Pt 6 | Sebuah Pilihan

1.5K 80 0
                                    

Jika tidak ada takdir mungkin aku sudah bersamamu sekarang

Vania berada di uks bersama Gara, kakinya sedikit sakit tetapi sudah mendingan.

" Makasih ya Gar, udah belain gue sama Retta " Vania tersenyum memandangnya

" Gue akan bela yang benar sekalipun yang salah adalah sahabat gue sendiri " Gara mengacak acak rambut Vania.

Membuat semu pipi merah Vania, hangat tangannya saat menyentuh rambutnya membuat Vania nyaman. Vania harus beristirahat untuk menetralkan pikirannya. Ditemani Gara disampingnya karena takut bisa bisa Rena datang dan lebih parah lagi.

Rena menangis dalam isakan dikamar mandi. Wajahnya sudah memerah dan gatal sesekali Rena menggaruk wajahnya kasar membuat darah sedikit keluar dari wajahnya.

Sangat gatal! Apalagi mata sembabnya sehabis menangis didalam kamar mandi. Ia berjalan menyusuri lorong dan menggaruk wajah dan lehernya yang gatal.

" Jangan digaruk terus " Saga menahan tangannya.

Lalu membawanya ke taman sekolah mereka duduk dibangku itu.

" Gatal banget tau nggak! " Ketus Rena yang ingin menggaruk tapi kedua tangannya sedang dipegang oleh Saga.

Saga merogoh sakunya diperlihatkan salep anti gatal untuk mengobatinya. Saga mendekatkan dirinya ia menatap wajahnya tanpa riasan.

" Kenapa takut orang orang bakal liat bekas luka itu " Ucapnya sambil mengoles salep diwajahnya.

Rena ingin menjawab tetapi jarak antara mereka sangat dekat. Bahkan nafas saja harus pelan pelan. Setelah semua sudah diolesi dengan obat itu. Rena tanpa sadar memeluk Saga isakan tangis dapat didengar oleh Saga.

" Jujur, gue nggak suka Gara dekat sama Vania bahkan ini pertama kalinya dia kasar demi perempuan. Gue suka sama dia tapi dia nganggap gue hanya sahabat  " Jelas Rena

" Kenapa lo bisa suka sama Gara? " Mata Saga berkaca kaca

" Setiap gue ngeliat wajah Gara gue selalu ngerasa pernah dekat sama dirinya. Membuat gue nyaman dengannya " Balas Rena

" Lo hanya liat Gara, coba sesekali lo liat gue Re. Gue yakin lo akan merasa gue pernah ada dikehidupan lo " Ucap Saga pelan tetapi masih bisa didengar oleh Rena.


Rena berada diruang bk sekarang bersamaan dengan Vania dan Retta yang duduk disampingnya. Walaupun Vania tidak suka padanya tetapi ia merasa bersalah membuat wajahnya merah dan gatal.

" Kalian tahu kan ini sekolah bukan ajang perkelahian ataupun pembullyan " Pak Sapto angkat bicara selaku kepala sekolah SMA Dharmawangsa.

" Rena kamu memang anak  pemilik yayasan ini tetapi kamu tidak boleh semena mena " Lanjutnya tetapi yang diajak bicara hanya diam sambil melihat kukunya.

" Rena kamu dengar tidak " Ucap Pak Sapto lebih keras.

" Iya denger saya juga tidak budeg pak " Jawabnya cuek

" Kamu ini ! Sudahlah saya akan memberi kalian hukuman yaitu Kamu tahu kan sebentar lagi ada turnamen basket putri tim kita kekurangan dua orang karna kamu Rena. Jadi kamu harus melatih Retta dan Vania untuk ikut dalam basket "

Vania membelalakan matanya, basket? Padahal dirinya takut sama bola, dilatih sama Rena? Cobaan apalagi ini.

" Kalau diantara kalian ada yang menolak atau sampai kalah. Saya akan skors dan panggil orang tua kalian " Tunjuknya kepada mereka bertiga.

" Iya pak saya mau " Ucap Retta dan Vania bersamaan.

Vania dan Retta sedang sibuk memikirkan kedepannya nanti. Main basket? Duh dia mikir pelajaran aja susah. Gimana mau main nantinya.

" Nanti pulang sekolah latihan " Ucap Rena saat melenggang pergi yang diikuti oleh Abi dan Kiky.

Mereka saling memandang pasrah saat pulang sekolah nantinya. Semua sekolahan sudah tahu hukuman mereka bertiga. Gara sedikit khawatir bisa bisa Rena akan melakukan hal yang buruk.

" Lo tenang aja, Rena nggak akan ngapa-ngapain lo lagi " Setelah berucap Gara menyusul geng Aries.

" Yaampun! Gara perhatian banget sama lo nggak kayak si batu es itu  " Heboh Retta

Ucapan Gara sukses membuat dirinya aman. Ia yakin dan percaya pada Gara ada apa dengannya ini. Kenapa akhir akhir ini dia sering memikirkan Gara. Tidak tidak Vania dihatimu itu cuma ada Saga.

" Rena! Tunggu " Teriaknya membuat mereka berhenti ditempat.

" Gue tahu tentang hukuman yang diberi Pak Sapto " Ujarnya

" Terus? Tenang aja gue nggak bakal nyakitin Vania. Puas kan lo? " Sinis Rena

Gara tahu ucapannya sedikit menyindir dirinya saat membela Vania. Ia merasa sedikit gelisah apalagi Saga yang sudah memberikan tendangan mentah diperutnya.

Setelah Vania tertidur, Gara berencana untuk membeli teh anget dikantin. Tiba tiba seseorang menendang perutnya hingga ia terkapar.

" Berengsek lo! GA " Umpatnya

" Lo lebih berengsek! Sekali lagi lo kasar sama Rena gue habisin lo "

Akhirnya Gara bisa melihat kemarahan Saga setelah bertahun tahun. Gara memperhatikan wajah Rena yang memerah.

" Gue minta maaf Ren " Lirih Gara

" Udah deh Gar, santai aja Rena bakal maafin lo " Ucap Abi sambil menepuk bahunya.

Bersambung..

Saga dan Gara ( Komplit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang