Part 19

46.1K 2.2K 28
                                    

Otakku menggila hanya karena rasa yang mungkin tak akan pernah terbalas

***

Perlahan mata itu terbuka. Ia mengerang sakit ketika pusing melanda kepalanya.

"Ibu! Ibu! Kakak ini sudah sadar!" teriak suara bocah laki laki.

Si Ibu datang membawa teh hangat. Lalu membantu perempuan itu bangun.

"Ini diminum dulu nak"

"Terimakasih bu" sahut Letta. Ya, perempuan itu Letta.

"Maaf, ibu tidak bisa membawa kamu ke rumah sakit. Ibu tidak ada uang. Juga kendaraan"

"Tidak apa apa bu, terimakasih sudah menolong saya" sahut Letta.

"Masih pusing nak? Sini ibu bantu pijit" si ibu memijit kepala Letta pelan.

"Terimakasih bu"

"Nama kakak siapa?" tanya bocah laki laki berumur 3 tahunnan.

Letta tersenyum. "Nama kakak Letta. Namu kamu siapa?"

"Nama aku Nathan!" seru bocah itu.

Letta terkekeh kecil mendengar nada semangat Nathan.

"Ibu buatkan bubur dulu ya. Supaya kamu enakan"

"Eh, nggak usah bu. Nanti ngerepotin

"Nggak papa. Biar badan kamu enakan"

Si ibu berlalu pergi.

"Sini duduk samping kakak" ucap Letta.

Letta mengeluarkan hpnya. Ternyata banyak panggilan tak terjawab dari teman temannya.

"Itu handphone ya kak?" tanya Nathan.

"Hm? Iyaa"

"Bisa buat main game kak?"

"Bisa dong!! Ayo sini kakak ajarin main game"

Letta menarik Nathan hingga duduk di pangkuannya. Lalu membuka aplikasi game.

Pertama tama Letta memainkannya terlebih dahulu. Lalu Nathan mencoba memainkannya.

"Wahh mobilnya nablak nablak" seru Nathan.

"Hahaha"
***
"Bu saya balik duluan ya buu" pinta Varo.

"Nggak! Nanti bareng ibu saja" sahut Bu Yulia.

"Tapi bu-"

"Bu, bagaimana anak saya?" pekikan panik terdengar bersamaan datangnya Andini, Dika dan Dokter Rina dari arah pintu.

"Tadi Lena berteriak kesakitan. Namun, setelah diperiksa tidak ada yang salah. Lena baik baik saja" sahut Bu Yulia.

Dokter Rina segera melakukan tugasnya. Walau dalam hati ia sudah tahu apa yang terjadi.

"Ya, Lena tidak apa apa. Kondisinya stabil. Ini hanya masalah seperti biasa. Mungkin Lena butuh istirahat"  ucap Dokter Rina.

"Saya akan menemui dokter disini dahulu. Untuk memastikan kondisi Lena. Dan kamu teman Lena ya? Boleh ikut saya? Saya mau bertanya beberapa hal padamu" lanjutnya.

Varo mengangguk ikut keluar bersama dokter Rina.

"Kamu tahu dimana Letta sekarang?" tanya Dokter Rina dengan panik.

"Dia masih di perkemahan dok. Daritadi saya ingin kembali namun tidak diperbolehkan. Ada apa ya dok?"

"Tanyakan pada temanmu bagaimana kondisi Letta"

"Sudah dok, daritadi teman sekelas tidak ada yang membalas pesan ataupun telfon saya. Saya jadi takut terjadi sesuatu pada Letta" sahut Varo.

"Kamu pesan taksi online sekarang. Cepat! Langsung balik ke perkemahan. Sampai sana pastikan kondisi Letta baik baik saja. Karena menurut saya, yang terjadi pada Lena adalah rasa sakit yang sebenarnya dialami Letta. Untuk penjelasan nanti saja. Ini kartu nama saya, nanti langsung hubungi saya kalau kamu sudah ketemu Letta. Masalah ijin, nanti saya bicarakan pada guru kamu" ujar Dokter Rina.

Varo dengan rasa panik yang menjalar tubuhnya. Berlari keluar.

Tangannya gemetar ketika ingin memesan taksi. Namun, beruntung. Ada taksi berhenti tepat di depan rumah sakit. Ketika penumpang keluar dari taksi. Varo langsung menerobos masuk.

"Cepat pak jalan! Ngebut kalau bisa!" seru Varo panik setelah memberi alamat perkemahan.

***
Sesampainya di perkemahan, Varo langsung lari menuju tendanya.

Dia semakin panik ketika mendapati teman temannya sedang berkumpul. Dengan para perempuan sedang menangis.

"Letta mana!? Kenapa pada nangis!?" bentak Varo.

Tangisan semakin menjadi.
"Letta mana!! Letta mana!!" pekik Varo mengguncang tubuh Rafa.

"Let... Letta-"
Varo melayangkan tangan hendak memukul Rafa.

"Hei hei tenang" suara lembut itu terdengar ditelinganya. Bersamaan tangan melingkar memeluk dirinya.

Varo segera balik badan dan mendekap si pelaku erat.

"Aku khawatir sama kamu sayang...." ucap Varo dengan nada bergetar. Kepalanya ia telungkupkan ke bahu Letta.

"It's okay. I'am okay" sahut Letta lembut.

"Kamu darimana aja? Aku khawatir" gumam Varo.

Letta yang merasa geli, karena lehernya terkena hembusan nafas saat laki laki itu berbicara. Langsung berusaha melepas Varo.

"Aku tadi main ke desa. Terus ketiduran, baru balik sekarang" ucap Letta.

"Yakin? Kamu nggak bohong kan??" tanya Varo menatap Letta penuh selidik.

"Iya" ucap Letta sambil tersenyum tipis.

"Letta!!!" seru teman temannya. Caca menghambur ke pelukan Letta. Lalu, diikuti perempuan lain.

"Hei heii,, kenapa? Pada kangen ya?" tanya Letta.

"Kita khawatir tahu! Tadi kamu pergi dengan wajah pucat, lalu sampe malem gini baru pulang!" seru Caca.

"Apa! Pucat?" seru Varo.

Varo langsung mendekat mengusir para perempuan yang mengepung Letta. Lalu ia menangkup kedua pipi Letta dengan tangan hangatnya.

"Kamu nggak papa? Kamu kumat ya? Udah minum obat? Udah makan belum? Firasatku beneran kan! Pasti kamu kenapa napa. Jangan bilang tadi kamu pingsan di jalan terus di bawa ke desa!" seru Varo.

Letta hanya tersenyum tipis. Sangat tipis. Ia bingung ingin menanggapi apa.

Varo langsung menggeret Letta masuk tenda. Dan menutup tenda.
"Cepet minum obat!" seru Varo.

Setelah minum obat. Varo menarik Letta untuk berbaring dengan lengan kirinya menjadi bantalan.

"Temen temen yang lain gimana??" tanya Letta.

"Biarin pada tidur di tenda lain. Udah kamu tidur sekarang!" ucap Varo dengan suara tegas. Tak ingin mendapat bantahan.

Tangan kanan Varo menarik Letta tidur menyamping, hingga mereka berhadapan.

Tangan kanannya terus mengusap kepala Letta.
***
"Terus kita gimana?" tanya Caca.

"Udah deh lo tidur di tenda sebelah aja" sahut Rafa.

"Sempit dong!" seru Nindy.

"Kalo mau sih tidur di tenda gue. Tapi lo tahu kan, laki laki tu joroknya gimana" sahut Rafa.

"Hih! Ogah!" seru Caca.

"Terus Letta gimana? Kalo diapa apain Varo gimana?" tanya Caca.

"Kita jagain!" sahut Rafa sebal.
"Udah deh! Lo tidur sana!" lanjutnya.

***

Tears from a Strong Girl (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang