Ini semua salahku, salahku yang selalu menjadi manusia tak berguna.
Hatiku sakit bagai bumi yang selalu diinjak.
Tak ada lagi kata yang dapat kuungkapkan, ini semua terlalu menyakitkan.
***
"Let! Letta!!" seru seorang pemuda sambil terus berlari mengejar perempuan dihadapannya.
"Aku bisa jelasin!! Berhenti!!! Lettaa!!!" seru Varo.
Letta terus berlari, tak menoleh kebelakang sedikitpun.
Hingga sebuah bedebum dan klakson yang memekakkan telinga terdengar ditelinganya.
Letta terpaku ditempatnya berdiri. Tak berani menoleh sedikitpun.
Namun, ia tetap harus melakukannya. Dengan hati yang was was. Ia menoleh kebelakang perlahan.
Dan kini seketika pandangannya memburam. Tertutupi oleh air mata yang tiba tiba mengalir deras.
Letta berlari menuju kerumunan itu. Bahkan beberapa tamu undangan ikut melihat kejadian itu. Karena tempat lokasi tidak jauh dari kafe.
Setelah sampai, Letta langsung terduduk diaspal. Dengan tangan gemetar, Letta mengusap pipi itu lembut. Lalu tangan kanannya menekan kening itu, berharap darah berhenti keluar darisana.
"Var... Hiks hiks... Var.... Hiks hiks hiks... A... A..." dengan nafas terputus putus, Letta tak bisa lagi melanjutkan kata katanya.
"Maaf.... Kamu... Satu satunya" ucap Varo pelan.
"Hiks... Maaf... Maaff" seru Letta sesenggukan.
"Varo!!!!" teriak gerombolan orang yang baru saja datang.
Mereka, keluarga Varo maupun Lexa, juga sahabat sahabat Varo. Tak lama setelahnya ambulance datang.
"Jangan sentuh anak saya!!!" seru Anita keras. Ia mendorong Letta hingga terjatuh. Letta hanya bisa terpaku ditempatnya. Terlalu kelu untuk mengeluarkan sepatah katapun. Pikirannya serasa kosong. Hatinya serasa terkena beban yang begitu berat hingga terasa begitu menyesakkan.
Hingga ambulance itu berangkat, yang bisa ia lakukan hanya terpaku ditempatnya berdiri. Menatap ambulance yang kian menghilang dari pandangannya.
"Let? Let! Ayo! Ikut kerumah sakit nggak?" seru Rafa.
Seperti tanpa jiwa. Letta hanya diam. Tak sabar, Rafa menarik tangan Letta agar mengikutinya.
***
Kini yang bisa Letta lakukan hanya terdiam. Mendengarkan semua teriakan yang ditujukan padanya. Ia sadar ini kesalahannya. Ini salahnya. Karena dia, Varo bisa berada di dalam sana.
Tak ada lagi air mata yang mengalir. Namun, seharusnya siapapun tahu. Kalau mata itu. Mata yang menatap kosong kebawah. Pasti terdapat ribuan kesakitan disana. Bahkan ia sudah melupakan hari ulang tahunnya. Hari yang seharusnya sangat membahagiakan. Hari yang dinanti setiap tahun. Hari spesialnya dengan segala keburukan yang terjadi padanya.
Letta sendiri juga bingung. Kenapa kakinya hanya berdiam disini. Kenapa tidak bergerak pergi menjauhi ruangan itu. Kenapa ia tetap disini dan menerima semua cacian itu?
Anita terus menerus menyalahkan Letta. Alexa pun langsung mendorong Letta kuat, hingga Letta terjatuh. Bukan hanya terjatuh, kepalanya terbentur ujung kursi yang ada di depan ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears from a Strong Girl (TELAH TERBIT)
Novela Juvenil#1 Remaja #1 MasaSMA #1 Teenfiction Tentang dia yang dibedakan Tentang dia yang tidak pernah mendapat keadilan Tentang dia yang selalu disalahkan Tentang dia yang tidak pernah dianggap Tentang dia yang selalu disakiti Tentang dia yang ditakuti Tent...