Pt 17 | Siapa Pelakunya?

1.1K 59 0
                                    


Tidak akan kubiarkan waktu terlalu lama menunggu

Gara membuka pintu kelas dengan kasar membuat suara yang keras. Ia sudah melihat mangsanya yang kini sedang tertawa tawa melihat foto memalukan dari Vania.

Dicengkramnya kerah milik Regal dan diberi tinjuan yang mengenai pipinya. Hingga membuatnya tersungkur dilantai. Bagaikan banteng yang menyerah dan menginjak injak tubuhnya. Tidak ada satupun yang berani melerai Gara.

" Sekarang hapus foto Vania ! " Sentak Gara

Regal masih belum menyerah kini ponselnya disembunyikan dibelakang tubuhnya. Gara semakin geram lalu ia mengambil paksa dan menghapus foto dari galerinya maupun di blog. Bahkan ia membanting ponselnya sampai tidak berbentuk.

Ia siap ingin menghajarnya lagi,namun sekarang tangannya sudah ditahan oleh Abi dan Kiky atas suruhan Rena.

" Udah Gar! Nanti lo bisa masuk bk lagi " Peringat Rena.

" Gue nggak peduli! "  Bentaknya pada Rena.

Dengan kasar ia menghempaskan cekalan mereka berdua lalu keluar kelas. Untuk mencari Vania.

Retta mengelus rambut Vania yang kini tengah menangis dibelakang sekolah.

" Udah Van, Kita bakal cari pelakunya " Retta juga merasa sedih bahkan ikut menangis.

" Gue malu banget Rett " Balasnya sambil mendongakan kepalanya.

Mata yang sembab akibat menangis dan rambut yang berantakan. Membuat Retta ikut sedih akan sahabatnya itu, ia akan menangkap pelakunya secepat mungkin.

Gara sudah berada ditempat Vania bersedih, ia menyuruh Retta meninggalkan mereka berdua saja.

" Lupain semuanya, siapa pun yang hina lo maka dia habis sama gue " Ucap Gara lantang sambil mengulurkan tangannya.

Vania mendongak tanpa bisa menatap wajah Gara,ia sangat malu.

Gara memaksa tubuhnya untuk berdiri,lalu dipakaikan jaketnya dengan ditalikan dipinggang Vania. Namun Vania masih menunduk dengan mata yang berkaca kaca.

" Liat gue! " Perintah Gara tapi Vania tetap menunduk.

Membuat Gara memegang kedua pipinya,kini Vania menatap mata indah milik Gara.

" Gue akan selalu ada buat lo " Gara memeluk erat Vania sambil mengelus punggung tubuhnya.

🍗

Rena menekuk wajahnya setelah mendapati pesan dari Gara. Bahwa dirinya akan pulang bersama dengan Vania. Dengan kesal ia menabrakan tubuhnya ke semua orang yang ada didekatnya.

Begitupun dengan Saga yang membuat isi tasnya terjatuh. Mengetahui itu Saga lantas Rena membantu mengambil barang barang yang jatuh berserakan.

" Maaf, gue-- Tunggu buat apa lo bawa perwarna piloks? " Rena mengerutkan dahinya.

" Mau ikut? " Balasnya

" Kayaknya seru, boleh juga " Rena tersenyum lebar.

Saga membawa disebuah stasiun yang sudh tidak berfungsi. Didepan mereka berdua ada tembok dibawahnya sudah ada pewarna lain. Mereka mulai mencoret coret tembok dengan berbagai gambar.

Disinilah biasanya Saga saat malas berkutat dengan pelajaran. Dengan membuat tembok polos menjadi sebuah karya seni.

" Hey! Kalian! " Seru seorang laki laki dengan berseragam polisi.

Dengan buru buru Saga merapikan botol botol warna dalam tasnya. Lalu menggandeng tangannya dan lari dari kejaran polisi.

Bukannya takut tapi membuat kenangan tersendiri bagi mereka berdua. Mereka bersembunyi disebuah tong berukuran besar. Saga tanpa sengaja memeluk tubuhnya. Bahkan mereka saling mendengar suara deru nafas. Saga memperhatikan gerak gerik polisi dan setelah pergi ia tersadar akan dirinya yang mendekat pada Rena.

" Udah aman, kita bisa keluar sekarang " Ucap Saga membuat lamunan Rena buyar.

" Gue nggak nyangka malem ini bisa seseru ini " Ungkap senang Rena.

Mereka dengan kompak belum mau pulang. Ada sebuah tempat bagus yaitu sebuah rooptoof gedung. Rena berbaring dengan kepala dilengan tangan Saga.

" Menurut lo lebih terang mana bulan sama bintang? " Tanya Rena

" Bintang " Jawabnya singkat

" Kok bisa? Liat deh bulan lebih besar dan terang " Elak Rena

Saga memutar bola matanya ke arah Rena dan tersenyum.

" Tapi bintang bersama sama mengeluarkan terangnya cahaya,sedangkan bulan itu sendiri sama halnya manusia nggak akan bisa bahagia kalau hidup sendiri mereka butuh kekuatan dengan bersama lah manusia tidak akan lemah " Jelas Saga

" Kalau gitu gue jadi bintangnya dan lo bulan biar kita bisa selalu deket kayak gini " Antusias Rena

" Gue nggak mau jadi bulan, karena bulan nggak akan selamanya disisi bintang. Oleh karena itu gue mau jadi Bintang yang selamanya akan bersinar terang sama lo " Perkataan Saga membuat Rena merasa aneh pada dirinya.

Ia menatap lekat mata yang sama persis dengan Gara. Kepalanya mulai pening dan penglihatannya semakin kabur tapia dia harus menahannya, itulah sifat Rena tidak mau menunjukan kelemahannya.

Bersambung..


Saga dan Gara ( Komplit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang