Pt 20 | Perhatian

1.2K 63 0
                                    


Menyembunyikan kelemahan salah satu kesalahan terbesar dalam hidup

______________________________

-------------------

^_^

Vania mengamati wajah Gara yang saksama, heran ketika Gara memintanya untuk mengajarinya pelajaran matematika.

Ternyata lucu juga kalau melihat Gara seserius ini, Gara yang merasa diamati memutar bola matanya yang membuat Vania gelagapan.

" Hm, tumben banget lo  belajar " Ucapnya untuk mengalihkan.

Gara bangkit dari belajarnya lalu berjalan kedepan, dimana arah depannya adalah danau yang indah. Gara merentangkan kedua tangannya menikmati angin, Vania hanya bisa memandanginya.

" Gue mau buat Mama Papa bangga sekarang, gue nggak akan mau buat masalah lagi " Ujar Gara dengan penuh tekad.

Vania menggenggam tangan, lalu tersenyum padanya.

🎫

Rena sedang memilih hadiah untuk ayahnya yaitu sebuah toko aksesoris. Ia melihat banyak variasi dasi yang mahal.

" Mbak, bisa carikan dasi yang spesial untuk seorang ayah ? " Tanyanya setelah kebingungan memilih.

" Motifnya sangat bagus dan cocok buat ayah anda. Bahannya impor dari luar negeri " Rena menatap Saga untuk mempertanyakan, membuat Saga mengangguk yang berarti iya.

" Yaudah, bungkus yang ini "

" Anterin dulu ke ayah ya "

" Oke "

Rena sudah mendapat kabar kalau Ayahnya kini berada di kantornya. Ia akan pergi untuk memimpin rapat tentang pembukaan hotel terbarunya.

Ia mengetuk pintu sendirian, karena Saga hanya menunggu di lobi perusahaan ayahnya.

Pintu kantornya terbuka menampilkan sosok paruh baya dengan menggendong anak yang sedang berumur tiga tahun. Rena tahu orang yang ada didepannya adalah istri baru ayahnya.

" Rena, kamu cantik sekali kalau dilihat dari langsung ya " Ungkap Nada, walaupun tahu Rena tidak menyukainya tapi baginya ia sudah menganggapnya seperti putrinya.

Rena hanya tersenyum tipis, ia dipersilahkan masuk.

" Lihat, putrimu datang " Seru Nada membuat Hendra girang.

Hendra buru buru memeluk anaknya dengan erat.

" Selamat ulang tahun ayah " Dibalas Hendra dengan ciuman keningnya.

Karena tidak ingin mengganggu momen ayah dan anak. Ia keluar dari kantornya untuk memberikan waktu untuk mereka berdua.

Rena mengambil sepotong kue lalu disuapinya untuk ayah tercintanya dengan senyum ramahnya.

" Aku punya hadiah buat ayah " Rena memberikan bungkusan kado dibukanya bungkusan yang berisi dasi.

" Kebetulan ayah belum pakai dasi, mau pake dasi dari kamu " Rena mengambil dasi dipakaikan dasi di lehernya.

Hendra tidak punya waktu lagi karena harus rapat. Rena segera pergi karena harus mengambil tasnya.

" Lihat Nada, Dasi dari putriku " Seru Hendra sambil melihat dirinya dari cermin.

" Wah, apa mas sedang pamer padaku? " Kekeh Nada.

Hendra menghampiri istrinya disofa,dicium pipinya.

" Percaya padaku, butuh waktu untuk Rena menerimamu dan aku yakin itu tidak akan lama lagi "

Gara pulang dengan keadaan wajah yang pucat. Kepalanya sangat pusing bahkan suhu tubuhnya kini meningkat. Saga yang tidak sengaja melihat Gara pulang dengan pucat lalu menghampirinya. Ia menyentuh lengan tangannya yang terasa sangat panas. Sepertinya Gara demam sekarang dan membawanya ke kamar miliknya.

" Mama! Gara demam! " Teriak Saga membuat Calista mematika kompor dan berlari ke arah kamar Gara.

Calista panik saat mendengarnya, ia memeriksa keningnya dan benar Gara demam. Bahkan ia sudah memeriksanya dengan termometer.

Karena suruhan Calista untuk membawakan air dan handuk kecil. Di kompresnya dengan air di dahinya berharap suhu putranya turun.

Tengah malam, Gara terbangun karena suhu badannya sudah turun. Ia tersentak ketika tubuhnya dipeluk oleh mamanya. Gara tersenyum melihat wajah mamanya yang diam diam memperhatikannya.

Sepertinya ini adalah malam terbaik baginya.

Gara harus bersiap untuk sekolah, walaupun tubuhnya masih lemas. Sebentar lagi akan ujian ini waktunya untuk mengejar pelajaran. Dibantu Saga dengan cara dirangkulnya,ia khawatir jika nantinya Gara pingsan.

" Lo sarapan aja dulu, Gih " Ujar Saga

" Nggak usah! "

" Kenapa nggak usah? Kamu itu sakit! Sekarang duduk biar mana siapin sarapan! Sekarang! " Teriak Calista yang mendengar pembicaraan mereka berdua..

Calista menyiapkan bubur dipiringnya, tapi Gara ragu ragu memakannya. Karena ia tidak suka makanan yang lembek seperti itu

Ia ingin makan makanan Saga, Gara tersenyum kecut saat saudara kembarnya mengejeknya.

" Gara mana tas kamu? " Pinta Calista membuat Gara menyodorkan tas nya.

" Mama udah suapin bekal, susu sama obat. Jangan lupa dimakan, pokoknya bekal ini harus habis. Ingat! Berangkat harus sama Saga nggak boleh bawa motor. Terus---" Gara menyentuh tangan Calista, ternyata benar seorang ibu akan lebih cerewet ketika sang anak sakit.

" Makasih, mama udah jagain Gara semaleman itu udah cukup bagi saya. Ayo berangkat Ga " Calista tertegun saat putranya menyentuh darinya.

Disana Saga terlihat senang, saat mamanya mulai perhatian dengan saudara kembarnya.

Calista menatap figura foto keluarganya, ia tersenyum ketika melihat anak anaknya. Bagi seorang ibu hal yang terindah adalah anaknya.

Bersambung..

Saga dan Gara ( Komplit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang