Pt 18 | Mask

1.2K 58 3
                                    

Salahkah aku melupakan seseorang yang aku cintai

_____________________
------------------

Rena keluar dari mobil ferrarinya bersama sang ayah. Dengan memakai dress merah rambut panjang yang digerai. Sepertinya ia menghadiri sebuah acara penting.

Sepertinya ia mendatangi sebuah pesta topeng disebuah hotel. Ia melirik jam tangannya dan mencari seseorang.

Seseorang berjas putih dengan dasi kupu kupu berwarna merah menutup matanya.

" Ini udah jelas kamu " Dibukanya menampilkan lelaki dengan topeng diwajahnya.

" Aku kenalin kamu, ke kembaran aku " Tariknya dimana ia dipertemukan seseorang yang memakai jas hitam.

" Eh, kenalin nih pacar gue, namanya Rena " Ujar lelaki disampingnya.

Rena hanya bisa melihat wajah dengan topeng. Lelaki berjas hitam itu mengulurkan tangannya.

" Kenalin nama gue-- "

Rena tersadar akan mimpinya,ia bangun dengan tiba tiba. Apa itu sebenarnya mimpi? Tapi bagaimana mungkin.

" Lo nggakpapa? " Tanya Saga

Ia mengedarkan pandangan ke seluruhnya ternyata ia ada dimobil milik Saga.

" Gue ketiduran ya? "

" Iya, gue nggak tega bangungin lo. Ini sudah malem mendingan lo masuk gih "

Rena hanya mengangguk pelan,ia melambaikan tangannya pada Saga. Dirinya kembali meneliti arti dari mimpi yang dialaminya selama ini.

Hanya si kembar lah bisa menemukan jawabannya.

🍅

Saga sudah pulang telah disuguhi drama percekcokan. Antara mamanya dengan saudara kembarnya jika ada papanya mungkin rumah mereka sudah hancur. Ia tidak mau ikut campur langsung menuju kamarnya.

" Karena kamu mama harus menahan malu! Mama harus ganti rugi! Kenapa kamu tidak pernah ngelakuin hal yang ngebuat mama bangga! " Bentaknya dihadapan Gara

" Sikapmu seperti inilah yang membuat mama sama papa benci kamu ! " Lanjutnya sambil melayangkan pukulan tongkat baseball.

Gara hanya bisa meringis kesakitan,saat mamanya memukulinya.

" Ini semua karena mama nggak pernah menjadi ibu yang baik buat Gara! Dulu waktu kecil mama sayang sama Gara! Tapi hanya masalah nilai pelajaran Mama benci Saya? Bukankan anak lebih penting dari suatu nilai. Mama nggak pantas menjadi ibu buat orang lain " Teriak Gara membuat Calista membisu mendengar perkataannya.

" Maafin Gara karena sudah lahir, Gara juga mau ngebahagiain mama sama papa tapi semua itu ada prosesnya. Kalau saja mama papa dukung dengan kasih sayang maka kejadian dulu tidak akan pernah terjadi " Lanjutnya lalu pergi ke kamarnya.

Suara tongkat baseball terdengar,hanya hening yang dirasakan Calista. Bulir air mata, kini ia tersadar mengapa perilaku putranya Gara seperti itu karena dirinya tidak becus menjadi seorang ibu.

Calista sadar ia terlalu protektif akan nilainya, karena ia ingin anak anaknya sukses di masa depan. Perilaku putranya Gara seperti itu karena kesalahannya. Isakan tangisnya membuat dirinya merasa bersalah.

Dirinya masih seorang ibu, jika ia sudah marah besar dengan Gara. Tanpa semua orang sadari ia menangis sesenggukan dikamarnya.

Ia buru buru menghapus air matanya, setelah mendengar suara decitan pintu kamar. Calista melepaskan jas yang dipakainya dan dasinya.

" Mas, apa kita ini terlalu keras mendidik anak? " Tanya Calista membuat Ryan mengernyitkan dahinya.

" Maksud kamu apa?Gara berulah lagi? " Geram Ryan

Calista menahan lengan suaminya saat ingin beranjak keluar.

" Bukan Mas, Biarkan anak kita bebas berbuat apapun yang membuat mereka bahagia "

" Kalau mereka dibiarkan bebas, mau jadi apa nantinya? Apa kamu nggak berpikir tentang masa depan mereka?" Sentak Ryan

" Jujur sama aku mas, apa mas sayang sama Gara? Sama seperti Saga " Tanya Calista membuat Ryan menatap tajam pada dirinya.

" Aku seoranga ayah, Calista. Bagaimana pun Gara yang suka bikin ulah. Aku tetap menyayanginya karena dia anakku. Bahkan aku harus berpura pura memakai topeng seakan membencinya. Agar Gara tersadar supaya bisa menjadi lebih baik "

" Cara kita salah, Mas "

" Biarkan waktu yang mengakhirinya, Calista.

Gara tidak jadi mengetuk pintu kamar orangtuanya. Setelah mendengar perkataan sesungguhnya, jadi ternyata selama ini mereka berpura pura membenci dirinya. Padahal tujuannya datang ke kamarnya untuk memberikan surat bahwa dirinya akan pergi dari rumahnya.

Ia berpikir ulang dan kembali ke kamarnya. Tapi kenapa orangtuanya rela melakukan hal semacam itu. Gara mengusap air matanya dan mengambil bingkai foto keluarganya.  Gara merobek surat tadi dan membuangnya ke tempat sampah.

Lalu beranjak pergi ke kamar yang ada disebelahnya yaitu kamar Saga. Tidak perlu mengetuk pintu,ia langsung membukanya membuat Saga terkejut dan membuka headshead nya yang menemaninya belajar.

" Gue mohon sama lo, ajarin gue belajar " Sontak membuat Saga membelalakan matanya.

Gara kini sudah duduk disebuah bangku dekat kolam renang. Karena suasana inilah membuat konsentrasi lancar. Didepannya sudah ada bermacam macam buku tebal. Gara meneguk salivanya melihat buku buku dengan tulisan kecil.

" Lo yakin? " Tanya Saga yang masih ragu bahwa Gara ingin belajar.

Dengan tekad, Saga mengajari sebuah soal soal yang dikurang mengerti Gara. Ia mengerjakan soal yang diberikan Saga namun hasilnya masih salah. Bahkan Saga sempat kesal melihat kembarannya yang terlalu bodoh.

Setelah mendapati jawabannya benar membuat Gara kegirangan. Inikah rasanya menjawab benar.

Sudah tengah malam mereka tertidur pulas diruangan itu. Saga yang tidur disofa dan Gara yang terlelap dengan kepala diatas meja dan tumpukan buku.

Calista tidak sengaja lewat setelah mengambil air minum. Ada sebuah kebahagian sendiri saat melihat kedua putranya bersama.

Ia membawakan selimut untuk keduanya dan memakaikan ditubuh mereka. Lalu mengelus rambutnya dengan sebuah kasih sayang.

" Mama sayang sama kalian " Gumamnya

Bersambung..

Saga dan Gara ( Komplit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang