Pt 26 | Hal Yang Tak Terduga

1.1K 58 0
                                    


Sekarang diriku ragu,untuk menghilangkannya aku membutuhkanmu disisiku

______________________________

^_^

Rena berhasil memaksa Vania untuk berbicara dengannya. Disebuah jembatan gantung dengan angin malam menerpa rambutnya.

" Gue mau minta maaf atas semua yang terjadi " Ungkap Rena

Membuat Vania hanya mendengus kesal, ia pikir hanya meminta maaf akan membuat Retta kembali. Tentu, jawabannya tidak sama sekali.

" Seharusnya lo minta maaf sama keluarga Retta bukan sama gue! " Sentak Vania

" Tenang aja, gue bakal buat pengakuan dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi " Balas Rena, lalu menggenggam tangan miliknya.

Mereka saling beradu pandang, hanya ada keseriusan dimalam ini.

" Jangan jauhi Gara " Pinta Rena

Ucapan Rena membuat hatinya seperti tertusuk akan sesuatu. Menyakitkan memang disaat ia ingin menjauh darinya tetapi justru tambah membuatnya lebih terluka.

Karena usia Rena dan Kiky masih dikatakan remaja, maka pengakuan tanpa bukti tidak bisa berlangsung di pengadilan . Hanya saja hukuman akan ditentukan sekolah.

Disebuah ruangan khusus sudah ada tiga keluarga yang terlibat. Rena terus terusan meremas roknya yang melihat ayahnya seperti marah dan kecewa padanya.

"

Hukuman sudah ditentukan, keluarga Renava dengan keluarga Kiky akan memberikan kompensasi untuk keluarga Retta. Dan pihak sekolah akan mengeluarkan mereka " Ucap Pak Dudi sekalu kepala yayasan SMA Dharmawangsa.

" Ayah tunggu kamu dirumah " Ujar Hendra yang sudah beranjak akan pulang.

Rena mengeluarkan butir air matanya yang menggenangi pipinya. Fakta bahwa dirinya akan keluar dari sekolah ia bahkan tidak pernah membayangkannya.

Ini adalah hari terakhirnya bersekolah disini, ia mengamati seluruh tempat yang akan dirindukan nantinya.

Rena masuk ke kelasnya, membuat suasana yang ramai menjadi hening. Ia memandang teman dan semua kenangan yang dialami dari kelas ini. Ia berdiri tepat dibelakang papan tulis putihnya.

" Disini gue cuma mau pamitan, kalau gue nggak akan sekolah lagi disini. Bisa disebut juga gue dikeluarin disekolah ini. Itu aja yang ingin gue sampaikan "

Penjelasan Rena membuat semua yang ada diruangan kelasnya bertanya tanya. Tapi ini setimpal dengan hal buruk yang dilakukannya.

Rena berjalan ke arah loker yang ada dibelakang bangku kelasnya untuk mengambil barang yang ada disana.

" Apa lo bakal pergi dari sini? " Tanya Saga membuat tangan Rena berhenti diudara.

" Lagipula secepatnya kita bakalan ninggalin sekolah ini. Jadi nggak masalah buat gue "

Rena menunduk lemas, membuat Saga mendengar isakan tangisnya yang semakin keras. Rena sebelum keluar menuju ke tempat dimana Gara duduk. Ditaruhnya sebuah botol susu pisang diatas mejanya.

" Kayaknya lo bener Gar, mungkin yang gue rasakan bukan sebuah cinta tapi rasa kasih sayang sebagai sahabat "

Perkataan Rena membuat Gara menenggelamkan kepalanya dilipatan tangannya.

Vania berlari keluar kelas menyusul Rena, disentuhnya bahu milik Rena membuatnya memutar tubuhnya ke belakang.

" Gue udah maafin lo, Rena " Lirih Vania

Rena hanya tersenyum, lalu mereka saling memeluk satu sama lain.

Dia bersiap untuk mendapatkan kemarahan dari ayahnya. Apa yang harus dikatakan sekarang ini. Rena melihat ayahnya duduk di sofa rumahnya dengan tatapan kosong.

" Ayah masih nggak percaya kamu bisa melakukan hal seperti itu " Teriak Hendra

Rena hanya mematung ditempatnya, ia hanya menunduk sendu.

" Apa kamu melakukan ini demi Gara! Iya kan " Lanjut Hendra menghampirinya dengan memegang kedua bahunya.

" Iya, Rena nggak mau kehilangan Gara Yah " lirih Rena

" Pokoknya kamu harus ikut pindah keluarga baru ayah di London " Ucapan ayahnya membuat dirinya mengerutkan dahinya.

" Rena nggak mau! " Sentaknya

" Apa kamu nggak mau karena seorang Gara yang hampir membunuh kamu! " Bentak Hendra.

Bagaikan tersambar petir perkataan Hendra baginya, apa dirinya tidak salah dengar.

" Untuk apa Gara bunuh aku, Yah? " Tanya Rena dengan tidak percaya.

Hendra menahan tangisnya, seharusnya ia tidak mengatakan tentang masa lalunya. Ia menggenggam tangan lalu diciumnya punggung tangan putrinya.

" Itu adalah kenyataan, Hanya Saga dan Gara yang tahu jawabannya. Maafin ayah yang belum bisa memenuhi tugas dengan baik "


Rena masih berkutat dengan pikirannya saat menuju sekolah untuk mengetahui sebuah kebenarannya. Apa benar orang yang selama ini membuatnya koma dan hilang ingatan itu adalah Gara bukan kecelakaan mobil.

Ia mengingat kembali saat dirinya mendengar percakapan Gara dengan Vania yang menyatakan kalau Gara sudah menghancurkan kehidupannya. Lalu apakah Saga yang menjadi orang dicintainya dalam mimpinya.

Tetapi itu tidak mungkin, karena iya mungkin Saga sudah selalu bersamanya dan menemani dirinya saat masih koma. Namun pertemuan dengannya seperti tidak kenal.

Bersambung..

Saga dan Gara ( Komplit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang