Pt 25 | Kesempatan

1.1K 53 0
                                    

Kamu adalah bukti bagaimana cinta kita

___________________________________

------------


Ketukan pintu membuat lamunan Rena buyar, dibukanya pintu yang membuat dirinya menaikan sebelah alisnya.

" Gara? " Panggilnya

Dengan wajah datar, Gara menarik lengan ke sebuah tempat dimana ada pembakaran sampah di ujung rumahnya.

Gara mengeluarkan flashdisk yang menjadi titik bukti.

" Ini adalah bukti kematian bunuh diri Retta " Gara menghela nafasnya dengan kasar lalu membuang begitu ke kobaran api.

" Mungkin setelah ini, Vania akan benci sama gue dan seterusnya menjauh dari gue. Itu kan lo yang mau Ren " Ucap Gara dengan mata yang berkaca kaca.

" Tapi untuk sementara ini, kita bisa jarak dengan interopeksi diri. Jadilah dewasa Ren, lo bukan anak kecil lagi yang belum ngerti mana yang baik dan yang salah " Lanjut Gara.

Rena mencekal tangan Gara dengan kedua tangannya. Isakan kuat Rena membuat Gara membisu.

" Gue sayang sama lo Gar! Lo adalah orang yang gue rindukan di mimpi gue! Untuk itu gue nggak mau kehilangan lo " Gara melepaskan tangan Rena dengan lembut. Lalu digenggamnya erat erat.

" Kalo lo tahu kebenaran yang sebenarnya gue bisa jamin lo bakal benci sama gue " Balas Gara dengan datar.

Keesokannya, Vania menunggu Gara di koridor sekolah. Padahal bel masuk sudah berbunyi dari tadi. Ia ingin tahu alasan Gara tidak datang menemuinya tadi malam.

Orang yang ditunggu Vania menampakan diri, Vania mengerutkan dahinya ketika Gara melewati dirinya begitu saja.

" Gar! Tunggu " Vania berlari untuk berhadapan langsung dengan Gara.

Vania bisa melihat tatapan sendu milik Gara.

" Gue tunggu semaleman! Kenapa lo nggak datang? " Sentak Vania

" Bukti itu udah gue hancurin " Sebuah tamparan mendarat mulus dipipi Gara.

" Lo gila! Bisa bisanya gue percaya sama lo Gar! Gue pikir lo bakal memihak yang benar, tapi gue salah lo lebih mementingkan Rena! Kini gue berpikir apa hubungan Rena sama lo! Lo selalu bilang kalau lo cinta sama gue! " Ucap Vania dengan penuh penekanan.

" Gue tahu Van, Lo boleh pukul gue sebanyak yang lo mau " Vania menangis histeris dengan memukul dada bidang milik Gara.

" Kenapa lo kayak gini Gar! Hikss " Gara memegang kedua pipi Vania.

" Tujuan hidup gue cuma satu Van yaitu jagain Rena, Karena gue pernah bikin hidup Rena hancur " Vania membulatkan matanya.

" Gue sayang sama Rena hanya sebagai sahabat, tapi gue cintanya sama lo yaitu Vania " Ia bisa melihat ketulusan dalam mata Gara.

Vania menyenderkan punggungnya didinding yang ada disamping sambil memandang belakang tubuh Gara yang semakin menghilang.

Tanpa diketahui, Rena mendengar semua yang dibicarakan Vania dengan Gara. Hanya satu yang tidak dimengertinya apa yang dimaksud Gara yang sudah menghancurkan kehidupannya.

Ia kembali berpikir suatu ingatan yang menyatakan kalau Gara pernah mengenalkan pada Saga. Ya, sepertinya Saga tahu mengenai dirinya.

Rena menghampiri Saga yang keluar dari perpustakaan. Rena membawanya ke rooptoof sekolah untuk berbicara empat mata dengannya.

" Jujur sama gue Ga, empat tahun yang lalu lo tahu sesuatu tentang gue kan ? " Parau Rena

" Gue nggak tahu apapun " Balas Saga datar

Rena mengernyitkan dahinya, ia tahu kalau Saga sudah berbohong padanya.

" Nggak usah bohong Ga, Lo inget pesta topeng empat tahun lalu Gara ngenalin gue sama lo " Teriak Rena habis sudah kesabarannya,ia hanya ingin tahu kebenarannya.

" Kenapa hidup lo cuma Gara yang lo pikirin Ren! " Bentak Saga membuat Rena terkejut.

" Kenapa lo menganggap orang yang lo cintai di mimpi lo itu Gara! Itu Gue Ren! Semua ini salah gue yang terlalu cepat menyerah "

Saga meninggalkan Rena sendirian disana, ucapan Saga barusan membuat dirinya gusar. Tidak mungkin itu adalah Saga, tapi mungkin saja itu adalah Saga.

Suasana kantin yang dulu dipenuhi canda tawa Geng Aries kini menjadi sunyi tak bernyawa. Di meja kantin yang dulu sering ditempatinya berubah hanya Rena dan Kiky yang masih duduk disana. Ia tidak melihat semua orang yang didekatnya.

Rena hanya mengaduk es jeruknya, ia sangat tidak nafsu makan maupun minum.

" Lebih baik kita mengaku aja Ren, gue nggak bisa tenang sekarang " Ucap Kiky yang memecah keheningan.

" Gue juga merasa seperti itu, Kalau kita ngaku lebih banyak yang kecewa seperti keluarga kita nantinya " Balas Rena

" Karena itu adalah konsekuensi sikap buruk kita, Ren "


Bersambung..

Saga dan Gara ( Komplit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang