetapi, Gilang membuka suara bernada tak santai.

"Van! Tas lo!"

Novan mengangkat kepalanya. Kembali memasang kaca matanya dan iris matanya menangkap wajah Gilang yang menatapnya dengan manik mata membulat sempurna.
Novan mengernyit. Kerutan bingung terpatri di dahi Novan, alis tebalnya menyatu bak tokoh kartun burung pemarah berbulu merah.

Gilang lalu memajukan dagunya, membuat tangan kanan Novan bergerak meneliti bagian belakang tubuhnya. Pria berkaca mata itu terkejut saat merasakan tas punggungnya basah. Bola matanya seperti hendak keluar dari tempatnya.

Sesaat kemudian, pemuda tampan itu melangkah lebar dan cepat. Berupaya menepi dari curahan air shower. Ia lalu melepas tas punggungnya yang sedari tadi ternyata masih melekat di sisi belakang tubuhnya.

Masih di dalam kamar mandi, Novan membuka resleting tas hitamnya. Kedua tangannya meraih benda persegi panjang berwarna silver. Benda kesayangan Novan nan sangat berharga bagi pemuda itu.
Bahu Novan jatuh ketika ia menemukan fakta bahwa laptopnya belum terkena cucuran air. Rasa lega menyeruak setelahnya.

Novan membawa laptopnya menuju keluar dari kamar mandi, ia meninggalkan tas punggunggnya di dalam sana. Seolah tak mengingat lagi tentang benda hitam berbahan dasar kain itu. Gilang turut melepaskan tas punggung warna abu-abu miliknya dan meletakkannya di ambang pintu kamar mandi.

Detik selanjutnya jari-jari Gilang berkutat untuk membuka kancing baju seragamnya yang telah basah kuyup. Gilang bergidik sekali. Ia merasakan kemeja putih itu seolah mentransfer rasa dingin ke tiap pori-pori kulitnya. Gilang berhenti di depan pintu kamar mandi dan berbalik. Kedua tangannya memeras kemeja putihnya. Menghilangkan kandungan air yang sedari tadi terserap ke dalam kain putih itu.

Gilang cemberut ketika menyadari seluruh tubuhnya basah kuyup. Tubuh bagian atas pemuda berambut hitam itu kini hanya dibalut oleh kaos dalam khas pria berwarna putih. Gilang menggantung kemejanya di balik pintu kamar mandi Atlas. Pria itu paham betul dengan seluk-beluk kamar beserta ruangan lain di rumah mewah ini. Pasalnya tak hanya sekali atau dua kali ia menginap disini —atas permintaan Atlas. Gilang pun tak ingat secara mendetail tentang sudah berapa kali ia menginap disini. Yang jelas sudah berkali-kali hingga memori otaknya —yang kata Novan hanya berkisar satu GB—  mampu menghafal detail ruangan-ruangan di kediaman Perwiranegara yang terbilang luas sekali.

"Van! Ini kita baliknya gimana coba." Gilang berseru keras dari ambang pintu kamar mandi.

Sementara Novan yang kini tengah berjongkok di depan sofa tak menjawab. Rambutnya basah dan berantakan. Beberapa buliran air menetes dari rambutnya. Pria itu sibuk mengecek kondisi laptopnya. Satu-satunya benda yang selalu menyita perhatian Novan walaupun pemuda itu terbilang cuek sekali untuk ukuran manusia normal.

Sebelumnya Novan sempat menutup pintu kamar Atlas beberapa saat lalu. Tujuannya untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, seperti murkanya paman Atlas karena Novan dan Gilang berada disini sementara si empunya kamar menghilang entah kemana. Bahkan bisa saja terjadi kesalah pahaman karena terdapat dirinya, Gilang, dan Stella yang sekarang sedang berada dalam ruangan yang sama andai saja Novan tidak menutup dan mengunci pintu cokelat tua yang tadi sempat ia buka secara paksa bersama Gilang.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang