Part 4

54.8K 2.9K 37
                                    

Apakah kamu buta? Tidak bisa melihat mana yang benar dan salah? Lalu, jual saja mata dan hatimu itu! Tidak berguna!

***

Amerika
"Prince! " seru seorang perempuan.
Sosok yang dipanggil Prince menoleh. Ia tersenyum lembut.

"Apa sayang? " tanya laki laki itu. Mereka berdua berasal dari negara yang sama. Indonesia.

"Jadi ke kafe kan?" tanya perempuan itu.

Prince mengangguk lalu menggengam tangan perempuan itu menuju kafe.
Hp ditengah meja itu bergetar. Ada panggilan luar negeri.

Laki laki itu menghela nafasnya kasar lalu mengangkat telfon itu.

"Assalamuallaikum" ucap laki laki itu.

"Rizal! Hiks Hiks" terdengar isak tangis diseberang sana.

"Ma? Kenapa? " tanya Rizal khawatir.

"Adik kamu masuk rumah sakit lagi" sahut Andini.

"Lena? " tanya Rizal memastikan.

"Iya, siapa lagi emang adikmu" sahut Andini.

"Ma, Letta juga adikku" sahut Rizal menghela nafas berat.

"Anak tak tahu diri itu! Kemarin tidak pulang 3 hari. Hari ini bolos sekolah! Kelakuannya benar benar! " geram Andini.

"Sabar ma... Lena masuk rumah sakit kenapa? " tanya Rizal mengalihkan topik. Ia bingung, apa yang terjadi pada Letta sebenarnya.

Namun, lama kelamaan ia juga menjadi tidak suka pada adiknya satu itu. Seringkali ia mendapat laporan tentang kenakalan Letta dari mamanya. Itulah alasan kenapa Rizal tidak lagi menguhubungi Letta, juga tidak mengiriminya uang lagi.

Seandainya ia tahu kalau adiknya harus bekerja keras hanya untuk kesembuhan penyakitnya.

"Lena demam, kamu pulang ya sayang... " pinta Andini.

"Tapi ma-"

"Nggak ada tapi tapian! Atau kamu mau papa yang menggeretmu kesini, dan tak akan pernah kembali kesana! "seru Andini.

"Baiklah ma, besok Rizal pulang" sahut Rizal.

***

Di depan ruang ICU itu terdapat Vita dan Radit yang menunggu dengan cemas.

Perlahan pintu itu terbuka.
"Bagaimana keadaannya dok! " seru Vita cepat.

"Sebaiknya jaga pola makan pasien dan jangan sampai ia telat meminum obatnya" ucap dokter Rina formal.

"Obat? " tanya Radit.

"Letta perempuan kuat, tolong jaga dia" ucap Dokter Rina tersenyum, lalu ia segera pergi. Ia masih memiliki janji untuk tidak memberitahukan penyakit Letta pada siapapun.

Tak lama Letta segera dipindah keruangan VIP.

***

Tengah malam perempuan itu terbangun. Kepalanya terasa sangat sakit. Ia terbatuk keras. Letta segera menuju kamar mandi untuk muntah. Cairan bening itu keluar. Tidak mungkin bukan, jika sisa makanan yang keluar. Sedangkan ia tidak makan seharian.

Tubunya lemas, ia beranjak menuju tempat tidur dengan tangan merambat pada benda apapun yang bisa menyangga tubuhnya.

Nafasnya sesak tatkala ia tiduran. Namun, ia biarkan. Ia tidak menekan tombol darurat itu. Jika ia menekannya pasti ia akan diberi oksigen dari tabung. Dan uangnya tak cukup untuk membayar itu. Bahkan ia berniat akan kabur dari sini.

Tears from a Strong Girl (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang