Part 13

48.6K 2.5K 18
                                    

Ku tahan seluruh rasa ini hingga tak dapat lagi kuungkapkan.

***

Suasana tegang menyelimuti ruangan ini. Sunyi, tidak ada suara apapun. Namun, cukup dengan tatapan tajamnya pada seorang gadis yang sedang menunduk cukup membuat suasana tegang.

Letta, bukannya ia tidak berani menantang Varo. Namun, ia sangat menghormati laki laki itu. Tanpa Varo, ia tidak akan bisa hidup sampai sekarang.

Selalu Varo yang mengurusnya ketika ia sakit. Ketika ia sedih, Varo juga yang akan menghiburnya. Dan sekarang ia melakukan sesuatu yang sangat tak disukai Varo.

"Maaf..." cicit Letta pelan.

"Maaf kenapa!?" tantang Varo.

"Emm.. It..ittu... A..aku ikut balapan" sahut Letta.

"Udah tahu itu salah kenapa masih dilakuin! Kamu tahu aku nggak suka kamu balapan! Astagaa!! Hampir jantungan aku waktu liat kamu dateng!" seru Varo keras.

"Baru hampirkan..." gumam Letta. Anak ini benar benar dimarahin malah gini :v

"Apa! Jadi kamu pingin aku beneran jantungan!" seru Varo jengkel.

"Eng... Enggak lah..." sahut Letta.

Varo memijit kepalanya pelan. Ia menyenderkan punggungnya ke sofa. Matanya terpejam, berusaha mengurangi amarahnya.

Letta bingung mau ngapain. Ia tak suka dengan situasi ini. Jadi ia berniat untuk kabur.

"Mau kemana kamu!" Letta langsung terjengkang ke belakang hingga terjatuh gara gara terkejut.

Varo yang awalnya marah melihat Letta terjatuh malah menjadi tertawa.

"Huahahaha!!! Hahaha" tawa Varo sangat keras.

"Hiks..."

Varo menghentikan tawanya karna telinganya menangkap suara menangis.

Ia langsung menghampiri Letta. Ikut jongkok di depan Letta.

"Eh eh, kok malah nangis sih" ucap Varo panik.

"A...aku maluu tahuu" ucap Letta sambil mencubit lengan Varo keras.

"At! Attah!! Awww!! Sakit tahu!! Udah! Udah! Heh, kamu lupa disini yang lagi dimarahin siapa?" seru Varo.

Sontak Letta langsung melepaskan cubitannya. Ia menekuk kakinya, dan menelungkupkan kepalanya disana.

Varo menghembuskan nafas kasar. Lettanya ini benar benar...

Ia menarik Letta hingga kini ia terduduk dipangkuannya.

Letta sempat tersentak sebentar. Lalu ia memeluk Varo dan menenggelamkan kepalanya di cerukan leher Varo. Menyembunyikan mukanya yang terasa menghangat. Ahh sepertinya ia blushing.

Varo mengelus kepala Letta lembut.

"Kamu tahu, aku cuma khawatir sama kamu. Mungkin dulu aku sama seperti mereka, yang sangat berambisi buat ngalahin kamu. Cuman, sekarang. Kamu hidupku. Dengan kehadiranmu, aku merasa seperti memeliki tujuan hidup lagi. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku cuma takut akan kehilanganmu. Kumohon... Jangan melakukan hal yang berbahaya lagi" ucap Varo lembut.

Letta tidak membalas. Ia tidak bisa berjanji. Karna, menantang maut adalah hidupnya. Letta hanya mengeratkan pelukannya. Berharap Varo mengerti dirinya.

"Jangan pergi... Jangan pernah pergi dari hidupku Letta" ucap Varo.

"Never" sahut Letta.

Varo memeluk Letta erat. Dikepalanya sekarang, banyak bayang bayang akan Letta. Ketika Letta balapan. Ketika Letta bertarung. Ketika Letta terbaring lemah di rumah sakit dengan selang selang ditubuhnya.

"Aww Aww!!! Gue nggak lihat!" seru seseorang secara keras.

Sontak, Letta dan Varo melepaskan pelukannya. Bahkan sangking gugupnya. Letta sampai langsung berdiri.

Ahh... Lucunya ia ketika salting.

"Kenapa kalian bisa masuk!" seru Varo sambil berdiri.

"Pintu lo kebuka dikit. Kayaknya habis lo banting bentukannya" sahut Rafa nyengir.

"Terus kenapa pada kesini!" seru Varo, ia benar benar merasa terusik akan kehadiran sahabat sahabatnya saat ini. Timingnya nggak tepat!

"Tadinya kata Jembar dia takut kalo lo lepas kontrol" sahut Rendy sambil menunjuk Jembar.

"Kok gue!" seru Jembar tak terima akan tuduhan Rendy.

Dan keributan terjadi.

Varo memutar bola matanya malas. Ia menyaut kantong plastik yang dibawa Rafa. Lalu ia merangkul Letta menuju sofa.

Ternyata isinya martabak manis.

"Aaa" Varo menyuapi Letta.

Letta yang awalnya menggeleng, karna paksaan Varo ia jadi mangap.

"Ngantuk..." ucap Letta.

"Sini!" Varo menepuk pelan pahanya. Meminta Letta tiduran disitu.

Karna mengantuk sekali. Letta segera merebahkan badannya di sofa dengan kepala diatas paha Varo.

Varo memakan martabak bekas gigitan Letta lagi.

"Ambilin selimut di kamar gue" ucap Varo. Tangan kirinya sibuk mengelus dahi Letta. Dan tangan kanannya sibuk makan.

Mereka menonton bola bersama hingga tengah malam. Rafa, Jembar dan Rendy pun akhirnya menginap. Dan itu memang sudah direncanakan mereka. Karna mereka sudah membawa seragam sekolah untuk besok. Setelah selesai, Varo menggendong Letta menuju kamar Letta.

"Kalian tidur dikamar gue aja" ucap Varo pada yang lain.

Karna sudah pada mengantuk, mereka langsung saja menuju kamar Varo. Tentu saja mengantuk. Ini sudah jam 3 pagi.

Varo meletakka Letta perlahan ke kasur. Ia ikut berbaring di samping Letta. Memeluknya erat. Letta pun ikut menyamping menenggelamkan kepalanya di dada Varo. Varo tertidur dengan mencium pucuk kepala Letta dan memeluknya erat.

Ahh.... Sepertinya besok Varo akan menandai ini menjadi tidur paling nyaman sepanjang masa.
***
Pagi ini setelah Letta melunasi uang SPP hingga bulan ini. Letta langsung menuju ke kantin. Karna tadi, Varo berkata ia akan menunggunya di kantin.

"Kak!" seru Lena.

Letta menoleh, ia tersenyum tipis. Dan berjalan menuju meja Lena,Adel dan Bella.

"Lo kok sekarang mainnya sama si Varo itu terus sih" seru Adel.

Letta tersenyum mendengarnya. "Kenapa? Kangen?"

"Idihhh PD banget lo!" sahut Adel sambil menoyor kepala Letta.

"Eh Eh!! Punya pangkat apa lo berani noyor kepala cewek gue!!" seru Varo yang baru saja datang dan duduk disamping Letta. Tangannya reflek mengelus kepala Letta.

"Oh! Jadi bener kalian udah jadian?" tanya Bella.

Varo mengangguk cepat "Udah lah! Emang nggak ada yang bisa ngalahin pesona gue!"

"Cihh... Pesona" desis Letta.

Varo langsung melotot menatap Letta.

"Oh ya kak, hari ini kak Rizal pulang" ucap Lena dengan tatapan sendunya.

Letta menatapnya datar. Tangannya terkepal erat.
***

Tears from a Strong Girl (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang