ANGKASA-00

4.7K 101 10
                                    

Selamat membaca cerita ANGKASA.

Hope you enjoy it:)

Kalau nggak keberatan, saya mohon bantuannya. Kalau nemu kata yg typo, tolong komen di kata tersebut yaa.🙏

❄❄❄

Seorang pelayan tampak menghidupkan Neon light bertuliskan Sentosa Resto & Café yang berada di salah satu dinding ruangan, diikuti dengan lampu-lampu lainnya yang turut dihidupkan. Seperti biasa, Atlas, Novan, dan Gilang selalu menghabiskan waktu sepulang sekolah di café milik keluarga Novan. Dan hari ini, ketiganya melakukan aktivitas yang sama halnya dengan hari-hari biasanya. Tiga orang sahabat itu duduk di meja indoor yang terletak di sudut ruangan lantai dua, tepat menghadap ke arah jendela besar transparan.

"Seriusan lo! Rolex? Dan lo tolak? Astaga Sasa! Mabok apaan sih lo! Nggak habis pikir gue!" Gilang bereaksi heboh ketika mendengar cerita Atlas tentang Stella yang beberapa menit lalu menghampirinya dengan sebuah rolex keluaran terbaru. Gadis itu memang sebegitu ambisiusnya untuk bisa menjadi seseorang yang bermakna di hidup Atlas—yang dalam hal ini adalah seorang pacar— sampai-sampai gadis itu kerap kali menghampiri Atlas dengan kedua tangan membopong barang-barang berharga selangit. Seperti jam tangan yang tadi siang dibawa oleh gadis itu. Jam tangan yang tentunya ditolak oleh si mata biru—Atlas.


Atlas hanya mengangkat bahunya sebagai tanggapan.
Sementara, Gilang masih melayangkan tatapan aneh kepada Atlas.

"Bro! Lo-..." Gilang mengacak rambutnya seolah frustasi, kemudian ia menatap si pria berkacamata—Novan— dengan mata berbinar.

"Ah! Van cariin harga jam tangan rolex, Van!

"Ribet banget lo njir! Pake kepoin harga jam tangan segala! Jam dinding di rumah lo aja mati gara-gara baterainya habis. Pikirin dulu noh baterai jam dinding!" omel Atlas dengan wajah yang terlihat begitu menyebalkan bagi Gilang. Pria bertindik telinga itu tersenyum miring sembari menahan diri agar tak menjambak rambut sahabatnya yang sarkas ini.

"Yeu! Diem lo, iler kuda!" cibir Gilang sembari menatap Atlas dengan wajah mengejek.

Tak ingin ambil pusing, Atlas menenggelamkan kepalanya di kedua lipatan tangannya yang bertumpu di atas permukaan meja kayu bercat cokelat tua.

Sementara itu, Novan yang memang sedang berhadapan dengan laptop silver dengan simbol 🍎 miliknya itu langsung melaksanakan perintah Gilang. Jari-jarinya bergerak di atas keyboard dengan lincah.

"Nih." Novan memutar laptopnya, membuat sepasang mata Gilang membulat sempurna ketika ia melihat hasil pencarian Novan di internet.

"Buset dah! Bisa lunas utang bokap gue! Jam tangan doang harganya segitu!" Gilang mendekatkan wajahnya ke layar laptop milik Novan, jari telunjuknya meraba layar tersebut seolah ia mampu meraih benda tersebut dari layar menuju dunia nyata. Sementara sepasang matanya masih membulat sempurna seperti hendak menggelinding keluar.

"Woy Atlas! Yang beginian lo tolak! Mending lo terima terus buat gue, anjay!" Gilang terus berbicara dengan wajah masih menganga di hadapan laptop Novan.

Novan hanya tersenyum simpul, sementara Atlas menyibukkan diri dengan mengucak matanya sendiri, mengacak rambutnya, mengaduk minumannya dengan sedotan. Apapun itu, asalkan ocehan Gilang mampu teredam dari indra pendengarannya.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang