Pt 7 | Sisi Lain Rena

1.5K 74 0
                                    

Mengenal belum tentu tahu yang sebenarnya tapi dekatlah yang terasa tulus

Suasana canggung dilapangan basket mereka bertiga tidak mau berbicara lebih dulu. Terpaksa Rena harus mengesampingkan rasa gengsinya dengan berbicara lebih dulu.

" Gue minta maaf, tenang aja gue nggak bakal bully ataupun nyakitin kalian lagi gue udah janji sama Gara " Rena mendesah pelan.

" Gu..e " belum selesai bicara sudah dipotong oleh Rena " Lupain aja lah "


Sebelum melakukan basket mereka harus berlari lebih dulu kira kira 10 putaran. Vania dan Retta sudah tidak kuat karna mereka tipe tipe hate olahraga.

" Kayaknya si Rena masih dendam sama kita deh " Bisik pelan Retta saat berlari

" Positive thinking aja deh, Rett " Vania meliriknya pasrah.

Rena mengajari detai basket seperti teknik dan kunci bermain basket yang benar.

" Gue pulang duluan ya udah dijemput sekarang " Ucap Retta yang tiba tiba bersuara.

Rena tidak bisa menghentikannya saat sudah dijemput orang tua apalagi membuatnya menunggu. Vania ingin mengatakan kalau ingin juga pulang tetapi lidahnya kelu saat melihat dia menjelaskan sambil menatap tajam matanya.

Rena menyadari gerak gerik aneh Vania seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi takut.

" Kenapa? " Tanya Rena

" A..pa?  " Belum sempat melanjutkan Geng Aries muncul dilapangan basket.

Abi dan Kiky sudah siap rusuh seperti mengambil bola basket dan bermain main. Rena hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua.

" Gue mau pulang, udah mau malem " Jawab Vania sedikit takut.

" Kalau mau pulang silahkan "

"Gue anter aja kita kan searah " Gara mengajukan diri, hati Rena sudah memanas memang hubungannya sedang tidak baik sekarang.

Sepertinya Gara masih marah padanya dilihat dari ia melewati tatapan matanya. Vania tidak enak saat melihat Rena dengan wajah ditekuk seperti.

" Tenang aja! Rumah Rena searah sama Kiky " Gara langsung menarik tangan Vania yang kelihatan masih marah.

Gara berhasil mengantar Vania dengan selamat. Entah kenapa Vania yang dulu tidak suka pada Gara kini membuatnya sedikit nyaman berada didekatnya.

" Van, besok kita jalan yuk! Nggak ada penolakan! Besok gue jemput! " Belum sempat menjawab Gara sudah melenggang pergi begitu saja.

Rena menolak ajakan Kiky untuk pulang bersama setelah mendapat kabar telefon Bi Inah bahwa ayahnya sudah pulang dari perjalanan bisnis di Maroko. Ia tidak ingin pulang tetapi harus pergi kemana. Ia menyendiri disebuah jembatan sungai terhampar luas.

Sepi, hening,semilir angin merasuk tulangnya. Terkadang Rena berpikir akan melompat dari atas sini. Ia ingin membuktikan apakah ada yang menangis atau sedih. Apalagi Gara yang marah padanya setelah membully Vania dan Retta.

Seseorang menghentikan mobilnya tepat disisi jembatan. Dia kira Gara yang menyusulnya tetapi bukan dia Saga pemilik lesung pipi.

" Kenapa nggak pulang? " Tanyanya datar Saga.

Saga tidak sengaja melihat sosok yang mirip dengan Rena. Benar saja dugaan penglihatan dan ikatan batin nya terlalu kuat.

" Bukan urusan lo " Balas Rena dengan nada dingin.

Saga berdiri tepat disampingnya dan memandang arah yang dilihat Rena. Udara semakin dingin ia bisa melihat Rena yang kedinginan seperti tangan yang digosokan pelan. Lalu Saga melepas jaket yang dibawanya dan memasangkannya ditubuh Rena.

" Sekarang pulang! Gue anterin " Saga menarik tangannya tetapi Rena hanya diam saja.

" Gue nggak mau pulang " Teriak Rena

" Karna bokap lo? " Rena mengernyit heran bagaimana bisa Saga tahu. Apa selama ini ia menguntitnya? Stalker mungkin?

" Berapa lama lo akan bertahan menghindar dari bokap lo? Gak guna tahu nggak! Selamanya dia akan jadi bokap lo jadi percuma aja lo ngehindar kayak gini " Jelas Saga.

Bersambung..

Saga dan Gara ( Komplit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang